#6

31 9 16
                                    

Happy Reading
.
.
.

Langit yang gelap, hujan yang deras angin yang berhembus kencang petir yang bergemuruh, membuat Senja terbangun, pukul 2:33 Senja terbangun oleh suara-suara yang ada di luar jendela.

"Apasih ini hujan, bikin kaget aja untung jangtung saya kuat," ucap Senja sambil mengelus dadanya.

"tapi kok saya sedih yah, ntah kenapa saya merindukan sosok Ayah saya, kata Bibi Ayah sudah meninggal tapi kuburannya ntah dimana," ucap Senja bingung.

Disamping kamar Senja, yaitu kamar Bi Lia ternyata Bi Lia juga terbangun, Bi Lia terbangun bukan karena petir ataupun hujan, melainkan karena mimpi buruk yang di alaminya.

"Kok saya bermimpi Nyonya Nindya? tadi ada pesan tapi tak tau pesan apa, kok saya lupa," ucap Bi Lia sambil mengingat kembali pesan apa yang di ucapkan oleh arwah Nindya.

Tiba-tiba Senja menangis, ntah kenapa dia menangis tetapi Senja sangat merasa sedih, Senja ingin merasakan mempunya orang tua lengkap. Suara menangis Senja cukup besar, sehingga Bi Lia mendengar suara tangisan Senja.

"Eh itu siapa yang nangis, kok merinding yah," Bi Lia ketakutan.

"Siapapun yang ada di sini tolong pergilah, jangan ganggu saya, saya mau tidur," ucap Bi Lia sambil melihat ke arah samping lemari, yang di situ ada putih-putih.

Sambil mendekati benda putih-putih itu, Bi Lia sembari membaca Ayat kursi, saat telah sampai di samping lemari itu, Bi Lia menarik benda itu ternyata....

"Arghhh, astaghfirullah ya Allah, ternyata cuman kain, uhh jangtung saya kaget ya Allah, oh yah kain ini cocok deh kayaknya jadi gorden Senja, dia kan suka warna putih," ucap Bi Lia yang menuju kekamar Senja.

ceklek

Senja kaget, pintunya tiba-tiba terbuka.

"Nak Senja, kamu belum tidur?" ucap Bi Lia lalu duduk di samping Senja.

"Tadi kebangun Bi, gara-gara Petir," ucap Senja

"Nak kamu menagis? kenapa kamu menangis? kamu takut petir yah?", tanya Bi Lia.

"gak kok Bi, Senja menangis karena merindukan sosok Ayah", ucap Senja.

Tunggu jangan-jangan yang menangis tadi Senja, berarti suara tadi suara Senja, aduh nak Senja, Batin Bi Lia.

"Nak Senja sebenarnya Ayah kamu masih hidup", ucap Bi Lia keceplosan.

"Ha? yang benar Bi", Ucap Senja senang.

"eh tidak-tidak Ayah kamu telah meninggal sebelum Bunda kamu, tetapi makamnya bukan di sini, tapi di kampung halaman Ayah kamu", ucap Bi Lia

"Oh, lain kali kita ke makam Ayah ya Bi", ucap Senja

"Makam Ayah kamu itu sangat jauh, kita harus naik pesawat", ucap Bi Lia

Senja merasa sedih, karena Senja belum bisa ketemu Ayahnya, meskipun cuman makam.

"Sudah-sudah kamu tidur, ini ada kain kamu pake jadi gorden aja, liat noh jendela kamu, telanjang gak ada banjunya, kalo ada yang ngintip gimana?", ucap Bi Lia sambil berdiri menuju jendela Senja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tempat Untuk PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang