#1

22 3 0
                                    

HAPPY READING



"Mas, Aku hamil", Nindya sambil menunjukkan Test Pack yang ada ditangannya.

"Wah Mas sangat senang semoga anak perempuan yah", Ucap Dirga sambil memeluk Nindya.

"Mas, anak-anak bakalan suka gak kalo mereka dapat adik baru?", Nindya dengan kepala menunduk.

"Mereka pasti suka, apalagi kalo perempuan," Dirga meyakinkan Nindya dan memeluknya lagi.

*dimeja makan

"Papa punya kabar untuk kalian", Dirga membuka suara.

"Kabar?, kabar apa pah?", tanya langit bersemangat.

Laut dan Bintang tetap lanjut makan, mereka sangat dingin, berbeda dengan Langit yang selalu perhatian.

"Kalian akan mempunyai adik baru", Dirga dengan muka yang bahagia.

Nindya? Nindya senyum-senyum sampai mukanya merah karena, ketiga anaknya menatapnya melotot tak percaya.

"Pah cukup Bintang saja yang jadi adik kami", jawab Laut dengan muka tidak suka.

Senyum Nindya dan Dirga tiba-tiba pudar mendengar jawaban anak pertama mereka.

Tanpa menghabiskan makan malam mereka, ketiga anak itu berdiri dan meninggalkan Dirga dan Nindya.

"Mas, saya kan sudah bilang, mereka tidak suka", Nindya yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Tenang sayang dengan seiring waktu mereka pasti menerima keberadaan adik mereka", Dirga menenangkan Nindya sambil memeluknya.

"Sekarang kita tidur ya, tidak usah pikirkan mereka, kamu harus jaga kesehatan untuk kandunganmu", lanjut Dirga dan beranjak dari duduknya menuju ke kamarnya.

*dikamar Laut

Kamarnya gelap entah dia suka gelap atau gimana, dipojok kamarnya terlihat Laut duduk di sofa kamarnya sambil menatap kosong kedepan. pikirannya sangat berantakan, "gua benci anak itu, akan ku habisi anak itu", Laut berbicara sendiri sambil tersenyum ala psikopat.

*dikamar Bintang

"gak, gak, gak mau gue adik baru cukup gue yang jadi anak bungsu keluarga ini, gue akan membenci anak itu dan berusaha ingin membunuhnya," Bintang sambil membaringkan tubuhnya tempat tidur oversizenya.

Hari demi hari rumah itu seakan-akan tak berpenghuni semenjak Dirga memberi kabar bahwa akan ada anggota baru di keluarga itu.

Mereka bertiga tidak membenci Dirga maupun Nindya tapi, mereka membenci bayi yang dikandung Nindya.

Beberapa bulan telah berlalu saat Nindya USG dan ditemani oleh Dirga.

"kandungan anda mati eh maksudnya sehat, dan anak kalian perempuan", ucap dokter kepada Dirga dan Nindya.

Dirga dan Nindya sangat senang karena mereka sudah lama menginginkan anak perempuan.

Tetapi tidak dengan ketiga putra mereka, mereka malah membenci dan tak suka jika adik baru mereka adalah perempuan.

"Laut, gimana? Adik kita perempuan", ucap Langit sambil melihat kearah Laut.

"hah?, adik kita?, adik lo aja, gua gak mau anggap dia adik gua. Kita jangan ada pedulikan anak itu, biarin aja dia mati", ucap Laut sambil meminum kopi yang ada dimeja.

"Benar, gue gak sudi punya adik perempuan maupun laki-laki", ucap Bintang sambil berdiri dan meninggalkan mereka berdua.

"Tapi gue sih terima-terima aja, anak perempuan kan lucu", kata Langit sambil senyum.

"Dih, awas aja lo bela-bela anak itu", ucap Laut sambil membawa gelas bekasnya tadi dan pergi ke kamarnya. Kini Langit sendiri duduk di sofa ruang tamu yang besar dan mewah itu.

"huff.... gimana ya?" Langit bicara sendiri sambil menonton tv.

*diperjalanan

Dirga dan Nindya sangat tidak terlihat senang dikarenakan anak-anak mereka tidak mau menerima anak yang dikandung Nindya.

"Mas, bagaimana jika anak ini dibenci dan ingin dibu*uh sama mereka", ucap Nindya sambil menangis.

"Eh jangan berfikiran buruk itu gak baik, pasti mereka akan menerimnya", Dirga sambil mengelus kepala Nindya.

*beberapa bulan kemudian

Anak perempuan mereka lahir, mereka sangat bahagia, tetapi tidak dengan anak putra mereka, bahkan mereka bertiga tidak ada saat Ibu mereka melahirkan adik perempuan mereka, Langit sebenarnya mau nyusul tapi dia dicegah oleh Laut dan Bintang.

"Laut gue mau ketemu Mama, papa, dan adik kita", Langit sangit sambil memegang tangan Laut dan Bintang.

"gak, anak itu bukan adik kita, adik kita hanya Bintang, hanya bintang, udah gak usah datang kita harus benci anak itu" Ucap Laut sambil menatap kedua mata Langit.

Bahagia Dirga tidak berlangsung lama saat Nindya tiba-tiba sesak.

"M-mas" panggil Nindya.

Dirga datang dan memegang erat tangan Nindya, tak terasa air mata Dirga mengalir begitu indah di pipinya.

"M-mas jaga anak kita dengan lembut, maaf saya tidak bisa mendampingi Mas dan merawat Senja", Nindya Sambil senyum dengan lemas.

Senja adalah nama yang diberikan oleh Nindya sebelum dia tiada.

"Senja?, itu nama anak kita?", tanya Dirga, Nindya hanya mengangguk lemas.

"Nama yang cantik, sama seperti kamu sayang", mengecup dahi Nindya lama.

Jam 2:16 siang Nindya menghembuskan nafas terakhirnya dan dinyatakan Nindya meninggal dunia.

mendengar berita itu, Laut, Langit, dan Bintang begitu terpukul mereka tidak menerima jika Ibu mereka meninggal gara-gara melahirkan Senja.

Langit dan Bintang langsung menuju kerumah sakit, sedangkan Laut dia sangat kacau dan hancur. "DASARR ANAK SIALANNN, GARA-GARA ANAK SIALAN ITU MAMA PERGI MENINGGALKAN KAMI... ARGHHHH" Laut sangat marah melempar barang-barang yang ada disamlingnya dan berteriak sekencang mungkin.

setelah dia meluapkan emosinya dia menuju kerumah sakit dengan laju dia membawa mobil bahkan tidak menengok kiri kanan.

sampai dirumah sakit, dia melihat Nindya terbaring tertutup kain, Nindya dikelilingi oleh keluarganya yang tak percaya jika Nindya meninggal begitu cepat, tapi sudah TAKDIR.

*Pemakaman

Dirga sangat hancur dan kacau melihat Istri tercintanya dikubur dan pergi untuk selamanya, tidak hanya Dirga, ketiga Putranya pun sangat kacau sangat kacau.

Senja? Senja dititipkan dirumah Bibi Idah ART yang bekerja dirumah mereka.

_
_
_
Jangan lupa di vote ya teman

SAMPAI JUMPA
(⁠ ⁠˘⁠ ⁠³⁠˘⁠)⁠♥

Tempat Untuk PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang