Something Happened

1.4K 81 5
                                    

Kini semua putra Avalon tengah duduk di sebuah resto yang berada di dalam mall, hari ini semua berjalan dengan lancar walaupun kegiatan untuk bermain di time zone dibatalkan karena takut membuat Rain terlalu lelah. Tetapi semuanya tetap menikmati waktu bersama dengan berbelanja kebutuhan masing-masing.

Mereka memilih menu sesuai dengan keinginan, sama halnya dengan Rain ia mencoba memilih makanan yang sekiranya aman untuk dirinya namun ternyata kebanyakan makanan di resto yang mereka tempati menyediakan makanan cepat saji.

"Rain mau pesen apa?" Suara Matteo yang melihat Rain diam cukup lama melihat buku menu.

"Rain pengen beef sama kayak kak Ael tapi nggak bisa. Yaudah Rain ambil salad aja deh." Ucapnya setelah melihat 1 menu yang paling aman kemungkinan untuk dikonsumsi.

Sebelum waiters mencatat Rafael bertanya apa saja isian dari salad tersebut, bukan tidak mungkin jika ada sesuatu yang tidak bisa Rain makan.

Jika soal makanan memang Rain tidak terlalu memilih karena ia tau makanan yang dapat ia makan tidak jauh-jauh dengan yang rendah karbo dan tinggi lemak, belum juga dengan alerginya terhadap seafood serta pantangan untuk meminum yang mengandung susu. Tidak heran jika tubuhnya lebih kurus dari saudaranya yang lain.

Dulu sebelum Rain memiliki penyakit Emfisema kedua orang tuanya menyadari bahwa Rain memiliki alergi terhadap seafood dan juga susu, sangat disayangkan alergi tersebut bertambah dengan pantangan makan yang harus Rain lakukan agar dia  tidak berulah.

Makanan yang mereka pesan sudah datang dan masing-masing menikmati tanpa suara, terlalu lapar karena energinya terkuras untuk berbelanja.

"Kak Rain mau ke kamar mandi dulu ya" Rain memutuskan untuk menghentikan acara makannya walaupun salad yang ia pesan masih tersisa banyak.

Haekal melihat ke arah Rain yang hendak beranjak "Mau kakak antar dek?"

Rain menggeleng mendengar perkataan Haekal "nggak usah kak, lanjut makan aja aku nggakpapa sendirian kok."

Haekal hanya mengangguk dan membiarkan Rain pergi sendirian saam halnya seperti yang lain, melanjutkan kegiatan makan yang tertunda.

Di kamar mandi Rain hanya diam di wastafel dan menatap pantulan wajahnya yang kian menirus melalui cermin, sebenarnya tadi ia sempat merasa mual tetapi saat sudah sampai di kamar mandi rasa itu hilang. Rain menyadari hal-hal aneh yang terjadi pada tubuhnya akhir-akhir ini, tidak seperti gejala biasanya Rain sekarang lebih sering diganggu dia kedatangannya yang tiba-tiba membuat Rain sebal padahal ia sudah menuruti perkataan dokter dan juga Rafael yang selalu mengingatkan untuk meminum obat tepat waktu.

Rain memutuskan untuk mencuci muka dan keluar dari kamar mandi belum juga ia melangkah keluar tiba-tiba tubuhnya oleng untung saja Rain sempat berpegangan pada tembok yang ada di sampingnya "kenapa lagi ini Tuhan.." batin Rain. Ia berusaha meraba ponselnya namun sayang sepertinya benda itu tertinggal di meja.

Rain terjatuh saat dirasa kepalanya pusing dan dadanya juga mulai terasa panas karena pasokan oksigen yang masuk hanya sedikit, ia mencoba untuk berbicara melalui smartwatch yang diberikan Matteo agar Rain mudah untuk menghubungi siapapun saat keadaan genting seperti ini "h-hallo kak, maaf tolong s-sakit, sesak..." Setelah mengatakan kalimat itu pandangan Rain mulai kabur dengan nafas yang memburu mata Rain mulai menutup.

Ketika kesadaran Rain mulai menurun dilihatnya Rafael yang berlari kalang kabut kearahnya "Rain Rain ini kak Ael, buka mata dulu Rain, Rain denger kakak kan?" Rafael segera memasangkan Oxygen concentrator yang memang sudah disiapkan dari rumah, Rain memang berangkat dengan mengenakan alat itu tadi tetapi ia meminta untuk dilepas karena merasa tidak nyaman dengan pandangan orang-orang.

Small Hope : CingulomaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang