Personal Problem

997 89 3
                                    

Indana menghela nafas saat kembali disuguhi masalah yang sama, ini semua membuat tenaganya terkuras lelah pikir dan lelah batin tercampur menjadi satu membuatnya merasa muak dan terkau ingin menyerah saja.

"17 tahun berlalu Juan, kamu tetap mengulangi hal yang sama."

Indana jengah melihat Juan yang hanya terdiam dan tidak mengatakan apapun, bertahun-tahun juga ia mendapatkan hal yang sama seperti ini.

"Ikhlaskan mbak Rosetta Juan."

Juan menggeleng samar seberapa keras ia berusaha tetap hasilnya nihil ia tak bisa melupakan Rosetta cinta pertamanya dulu. Apalagi saat Juan melihat Rain yang memiliki postur wajah serta sifat tak jauh berbeda dengan Rosetta membuat Juan semakin berat untuk mengikhlaskan dan menerima jika sekarang istrinya hanyalah Indana bukan Rosetta.

"Aku lelah Juan, jika terus seperti ini lebih baik kita berpisah secepatnya."

Juan terdiam mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Indana, bukan sekali dua kali ia mendengarnya namun tetap saja Juan tak terima dengan kalimat tersebut.

"Kamu ingin berpisah dengan saya karena masih mencintai Smith ya, Indana?"

"Opini yang bodoh."

Juan menggeleng "kamu juga sama seperti saya. Kamu susah melepas cinta pertama, rasanya menyakitkan bukan?"

Indana terdiam, yang dikatakan oleh Juan barusan tidak sepenuhnya salah, benar jika ia masih mencintai Smith. Perceraiannya dulu bukan karena alasan yang jelas hanya karena orangtua Indana menyuruh untuk mengakhiri hubungan dengan Smith dengan bodohnya ia menyetujui permintaan tersebut walaupun saat itu Indana dan Smith baru saja dikarunia anak kembar.

"Aku lebih bahagia dengannya Juan."

"Lantas bagaimana dengan anak-anak? Bagaimana dengan Rain?"

Indana jengah mendengar alasan yang sama, bukan maksud ia tak menyayangi para putranya bahkan Matteo dan Rafael yang notabenya adalah anak Rosetta pun Indana sayangi dengan sepenuh hati mengingat kebaikan wanita tersebut. Bahkan dulu kalimat yang sempat ia lontarkan kepada Juan bahwa Rain adalah anak tidak berguna itu hanyalah bentuk rasa kesal Indana, pada kenyataannya ia sangat menyayangi putra bungsunya itu.

"Aku lelah Juan." Indana mulai terisak dadanya terasa sesak mengingat pernikahan yang ia jalani selama 17 tahun ini hanyalah formalitas agar keluarganya tidak kembali terpecah dan tidak ada anak yang kembali terluka karena perlaku orangtuanya.

Juan beranjak mendekati Indana dan perlahan memeluknya "saya di sini Indana, menangislah. Maafkan saya yang belum bisa sepenuhnya melupakan Rosetta, dan maafkan saya yang belum sesempurna Smith."

Indana membalas pelukan Juan lebih erat "tidak seharusnya kamu meminta maaf seperti ini Juan, aku juga bersalah di sini. Maafkan aku."

Juan mengangguk, setidaknya meskipun hubungan mereka tidak di dasari oleh perasaan cinta namun keduanya tidak pernah miskomunikasi berusaha saling mengerti satu sama lain, tidak semua pasangan bisa melakukan hal tersebut satu hal yang bisa disyukuri oleh Juan. Meskipun keduanya masih belum bisa melupakan masa lalunya namun mereka ada usaha untuk menerima satu sama lain, memang melepas orang tersayang itu tidak semudah membalikkan telapak tangan tak apa asal mereka masih mau berjuang bersama dan membuka hati perlahan, mungkin rasa cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya.

Tok tok tok

Juan dan Indana terkejut mendengar suara ketukan tiba-tiba dari arah pintu, Indana segera mengusap air matanya tak mau siapapun yang sedang mengetuk pintu mengetahui keadaannya. Juan yang beranjak untuk membukakan pintu kamar mereka, memang hari masih belum terlalu malam mungkin saja pekerja atau salah satu putranya yang sedang mengetuk.

Small Hope : CingulomaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang