Arca yang cantik

67 8 2
                                    

____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____

Setelah selesai dengan kelasnya, Arsa bergegas keluar dan mencari Adrian yang menunggunya di museum dekat kampus.
Arsa adalah mahasiswa dari fakultas seni rupa dan desain.

Dia sejak kecil suka sekali menggambar berbagai tokoh animasi, dari manga hingga karakter lain yang menurutnya bagus.
Ayahnya sendiri adalah seorang Design grafis, tak salah jika bakatnya menurun pada sang putra.

Berkali-kali Arsa menghubungi Adrian melalui panggilan telefon di ponselnya, tapi tidak ada balasan satupun dari makhluk itu.

Apa di dalam tidak ada signal? Atau memang dia sedang sibuk?

Setelah sampai di depan museum, Arsa masuk menggunakan kartu mahasiswa nya yang sengaja ia keluarkan sebagai identitas.
Begitu masuk ke dalam, Arsa di buat tercengang dengan berbagai Arca maupun prasasti yang dipajang pihak museum.

Jujur, meski tempat ini dekat dengan kampusnya. Arsa sama sekali belum pernah menginjakkan kakinya disini, Menurutnya untuk apa?

"Akhirnya datang juga!" Adrian menepuk bahu Arsa yang masih sibuk menatap Arca dengan tatapan kagum. "Bagus kan?."

Arsa diam, tidak menjawab apapun pertanyaan Adrian. Dia masih terpesona dengan wanita didepannya meski berbentuk Arca.

"Permisi yaa.. saya mau ambil photo." tiba-tiba seorang wanita mengganggu kesenangan Arsa yang masih ingin menatap Arca cantik yang terhalang kaca akrilik itu.
Sepertinya dia mahasiswa arkeologi, sama seperti Adrian.

"Oh... Silahkan, silahkan. Saa!! Awas ! Orang dia mau photo juga. Ngga peka amat." Adrian menarik Arsa gemas saat sahabatnya itu justru terlihat diam saja di depan arca dan enggan mundur.

"Giliran sama cewek aja ramah." Arsa melirik sebal pada Adrian yang terlihat tertawa senang. "Maaf saaa.. soalnya dia kating gue."

Mengabaikan Adrian yang masih sok kenal dengan perempuan tadi, Arsa melangkahkan kakinya menyusuri berbagi ruangan dengan isi yang berbeda sesuai tema.
Kali ini, Arsa masuk ke dalam ruangan yang terdapat Prasasti.

Prasasti merupakan maklumat yang dipahatkan pada batu, logam, daun tal (rontal atau lontar) dan kayu, dan bahan lainnya, dirumuskan menurut kaidah-kaidah tertentu dan berisikan suatu anugerah atau hak istimewa yang dikeluarkan oleh raja atau pejabat kerajaan.

Sejenak, Arsa memperhatikan satu persatu prasasti yang bahkan Arsa saja tidak akan tau apa isi dari prasasti tersebut.
Tapi matanya tetap memperhatikan baris demi baris tulisan berbahasa Sansekerta kuno itu.

Hingga dia berhenti di salah satu prasasti peninggalan kerajaan Kalingga.
Kerajaan yang sedang Adrian teliti peninggalannya.

Prasasti itu bernamakan Sojomerto. Batu andesit cukup besar yang di pahat dengan tulisan Aksara kawi dan berbahsa Melayu kuno. Prasasti itu adalah peninggalan dari wangsa Syailendra.

"Ternyata disini dia, gue udah muter-muter juga." Adrian datang dengan membawa dua botol air mineral yang kemudian dia berikan satu pada Arsa.

"Udah SKSD nya?."

"Yaelah.. dia itu kak Adhisti! Cewek paling cantik di fakultas gue! Lu ngga mau kenalan? denger-denger nih ya! Dia suka sama cowok yang sok cool kaya lu ini ha..ha..ha..!" Adrian tertawa lebar melihat ekspresi Arsa yang terlihat bosan.

Dia sudah biasa dengan jokes Adrian yang kadang tidak jelas dan garing seperti ranginang.

"Saa! Gue mau tunjukin sesuatu sama lu. Jamin lu bakal suka dan langsung terkesima.."

"Sesuatu apa?." Arsa menoleh pada Adrian saat temannya memberikan ekspresi serius.

"Gue cuma mau kasih liat batu tulis aja, kebetulan itu yang nulis profesor gue yang udah neliti ini beberapa tahun dari berbagai informasi yang dia dapet. Yaa.. meski ini ngga bisa dikatakan peninggalan, tapi ini menarik buat di bahas! Soalnya cerita turun temurun gitu."

"Dimana?." Adrian berjalan mendahului Arsa yang mengikutinya dari belakang.
Ini adalah tujuan Adrian yang sebenarnya membawa Arsa untuk melihat karya dari profesor favoritnya.
Menurutnya, pemuda dingin itu harus tau jika cinta sejati itu nyata ada nya.

Adrian dengar, Arsa adalah korban broken home orangtuanya. Sang mama selingkuh meninggalkan papa nya demi laki-laki lain yang lebih kaya.
Sejak saat itu, Arsa tidak pernah percaya dengan yang namanya cinta. Baginya itu semua adalah kepalsuan.

"Eh... Kak Adhisti ! Ketemu lagi kita. Apa ini pertanda kalau kita berjodoh?" Adrian dengan jokesnya yang sangat sangat garing.

"Kamu ngikutin aku ya! Ngaku aja.."

"Engga kak.. aku kesini emang sengaja biar temen ku liat karya profesor kita!
__oiya! Kenalin ini temenku dari fakultas seni rupa dan desain, nama nya Arsa." Arsa yang merasa namanya di sebut menatap Adrian bingung karena tiba-tiba mengenalkannya pada kakak tingkat nya itu. Lalu Arsa cepat-cepat merubah ekspresi nya menjadi senyum sambil berjabat tangan dengan Adhisti.

"Saa.. liat deh dan baca artinya! Sedih gue saa.. andai di kehidupan ini ada wanita setulus Ratu Shima" Adrian sangat drama ternyata.

Arsa melihat batu yang ditulis dengan aksara Kawi karya profesor itu, namun terdapat arti di samping nya yang kurang lebih mengatakan, jika Ratu Shima sampai akhir hayatnya tetap seorang diri demi bisa bertemu kembali dengan suaminya di kehidupan selanjutnya.

"Gimana saa? Sudut pandang lu soal wanita, udah berubah kan?" Adrian bertanya pada Arsa yang masih menatap lekat-lekat batu berukir itu.
Dia dan Adhisti sama seriusnya saat melihat arti dari tulisan aksara Kawi yang menceritakan kisah cinta sang Ratu terhadap suaminya yang telah mangkat terlebih dahulu.
Namun tiba-tiba, Arsa dan Adhisti sama-sama mundur kebelakang dengan tubuh melemas dan hampir jatuh kebawah jika kedua nya tidak ditahan sahabat masing-masing.

"Heh! Saa.. Arsa!" Adrian menangkap Arsa yang sudah jatuh kebawah dengan mata yang hampir terpejam.
Sedangkan Adhisti, sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri di pangkuan teman perempuannya.
Tapi tak lama Arsa pun memejamkan matanya dengan tubuh yang terasa dingin.
Dan itu membuat Adrian khawatir, seingatnya Arsa dalam keadaan sehat dan baik-baik saja saat mereka sama-sama berada di kampus.

Semua mata pengunjung museum langsung tertuju pada Adhisti dan Arsa yang pingsan secara bersamaan itu.
Pihak museum yang melihat kegaduhan itu langsung memanggil para staf yang bertugas untuk membantu membawa Arsa dan Adhisti ke fasilitas kesehatan terdekat.

Semua pengunjung berbisik-bisik atas kejadian aneh itu.
Disaat semua membicarakan berbagai hal, tapi tidak dengan satu sosok wanita dengan
Kacamata di hidung mancungnya.
Dia tidak memperdulikan dua mahasiswa yang pingsan itu, dan lebih tertarik dengan Arca wanita cantik yang begitu menarik hati.

Tbc.

S A M S A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang