1.9

332 32 2
                                    

; clean n clear
.

Hugo sama sekali tidak memberontak. Ia sama sekali tidak membuat pertahanan. Pemuda itu membiarkan dirinya dijadikan samsak tinju oleh abangnya sendiri. Orang yang ia jadikan panutan, abang yang selalu Hugo contoh semua kebaikannya.

Tapi malam ini, Hugo habis ditangan abang kesayangannya.

Jeka, Danny, Amara bahkan Tama teman Hugo yang mengantarkan dirinya itu dibuat tak berani mendekat atau sekedar melerai.

"Tama lo pulang aja deh. Gue anter sini." Jeka yang sudah muak dengan acara baku hantam antara abang kandungnya dan adik sepupunya itu beralih untuk pergi saja.

"Mar, nanti gue langsung ke rumah. Nggak balik kesini, nih kunci mobil Mahen." Amara menerima kuncinya. Ia masih berdiri dengan raut wajah datar menonton dari awal hingga sekarang.

Sedangkan Danny sudah keringat dingin takut sekali Hugo akan lepas nyawanya.

"Apa lo!?" Tantang Hugo ditengah rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya.

Wajahnya penuh lebam, darah mengalir dari dahinya, bibir dan hidung. Belum lagi luka memar di badannya yang masih terbalut pakaian.

"Lo yang apa-apaan! Lo masih muda, umur lo masih panjang, masa depan lo cerah, lo kuliah, lo udah mulai kerja. That's a good start Hugo, kenapa lo milih nyusruk ke jurang!?

"Kalo capek istirahat Hugo, kalo mau cerita kita ada Hugo. Tiap malem gue selalu nanya ke grup sebelum tidur, how's your day, ada yang mau di obrolin. Gue sengaja kirim pesan setiap hari begitu, biar apa? Gue nggak mau adek-adek gue merasa sendiri, nggak ada yang dengerin."

Mahen menghempas tubuh Hugo lalu ia duduk di sofa single yang ada. Mereka sedang dirumah Amara, Danny memberitahukan kepada Mahen bahwa Hugo dan Amara bertengkar hebat selepas pulang UAS, dan lelaki yang umurnya sama dengannya itu langsung pulang dari kantor tanpa pikir dua kali.

"Dari awal gue udah mau nonjok lo, thanks to Amara sama Jeka yang nahan gue. Kalo kagak lo udah habis dari lima hari lalu. Lo bukan cuma nakal sewajarnya gue ngira nakal anak dewasa awal gimana, you crosses the line young man."

"Lo tau apa tentang Amara sampe bisa ngata-ngatain adek gue sebegitunya? Lo nggak tau. Empat tahun lo di Jepang dan hilang kabar sama kita, jadi apa lo selama disana? Jangan bawa kebiasaan buruk lo yang disana, kesini. Karena disini lo punya gue, dan gue nggak akan biarin adek-adek gue nyentuh hal buruk."

"Lo nggak tau ya kalo lagi di sayang? Hah! Jawab!"

Hugo masih di tempatnya. Dia telentang dengan mata yang fokus pada langit-langit rumah Amara. Tak sanggup ia sekedar ingin duduk atau menoleh ke arah Mahen yang sedang memberinya wejangan.

"Maaf."

"Gue nggak butuh maaf lo, apa yang bisa lo perbaiki tolong di perbaiki. Gue ngerasa gagal jadi abang kalian. Jeka sama Amara nggak ketolong, mereka balapan, mereka ngerokok, Jeka suka minum, Amara pasang tato. Gue udah nggak bisa nolong mereka karena dari awal gue kurang awasin mereka. Dan mereka juga aslinya mau berhenti tapi susah, yang kayak gitu susah Go kalau mau berhenti."

"Dan lo! Malah mulai. Gue nggak bisa awasin lo di Jepang, tapi gue tau lo udah nyentuh rokok. Tapi gue nggak tau lo berani mabok sampe main judi sampe bungkus cewe," Mahen menutup wajahnya. Ia menahan semua air mata yang akan tumpah.

"Gue gagal jadi abang kalian." Final Mahen. Ia masuk ke kamar tamu dan mengunci pintunya. Meninggalkan Hugo yang juga menangis sambil meringis di lantai. Ia menatap Amara, yang sekarang berjalan mendekat dan mengelus surainya.

marry the Producer ; Choi Hyunsuk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang