II - Awal tangisan

624 34 0
                                    

* Ting Ting

"Kenapa mama ngechat?" *Tanya Dyraa dalam hati.


Mama

Kamu sudah selesai nak?

Sudah ma, tapi caca masih main bareng temen ma. Ada apa ma?

Bisa langsung pulang ga nak?
Papa kamu mau bicara sama kamu

Bicara apa ma?

Nanti kamu tanya langsung aja ke papa.
Mama tunggu di rumah ya, hati-hati di jalan tidak usah terburu-buru.

Yaudah ma, caca balik sekarang

"Gais, aku balik duluan ya. Baru di kabari mama suruh balik cepat" ucap Dyraa pada kedua temannya yang sedang asyik menyantap pesanan nya.

"Memangnya apa Dyr?" Tanya Novi sambil menatap Dyraa.

"Aku juga ga tau Nov, mama cuma ngabarin suruh balik cepat"

"Yaudah kamu balik aja. Hati-hati di jalan ya Dyr jangan ngebut" Ucap Nabira sambil membantu merapikan beberapa tumpukan tugas milik Dyraa.

"Okey gais. Aku balik dulu ya. Besok kita ketemu lagi ya Bye" pamit Dyraa meninggalkan mereka sambil berjalan menuju parkiran.



_________________


Dyraa menjalankan motor matic nya dengan kecepatan sedang. Ia sambil berpikir apa yang ingin dikatakan oleh papa nya? Apakah sepenting itu sampai ia disuruh pulang langsung oleh mama nya? Apakah ia membuat masalah? Tapi seingatnya dia belum melakukan kecerobohan apapun hari ini.

Sekitar 45 menit Dyraa menaiki sepeda motor nya dan kini ia sudah berada di depan rumah nya. Melangkahkan kaki nya dengan sedikit lesu dan membuka pintu rumah dengan ragu.

"Assalamualaikum ma pa" ucap Dyraa melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah.

"Waalaikumsalam nak" ucap papa Dyraa yang sudah duduk di ruang tv. Sepertinya beliau sudah sangat menunggu kedatangan putri semata wayangnya itu.

"Duduk sini. Ada yang papa bicarain sama Caca" sambungnya

Ia pun hanya menatap papa nya sambil mengangguk dan berjalan menuju sofa yang di arahkan oleh beliau.

"Gimana kuliahnya hari ini?"

"Alhamdulillah sejauh ini aman-aman aja kok pa. Belum ada masalah apapun." Jawab Dyraa sambil memasukkan makanan favorit nya kedalam mulutnya. Menggoyangkan kepala nya untuk menunjukkan bahwa ia sangat menyukai makanan itu.

"Jangan kebanyakan makan macaron nak. Ngeri papa kamu nanti kena penyakit gula kalau udah tua. Karena suka banget makan makanan manis" ucap papa Dyraa sembari merebut toples yang di pegang oleh putrinya itu.

"Is papa kok malah nyumpain Caca gitu si. Ga boleh tau pa, nanti kalau ada malaikat lewat terus di aminkan gimana?" Balas Dyraa dengan muka yang sudah sangat cemberut.

"Ya makanya jangan kebanyakan. Sesuatu yang berlebihan itu ga bagus nak"

"Hmm iya pa. Yaudah apa yang mau papa bicarain sama Caca pa? Tanya Dyraa yang sudah duduk dengan menatap manik mata milik papanya.

"Papa rasa kamu sudah bisa memulai untuk membangun hubungan baru ca"

Suasana mendadak hening. Dyraa yang mulai sadar kemana arah pembicaraan ini akan di bawa. Ia hanya menatap mata papanya seolah ingin meminta penjelasan lebih dari kalimat yang baru saja di lontarkan oleh papanya.

"Ga ada maksud apa-apa ca, cuma mungkin maksud papa supaya kamu ada yang jagain" sambung mama Ira yang tiba-tiba datang memecah keheningan yang terjadi diantara suami dan anaknya.

"Itu bukan alasan ma. Caca bisa kok jaga diri Caca sendiri. Papa juga masih bisa jagain Caca kan pa?"

"Mama kamu benar ca, papa udah tua. Papa ga yakin kalau kamu masih seperti ini."

"Tapi paa...
Caca belum siap" balas Dyraa dengan air mata sudah mengalir di kedua pipinya. Dengan cepat ia langsung menyeka nya.

"Karena laki-laki itu?" Ucap papa dengan nada yang sedikit meninggi. Papa Derry sudah berusaha untuk menahan emosi nya. Apalagi kalau sudah membahas laki-laki dari masa lalu anaknya.
"Tidak semua laki-laki itu jahat seperti dia ca. Papa bisa pastikan itu" ucap papa Derry seolah memberikan keyakinan pada putri semata wayangnya itu.

"T-tapi paa.."

"Tidak ada tapi-tapian caa. Keputusan papa udah bulat. Papa mau jodohkan kamu sama teman anak papa. Papa ga bisa nunggu lebih lama lagi kalau kamu nya sama sekali ga mau keluar dari lingkaran masa lalu kamu"

"Hikss.... paa Caca ga mau pa. Mama hiks....hiks... Caca ga mau tolong bilang sama papa. Caca belum siap"

Mama Ira langsung mendekap tubuh putri nya dan mengucap kepala nya seperti memberikan penenang agar putrinya tidak semakin menangis.

"Maksud papa baik ca, biar pelan-pelan Caca bisa hilangin rasa traumanya. Caca ga kasihan lihat mama sama papa yang sedih lihat keadaan Caca? Caca ga mau buat mama papa bahagia? Kami bahagia kalau lihat kamu bahagia sayang. Senyum dan ceria seperti Caca dulu" ucap mama Ira dengan lembut sambil membelai rambut putrinya.

"Hiks... Hiks..." Dyraa hanya bisa menangis saat ini.

"Besok selesai pulang kuliah kamu, kita pergi untuk nemuin mereka ca." Ucap papa Derry yang sudah beranjak dari sofa menuju pintu kamar nya.

"Caca mau tapi dengan satu syarat pa" ucap Dyraa yang membuat langkah kaki papa nya berhenti dan kembali menatap Dyraa.

"Caca ga mau nikah muda. Biarin Caca lulus kuliah dulu. Nanti setelah selesai kuliah papa minta Caca nikah sama anak temen papa pun gapapa, Caca siap" ucap Dyraa tegas sambil menatap mata papa nya

"Besok kita bicarakan. Papa mau jodohin kamu biar ada yang jagain kamu secepatnya. Kalau nunggu kamu selesai kuliah itu kelamaan."

"Mama... Hiks hiks"

"Sabar nak, udah jangan nangis nanti matanya bengkak. Papa mau jodohin kamu sama anak temennya supaya ada yang jagain kamu. Biar bisa buat kamu bahagia. Kamu mau kan bahagia? Kamu mau buat papa bahagia kan? Bahagia papa itu bahagia kamu nak. Besok kita ketemu dulu sama anaknya. Papa juga pasti ngasih waktu kalian untuk pengenalan dan pendekatan. Ga mungkin juga besok langsung di nikahin kan? Masa iya nikah di cafe " ucap mama Ira di akhiri dengan sedikit candaan untuk membuat putrinya lebih tenang dan tersenyum. Sungguh mama Ira tidak tega melihat putri kesayangan nya seperti ini. Tapi ia tau maksud suaminya itu baik.

"Udah ah jangan nangis mulu. Masuk ke kamar sana tidur. Besok ngampus kan. Besok mau sarapan apa biar mama masakin?" Ucap mama Ira

"Hmm, ga usah masak ma. Besok Caca puasa biar ga bisa di ajak papa ke cafe."

"Ada-ada saja kamu tuh. Udah masuk kamar sana tidur. Jangan nangis lagi" balas mama Ira sambil melangkah menuju kamar miliknya.

Mencoba BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang