2.0

346 35 1
                                    

; holi-yay (open discussion)
.

"Ayo buat perjanjian dulu."

Kedua adik Amara sudah berdiri rapih dan tidak sabar untuk menghabiskan Sabtu bersama kakak mereka. Gadis 25 tahun yang sedang ngejar thesis itu mensejajarkan dirinya agar sama tinggi dengan Zabran.

"Janji apa?"

"Perjanjiannya, harus nurut sama kakak dan jangan rewel. Kalau capek bilang, kita istirahat, jangan rewel nggak jelas terus nangis. Paham?"

Danny tersenyum, jadi begini cara Amara bernegosiasi dengan anak lima tahun dan tiga tahun? Memangnya merek akan paham dan patuh? Jika iya, Danny kagum luar biasa.

"Okay."

"Pinky promise." Amara mengangkat jari kelingkingnya agar bisa membuat pinky promise dengan kedua adiknya.

"Luthfi, dengar apa kata kakak ya? Nurut sama kakak ya? Okay?"

"Okay!" Jawabnya penuh semangat.

Setelah keduanya berjanji lewat pinky promise, barulah Amara mengizinkan Zabran dan Luthfi masuk kedalam mobilnya Danny.

"Where we going to, kak?" Tanya Zabran, padahal mobil baru saja berjalan menjauh dari rumah pak Wijaya. Iya, Danny menjemput Amara dahulu, baru menjemput kedua adiknya ke rumah baru pak Wijaya.

"Where do you wanna go?" Tanya Danny balik. Ia hanya kaget dengan anak usia lima tahun tapi fasih betul bahasa inggrisnya. Jadi, ia bertanya balik dengan bahasa inggris, ingin mengetahui sejauh mana kosakata anak ini.

"Hmm? I don't know, maybe toys store? Aku mau beli lego."

Mata Danny seketika berbinar, "hmm okay. Selain Lego, mau beli mainan apa? Luthfi, mau apa?"

"Senapan, seperti punya bapak polisi." Jawabnya. Yaampun, Danny menahan gemas saat ini. Rasa ingin memeluk Luthfi dan membelikan satu toko mainan itu untuknya dan juga Zabran.

Amara hanya diam saja menikmati percakapan ketiganya.

"Kemarin abang dibeliin Papi Lego bunga, and i give it to bunda."

"Oh ya? Such a romantic boy. Kali ini mau beli lego apa? Bangunan? Dinosaurus? Atau hmm robot?"

"Let we see later."

"Alright then."

.
Amara panik adiknya sudah tidak ada di belakangnya. Ia langsung menelpon Danny, dan pria itu mengatakan bahwa mereka sedang ada di section mainan.

Pasalnya, mereka tadinya bersamaan masuk ke pusat perbelanjaan. Amara cuma lepas sebentar tangan Luthfi karena ia hendak mengambil keranjang belanjaan, eh pas balik badan udah hilang aja tiga lelaki di belakangnya.

Akhirnya Amara mengambil buah semangka, melon, nanas, dan mangga. Ia langsung pergi ke kasir dan membayarnya, menggunakan kartu.

"Maaf mbak, kartunya sudah di blokir." Ucap kasir tersebut yang spontan saja Amara langsung panik bukan main.

"Hah? Astaghfirullah, salah kartu ya Allah gimana ini?" Sedangkan dibelakangnya ada dua atau tiga orang yang juga sedang mengantri bahkan belanjaannya lebih banyak. AMARA PANIK BANGET TOLONG!

"Bentar mbak." Amara membuka e-wallet nya dan ia langsung bernapas lega karena saldonya cukup untuk membayar ini.

"Mbak, bisa qris?"

"Bisa mbak, sebentar saya tampilkan kode pembayarannya."

Amara mengelus dadanya, mengucap hamdalah berkali-kali karena Allah masih menolongnya. Biasanya Amara nggak suka simpen uang di e-wallet karena ia kemana-mana bawa cash atau kartu.

marry the Producer ; Choi Hyunsuk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang