"Adek panggil Om, ya?" seorang pria seumuran Ayahnya bicara pada Gentar. Dia menggeser Taufan yang menghalangi jalannya untuk mendekati anak yang memanggil namanya barusan.
Gentar tampak terkejut saat orang dewasa yang mirip Taufan itu berjalan ke arahnya. Pria dewasa didepannya sedikit membungkuk untuk melihatnya.
"Sopan ini temenmu, ya?"
"Benar Ayah," jawab sopan.
Gentar tersentak. "Ja-jadi yang namanya Beliung itu Om ini?" tanya gentar tergagap.
Sopan mengangguk. "Benar."
"Terus itu siapa?!" tunjuk Gentar pada Taufan yang dengan santainya menonton mereka sambil memakan kue-kue yang diambilnya.
"Manusia ini bernama Taufan. Dia juga Kakak hamba," jelas Sopan.
Gentar tampak memproses ucapan Sopan. "Berarti selama ini Gentar dibohongin dong?!"
Kemudian tatapan menuntut Gentar berikan pada Taufan yang malah tertawa.
Setelah puas tertawa Taufan lalu mengangkat tangannya hendak menepuk kepala teman kecilnya itu. Dia menyengir. "Kakak nggak maksud bohongin kamu kok. Jadi—"
Plak!
Gentar menepis tangan Taufan. Tidak lupa dia melemparkan tatapan tajam padanya. Kemudian dengan raut cemberut serta langkah terhentak-hentak Gentar menarik tangan Gempa menuju meja Solar dan Thorn. Dia duduk di samping sang kakak lalu memeluknya erat. Gempa yang tahu sang adik sedang badmood lalu mengusap kepalanya lembut.
Sedangkan Taufan yang tangannya ditepis Gentar membeku ditempat. Bahkan tangannya masih menggantung di udara.
Beliung yang baru kembali dari memerintahkan karyawannya menyajikan makanan dan minuman untuk teman-teman anaknya, hanya bisa geleng-geleng dengan ulah anak sulungnya. Biasanya orang kesal dipanggil memakai nama bapaknya. Sedangkan anaknya ini malah sebaliknya.
"Kalian makanlah, jangan malu-malu!"
"Makasih Om!"
"Memang nggak malu pun," FrostFire nyengir. Dia lalu membuat mini love dengan jarinya untuk Ayah dari temannya itu. Siapa tahu dia bisa dapat traktiran lagi.
"Kalian kenalin ini Omku. Beliung," ujar Solar pada kedua temannya.
"Halo om! Saya Thorn, ini Gempa dan adiknya Gentar," sapa Thorn riang.
"Berarti Supra dan Sopan sepupuan dong?!" pekik Sori heboh dari meja sebelah mereka.
"Huh?! Iya juga," FrostFire terkaget sampai roti di mulutnya jatuh ke piring. Yang lalu diambilnya lagi.
"Kok kalian kayak orang nggak saling kenal pas di sekolah?" heran Glacier.
Semenjak Sopan diajak Gentar masuk sirkelnya otomatis Supra dan Sopan bertemu walau beda kelas. Tapi tidak satupun dari mereka yang memperkenalkan diri sebagai sepupu.
"Hamba pikir kalian sudah tau dari Tuan Supra," Sopan melirik Gentar yang memilih semeja dengan kakaknya. Mengabaikan Taufan yang berjongkok disebelahnya sembari memohon maaf padanya dengan air mata buaya.
Supra menghembuskan napas. "Aku males jelasin, nanti kalian juga tau sendiri."
Glacier menggeleng. Dia sudah tidak heran dengan sifat cuek teman sejak zaman TK-nya itu.
Halilintar yang sejak tadi menahan emosi saat melihat interaksi adiknya dan Taufan kemudian berdiri. Dia pergi menarik kerah baju Taufan lalu menyeretnya untuk duduk di sebelah Blaze.
"Main tarik-tarik orang aja lo. Kecekik gue!" kesal Taufan.
"Lo harusnya berhenti gangguin adik gue pas lihat dia nggak nyaman," ketus Halilintar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twilight's Family (Halilintar|Gempa|Gentar)
FanfictionPunya dua anak yang kalau sudah marah bisa berubah jadi reog sungguh membuat Amato ingin menangis rasanya. Tapi untungnya Amato masih punya satu anak lagi yang bisa menjadi pawang keduanya dan mengubahnya menjadi jinak. Halilintar, Gempa, Gentar bro...