Syarat

875 110 101
                                    

"Selamat pagi Cikgu Kebenaran!" ucap Gentar diikuti teman-temannya.

"Selamat pagi anak-anak murid kebenaran! Silakan duduk," ujar seorang guru berkumis serta memakai topeng merah dimatanya.

"Sebelum pelajaran di mulai, Cikgu Papa ingin mengumumkan kalau lingkungan kita telah dinyatakan aman dan kalian bisa bermain ke luar rumah seperti biasa," umum guru mereka yang bernama Papa Zola.

"Hore!" sorak penghuni kelas 4-1.

"Bahagia sekali anak murid Cikgu. Bagaimana kalau kita ulangan untuk merayakan kabar baik ini."

"Jangan!"

"Hehe, Cikgu cuma bercanda~" Papa Zola terkekeh melihat wajah pucat anak didiknya.

Papa Zola pun mendapat tatapan protes dari mereka. Guru mereka satu ini memang hobi mengerjai muridnya.

Papa Zola kemudian menerangkan pelajaran matematika sembari menulis di papan tulis. Beberapa murid tampak memperhatikan dengan serius, sisanya diam-diam mengobrol dan bercanda dengan temannya.

Sementara Gentar termenung menatap catatan matematikanya. Dia tiba-tiba teringat dengan buku cerita yang dulu pernah dia baca.

Dahulu kala hiduplah Naga Api kecil yang suka sekali memainkan apinya. Suatu hari, Naga Api menemukan sebuah benda yang bisa mengeluarkan asap ketika dibakar yang disebut rokok. Dia melihat orang dewasa memakainya dan mereka tampak senang, jadi Naga Api pikir dia juga akan senang jika mencobanya.

Tetapi setelah mencoba, Naga Api merasa tenggorokannya sakit dan napasnya menjadi pendek. Naga Api mulai batuk-batuk. Saat dia menyemburkan api, apinya yang biasanya cerah dan kuat, sekarang menjadi lemah dan redup. Teman-temannya pun mulai menjauh darinya karena merasa tidak nyaman dengan asap yang dikeluarkannya.

Naga Api merasa sedih dan menyesal telah mencoba rokok itu. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan pernah mencoba rokok lagi dan akan memberi tahu semua temannya tentang bahayanya bagi kesehatan.

Selesai membaca buku cerita, Gentar kemudian menatap kakaknya. "Gemgem, Gentar mau tanya."

"Tanya apa, De?" Gempa yang juga sedang membaca menandai halaman bacaannya lalu menatap sang adik.

"Kenapa rokok itu berbahaya bagi kesehatan?" tanya Gentar.

"Karena rokok mengandung berbagai zat kimia berbahaya yang bisa merusak kesehatan tubuh. Juga berbahaya bagi orang yang terkena asap rokok."

"Kayak Naga Api dibuku Gentar ini, ya? Dia batuk terus sesak napas."

Gempa mengangguk sembari tersenyum.

"Jadi orang yang nggak merokok juga kena?" ulang Gentar bingung.

"Benar. Makanya Papa nggak merokok. Papa nggak mau kita menghirup asap rokok dan terkena dampaknya," Halilintar menyahut tanpa mengalihkan mata dari bacaannya.

"Oh begitu. Untung Gentar sukanya emut permen bukan rokok, hehe."

Gempa mencubit hidung Gentar gemas. "Permen juga nggak baik kalau kebanyakan, De."

"Hehe, iya. Gentar mengerti."

Lamunan Gentar buyar saat Sori memanggilnya pelan.

"Psst Gengen. Bentar lagi mau jam istirahat."

Tak lama bel istirahat kemudian berbunyi. Gentar lalu berdiri diikuti teman-temannya.

"Terimakasih Cikgu Kebenaran!"

The Twilight's Family (Halilintar|Gempa|Gentar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang