0.8

426 39 2
                                    

; anger
.

Padahal belum siang banget,  tapi panasnya membakar kulit, Danny buru-buru masuk ke gedung agensinya. Dengan segelas kopi dingin ditangannya, ia akhirnya bisa merasakan adem setelah berada dibawah terik lumayan lama.

Dia baru saja balik dari kantor ayahnya Amara, ada satu dua hal yang ia bicarakan serius dengan beliau itu.

"Daniel! Mas Daniel!"

Danny sontak langsung membalikkan badannya karena kaget namanya dipanggil begitu. Baru juga mau masuk ke dalam lift.

"Eh iya pak? Ada apa?"

"Itu ditunggu rapat sama produser lain, lantai 11 ruang B."

Danny melotot, "aahhh iya. Makasih ya pak Cahyo, saya izin kesana."

"Nggih mas."

Danny berpisah dengan pak Cahyo, salah satu manager artis di depan lift. Ia hendak ke atas sedangkan pak Cahyo mau makan siang sepertinya.

Ditengah paniknya itu, ponsel Danny terus saja bergetar menandakan pesan masuk.

Daniel tertawa dalam lift, ia mengaktifkan silent mode lalu kembali fokus pada tujuan awal yaitu rapat bersama para produser

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daniel tertawa dalam lift, ia mengaktifkan silent mode lalu kembali fokus pada tujuan awal yaitu rapat bersama para produser.

Ia membuka pintu ruang rapat, dan terlihat disana sudah berkumpul par produser termasuk Juan, Isa dan juga Yoga.

"Maaf saya telat, ada masalah external."

"It's okay, sini duduk. Baru juga mau dimulai." Ucap salah satu produser senior.

Rapat dimulai, tapi Danny merasa tidak nyaman karena ponselnya masih bergetar meski sudah ia heningkan. Ia membuka sebentar untuk menengok apa yang terjadi, dan Danny tersenyum saat tahu ulah siapa ini.

Ia membalasnya sebentar lalu mematikan ponselnya. Begini juga Danny adalah orang yang profesional dalam pekerjaannya. Ia tak mau masalah kecil seperti tadi menjadi pengganggu pekerjaannya.

🦔🦔🦔

Amara tak berbohong dengan ucapannya. Saat Danny datang menjemput dirinya di depan kantin FT, saat itu ada Jeka dan Haikal. Tepat didepan mereka juga, Amara melempar bogem nya ke pipi kiri Danny. Bukan tamparan, tapi tonjok :))))

"You! Stop ruined my life, you are nothing for me. Nggak usah pura-pura baik ke gue, baik ke orangtua lo aja sana. Gue nggak perlu semua perlakuan baik lo."

Jeka dan Haikal yang tak tahu apa masalahnya hanya bisa menjauhkan Amara dari Danny yang kini memegangi pipinya. Tentu saja sakit, mereka berdua juga tahu kalau Amara sabuk hitam karate :)))

"Yaudah yuk pulang—

"Gue nggak mau pulang sama lo Daniel Atmadja, gue harus ngomong pake bahasa apa biar lo paham? Gue cuma mau nonjok lo."

marry the Producer ; Choi Hyunsuk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang