Vera sadar

5.4K 12 0
                                    

vera terbangun dan mendapati dirinya tengah tertidur di atas kasur miliknya di kamar badanya terasa remuk
"Ah sakit!...
Vera meringis ketika hendak bangun untuk buang air kecil. Area kewanitaanya terasa perih dan bengkak ketika buang air kecil ada noda darah dipangkal paha serta celana dalamnya.
Vera ingat bagaimana tadi pamannya dengan ganas menggarap tubuhnya tanpa ampun. Vera segera menghapus air matanya dan sesegera mungkin membersihkan badannya. Namun yang Vera bingungkan mengapa saat ia terbangun sudah berada di kamarnya bahkan sudah berpakaian lengkap. Setelah selesai mandi Vera segera mengenakan pakaiannya dengan berjalan sedikit tertatih Vera segera masuk ke kamar dan segera menguncinya.
Pikiranya menerawang beberapa saat kemudian bulir bening kembali mengalir di pipi mulusnya.
"Uwa kenapa uwa pergi ninggalin Vera wa... Vera takut wa Vera takut... ".
Tok... tok... Deg. Suara ketukan kamar membuat Vera terkesiap dan sesegera mungkin menghapus jejak air matanya.
Vera membiarkan ketukan tersebut tanpa ingin bertanya siapa yang mengetuk ataupun membukakan pintu.
"Ver... Kamu udah bangun ya Ver...
"Mas budi" gumam Vera dengan suara lirih.
Vera tak segera membuka pintu ataupun menyahut baginya kini merasa belum siap jika harus bertemu dengan siapapun. Kejadian tadi membuatnya troma.
"Ver... Tok tok tok" ketukan di pintu tak berhenti membuat Vera mau tak mau harus membukakan pintu
Krett...
"Ya mas, ujarku tanpa ekspresi dengan perasaan was was sesekali aku mengitari sekeliling mencari keberadaan sosok paman Tohir namun entahlah tak ku temukan keberadaanya semoga dia telah enyah ataupun menyusul uwa Endang saja sekalian runtuku dalam hati.
"Ver kamu baik baik saja Ver... "
"Ver... Vera... "ujar mas Budi sembari menggoyangkan pundaku sebab aku sibuk melamun sendiri.
"Ngga mas. Aku baik" ujarku singkat.Sembari menyingkirkan tangan mas Budi yang sedari tadi memegang pundakku. Mas Budi sedikit kaget mungkin merasa heran dengan sikapku
Aku tahu ia bertujuan baik karena
mungkin kuatir akan keadaanku. Entahlah bagiku sekarang aku sangat membenci paman Tohir sehingga akupun kini merasa harus menjaga jarak juga dengan mas Budi.
"Maaf Ver. mas cuma kuatir dengan keadaan kamu. sudah dua jam kamu pingsan Ver semenjak mas menemukanmu tergeletak di pintu deket dapur tadi. Mas panik tadi liat bapak badanya berlumuran darah sedangkan kamu tergeletak tak sadarkan diri di dekat pintu dapur rumah kita hampir kena rampok Ver dua perampok itu mau mencoba menodai kamu tadi saat mas masuk kamu... "
Aku kaget luar biasa mendengar penjelasan dari mas Budi bahwa rumah ini hampir kerampokan dan perampok itu hampir saja menodaiku. Eh tunggu bukankah aku kini sudah ternoda oleh kebiadapan paman tohir?
"Aku kenapa mas! Ujarku panik. Ku lihat mas Budi sedikit ragu ragu. Ada apakah ini?
"Maaf Ver, tadi saat mas menemukanmu kamu tergeletak tanpa memakai baju dua perampok itu hendak memperkosamu untunglah mereka belum sempat berhasil setelah menghajar mereka ma segera menutup tubuh bagian atasmu menggunakan kain sarung dan memanggil bu demah untuk membantu memakaikan pakaian juga mengurusmu hingga sadarkan diri. Namun saat bu Demah pergi ke rumahnya untuk membuatkan minuam dan kembali katanya kamarmu telah di kunci karena kuatir bu Demah segera menghubungi mas yang sedang membawa bapak ke puskesmas.
"Nduk ya allah... Tadi ibu kuatir banget loh ibu tadi panggil panggil kamu tapi ngga nyautin. "ujar bu Demah sembari mengelus pundaku dan mengajaku masuk kembali ke kamar. Ya tadi memang setelah mandi dan mengunci kamar aku sempat mendengar suara ketukan beberapa kali.

"Kamu istirahat ya Nduk. Minum dulu teh nya nduk"ujarnya sembari meminumkan tehnya dan menutupi tubuhku yang kini sudah berbaring. Bisaku lihat kecemasan di raut wajahnya. Oh bu Demah mas Budi andaikan kalian tahu kebejatan paman Tohir terhadapku.
Bu Demah menceritakan secara rinci kejadian naas tadi yang menimpaku.
Menurut dari keterangannya saat di temukan paman Tohir dalam keadaan bersimbah darah di bagian perutnya sembari berteriak lirih meminta tolong namun masih dengan pakaian yang lengkap. Sedangkan aku tergeletak di samping pintu dapur dengan kondisi setengah telanjang saat mas Budi menemukanmu.
"Syukurlah nduk nak Budi tadi segera datang dan ibu ndak tau nduk kalo nak Budi terlambat datang bagaimana jadinya kamu nduk" ujarnya sembari menggenggam tanganku. Tak berapa lama tetanggapun berdatangan mereka mengucap syukur karena mendapatiku sekarang sudah sadarkan diri.

Setelah kejadian beberapa minggu lalu, kini aku sudah kembali beraktivitas lagi.
Setelah kejadian itu aku lebih banyak diam bahkan aku tak pernah menceritakan tentang kejadian dimana paman Tohir dengan teganya menggagahiku. Bukan aku tak ingin menegakan keadilan untuk diriku hanya saja aku tak ingin bertambah malu dan di kucilkan oleh orang orang jika mereka tahu.
"Ver mas nitip ayah yah hari ini mas mau pergi kerja dulu ayah udah beres ko udah mas bersihin udan makan juga paling takutnya nanti minta minum kamu tolong ambilin aja y Ver. Nanti jam dua belas mas pulang tapi kamu juga harus hati hati ya mas udah bilang bu Demah buat sesekali nengokin kesini" ujarnya. Aku hanya mengangguk dan menatap mas Budi pergi lewat pintu belakang.
Ya, entahlah semenjak kejadian perampokan tersebut kedua kaki paman Tohir kembali tak berfungsi dengan baik sehingga terpaksa harus menggunakan korsi roda. Namun saat mas Budi pergi bekerja teekadang paman lebih banyak meminta di baringkan saja di kamarnya.
"Ver... Veraaa!
"Kenapa. Ujarku sembari mendekat tanpa berpikir aneh sebab dengan posisi demikian aku yakin ia tak akan mungkin melakukan hal jahat seperti yang pernah di lakukan dulu.
"Tolong ambilkan minum...
"Paman ambil sendiri!
"Paman susah Vera tolong...
"Aku tidak peduli! Ujarku.
Ya sekarang aku jarang berjualan kopi keliling lagi sebab mas Budi melarangku. Kini saat di tinggal mas budi kerja aku bertugas menjaga paman namun nanti jam dua belas mas Budi pasti selalu pulang dan akan pergi lagi pukul satu dan pulang jam lima sore. Selama menjaga paman aku lebih banyak membiarkan dia teriak meminta tolong. Aku acuh tak acuh dan sibuk dengan ponselku.
Kini aku sudah berada di kamarku.Setelah mengkonsumsi pil tersebut Entahlah tiba tiba pikiranku menerawang teringat kembali kepada kejadian itu Aku mulai membuka ponselku dan seperti biasa aku berselancar mencari dan menonton film blue favoritku. Setelah beberapa minggu aku tak menontonnya. Tujuan awalku meminum pil tersebut adalah untuk membangkitkan gairah sebab aku ingin bermain seorang diri saja rasanya. Namun setelah menonton gairahku tiba tiba saja bertambah memuncak dan terus mengingat akan kejadian tersebut membuat nafsuku kian bertambah memburu setelah kurang puas bermain dengan jari aku segera mengeluarkan alat ajaib yang ku simpan namun rupanya tak ku dapatkan sama sekali kepuasan.
"Gimana inih... Uhhh mmmm... Erangku sembari menahan gejolak nafsu yang membara.
"Apa aku harus....
Setelah berada di kamar paman aku segera duduk di samping paman. Ku lihat paman sedang tertidur dan segera terbangun saat mendapati kehadiranku.
"Vera... Ken-belum sempat paman menyelesaikan ucapanya aku yang tak tahan karena nafsu yang kian membarapun segera mencumbuinya. Ku buka pakaian ku serta pengait bra miliku. Segera ku sumpal mulut paman dengan putingku dengan posisi ia tertidur membuatku leluasa menjalankan aksinya. Meskipun paman sempat menolak aku tahu paman menginginkan hal yang sama juga.

Hasrat Gadis BeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang