25

837 144 11
                                    

𝖻𝖾 𝗁𝗎𝗆𝖺𝗇 𝖺𝗇𝖽(𝗈𝗋) 𝖽𝗂𝖾.
ᝰ.


━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Apa menguping menyenangkan?" Mungkin karena Y/n tanpa aba-aba muncul dihadapan, Jin-A, seorang wanita muda dengan paras cantiknya terkejut sejadi-jadinya. "A-apa maksudmu?"

Y/n awalnya hanya ingin menggerakkan kakinya yang terasa sedikit pegal, jadi dia mengelilingi stadion bawah tanah tanpa alasan. Tapi satu yang disesali nya, kenapa pula dia harus melewati ruang klub bisbol yang isinya para tentara dan malah menemukan Jin-a yang menguping.

"Kau…" y/n mendekat kearah Jin-a, merasa familiar dengan wajah didepannya. Lalu dia teringat suatu hal, "ah, kau wanitanya Yongseok."

Jin-a terbelalak mendengarnya. "Bagaimana kau tau?" Dia benar-benar kaget akannya.

"Aku pernah lihat kalian ciuman dipojok sana," tunjuk y/n dengan dagunya pada satu sudut koridor. Jin-a berkedip sejenak, dia kira tak ada yang mengetahui hubungannya dengan Yongseok sang kekasih sebab mereka menjalin dengan serahasia mungkin.

"Priamu tidak kembali 'kan? Kurasa dia sudah memulai misi rahasia." Ujar y/n tiba-tiba, lagi-lagi mengangetkan Jin-a yang memang sering melamun tiba-tiba.

Gadis itu menyilang tangan didepan dada. "Dia mencari apa sampai benar pergi seorang diri?" Y/n menatap wanita dihadapannya yang justru hanya menunduk dalam kebimbangan.

"Aku sakit," Jin-a mengangkat wajahnya. Wanita muda tersebut sebenarnya masih dipenuhi bimbang, masih bersikukuh untuk tidak mengatakan apa-apa tapi mulutnya tanpa mau berbicara. "Yongseok, pergi untuk mencarikan ku obat."

-

Y/n dengan surai nya yang tergerai itu tak habis pikir kenapa dan mengapa Yongseok mau membahayakan dirinya hanya untuk kesehatan pacarnya? Hanya saja itu bodoh, Jin-a bahkan tidak membutuh intensif saat ini. Mungkin benar, bahwa cinta bisa mengotori otak jernih mana saja.

"Yang benar saja, sshibal." Dia menjatuhkan diri ke lantai gimnasium yang dingin. Mengalasi kepalanya dengan kain kemeja yang dilipat. Dia Menutup mata rapat-rapat, membiarkan angin dingin menyisir tiap sela kulitnya. Mau malam, siang bahkan pagi sekalipun, angin yang masuk ke tempat ini selalu mudah membuat siapapun menggigil. Mungkin karena faktor cuaca yang akhir-akhir ini sering hujan.

Y/n membuat dirinya meratapi beberapa hal sambil menatap atap gedung yang bersawang dimana-mana, sampai suara pintu yang dibanting kasar membuat dia terkejut dari lamunannya. Y/n bangun langsung dari posisinya, menatap tiga pria yang menerobos pintu yang tadi diganjal y/n dengan sebuah sapu. Seokchan, Jinho bahkan Seojin yang masuk itu tiba-tiba membeku canggung.

Seojin mengalihkan pandangan ke beberapa barbel didekat pintu, "ah, benda-benda ini berdebu tidak pernah dimainkan." Gumam pria itu.

Sementara Jinho yang membawa sebuah radio dan alat komunikasi dikedua sisi tangannya hanya berdehem, hanya Seokchan yang mencoba bicara. "Kami ke atas sini untuk mencari sinyal," Seokchan menunjukkan benda-benda yang dibawa Jinho.

Entah mengapa mereka menjadi sekaku itu dengan tiba-tiba, mungkin karena mereka tidak menyangka ada seseorang didalam gimnasium, apalagi dengan beberapa pertengkaran yang mereka buat didepan pintu sebelum masuk tadi. Walau sebelumnya y/n tak mendengar apa-apa karena sudah menyelam dalam lamunan.

"Oh." Perempuan itu membulatkan bibirnya, lalu beranjak berdiri. "Lakukan sesuka kalian, aku mau tidur." Dia menutup wajahnya dengan lengan dan balik menutup mata, mengundang tatapan tak percaya dari Seojin.

"Apa disini bisa?" Seojin beralih ke Jinho yang sudah menata barangnya diatas sebuah meja dipinggir lapangan.

Jinho membalas dengan anggukan lalu gelengan. Seojin menatapnya malas, "apa maksud mu?"

"Disini kita bisa menerima sinyal lebih baik, tapi tidak ada sinyal yang masuk."

"Itu berarti, hanya Yongseok yang belum mengirimi kita apa-apa."

"Benar."

"Kalian tidak akan dapat apa-apa dengan hanya menunggunya," saat tiga pria itu mengalihkan pandangan kearah Y/n yang bicara, Y/n masih dalam posisi tidurannya.

"Apa yang mau kau katakan?" Seojin bersedekap padanya.

Y/n menghembuskan nafas kasar, mengangkat tubuhnya untuk duduk. "Kalian pasti tidak tau apa-apa soalnya Yongseok." Y/n sengaja membelit ucapannya. "Apa bahkan kalian tau kenapa dia pergi?"

"Dia pasti ingin mencari sesuatu," Seojin berkata padanya dengan nada keras seperti biasa. "Kalau kau mendengar seseorang mengatakan dia melakukan desersi, itu hanya omong kosong, Yongseok bukan orang yang seperti itu."

"Aku juga tau," y/n menggumamkan nya.

"Kalian mau tau kebenarannya?" Gadis itu menatap tiga sorot pasang mata yang menatapnya. "Yongseok pergi untuk menolong wanitanya."

Ketiga pria disana berganti pandangan, dengan itu y/n mesengajakan senyuman. "Kalian tidak tau yang satu itu juga rupanya."

"Maksudmu dia punya pacar?"

Y/n mengangguk.

Gadis itu menyambar kemejanya dilantai, dia mengenakannya sambil berjalan kearah tiga pria. "Wanitanya sakit, Yongseok pergi keluar untuk mencarikannya obat."

"Jika dipikir-pikir, saat kita mencari suplai di daerah mall, didekat sana memang ada rumah sakit." Jinho mengingat kejadian siang tadi yang mulai kabur dalam ingatan.

Tapi nampaknya ucapan Jinho barusan tak terdengar oleh Seojin yang malah tak putus pandangan dari y/n. Sebelum akhirnya dia menghela nafas, "pertama, kita beritahu atasan dahulu."

"Siapa? Pak Younghoo?"

***

Younghoo menggenggam sebuah bolpoin merah yang biasa digunakannya untuk mencoreng nama-nama anggota peleton gagak yang telah tiada. Kali ini dia hampir mencoret nama Choi Yongseok dari sana ketika mengingat percakapannya dengan Serma Tak, bahwasanya Yongseok mungkin benar melakukan desersi.

Namun dia masih ragu, berulangkali dia berpikir bahwa Yongseok merupakan anak buah yang mustahil membelot darinya, pada akhirnya Younghoo urung mencoret nama Yongseok saat pintunya tiba-tiba diketok seseorang.

Begitu pintu terbuka, Seokchan muncul dari sana. "Bapak belum tidur?"

Younghoo mencoba mengalihkan pandangannya dari papan, membuang nafas. "Aku tidak bisa," jujurnya.

Seokchan agak mengangguk dan berjalan masuk mengikuti langkah Younghoo, "jadi, ada apa?" Tanya Younghoo menatap juniornya.

"Ini tentang Yongseok, Pak." Younghoo langsung mendongak. "Dia punya pacar disini, dan sepertinya pacarnya sedang sakit. Yongseok pernah bilang kalau dia akan memastikan pacarnya tetap hidup. Dia mungkin pergi ketempat seperti rumah sakit atau apotek." Jelas Seokchan.

Younghoo awalnya mengalihkan pandangan, agak bingung. "Lalu, siapa pacarnya itu?" []

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

𝐂𝐘𝐏𝐇𝐄𝐑  |𝘀𝘄𝗲𝗲𝘁𝗵𝗼𝗺𝗲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang