9. Perpustakaan

20 3 0
                                    

Hari itu perpustakaan sepi sekali. Hampir tidak ada orang selain tiga lelaki itu. Nagi, Reo, dan Kaiser, berdiri diam di depan rak-rak besar itu.

"Jadi? (Name) menyuruh apa pada kalian?" Tanya Kaiser seraya lelaki itu bersedekap.

"Cari kertas usang diantara tumpukan buku, yang isinya memaki-maki dirinya seperti yang Karen kirim di group chat kemarin malam. Fokuslah ke rak Vokal Suara, itu kata (Name) 20 menit yang lalu sebelum dia pergi ke ruangan kepala Sekolah." Jelas Reo.

"Oke, kita berpencar. Aku ke bagian kanan, Nagi ke tengah, Reo ke kiri." Kaiser mengusulkan. Reo dan Nagi mengangguk, lantas mereka berpencar sesuai arahan Kaiser tadi.

****











Mari kita lihat Kaiser. Lelaki itu kini menelusurkan jarinya keseluruh buku. Bukunya satu persatu ditarik, berjaga-jaga apakah kertas yang dimaksudkan (Name) terselip diantara buku-buku itu.

Kaiser mengernyit. Apakah hanya ada satu? Yaitu, yang Karen kirimkan kemarin? Tak mungkin.

Kaiser membuka ponselnya. Memperhatikan gambar kertas yang (Name) dan Karen kirim ke group chat mereka. Tulisannya mirip, sangat mirip. Tidak. Sama.

Kaiser tersenyum. Kini ia tahu kalau orang yang menulis makian di kertas yang Karen tunjukkan sama dengan yang (Name) tunjukkan di buku catatan.

"Anak aneh." Gumam Kaiser. Ia terus berjalan sembari menarik buku-buku disana, barangkali kertas yang dicarinya---bukan, dicari (Name)--- terselip disana.

Baris kedua, buku kelima. Akhirnya sekitar 10 lembar kertas usang berhambur ke lantai. Kaiser terbelalak, mata biru langitnya memandang seluruh kertas itu takut-takut.

"Sebenarnya apa ini? Sebenci apa orang yang menulis ini sehingga dia menulis 10 lembar kertas untuk memaki (Name)? S*nting!"

Kaiser berjongkok, meraba salah satu kertas. Kertasnya lembab dan rapuh. Tandanya, sudah beberapa tahun kertas itu bergeming, terselip diantara buku-buku.

Banyak sekali makian disana.

Mulai dari '(Name) s*alan!', 'Dasar bungsu Yoshiko br*ngsek!' dan lain semacamnya. Kaiser mengernyit makin dalam, sebenarnya apa motif orang yang menulis hal-hal ini?

Dia berdecak, lantas memotret seluruh isi kertas itu. Mengirimnya pada objek cantik yang dimaki.

"Anak aneh. Gadis sebaik (Name), kau maki?" Kaiser berdecak sebal. Ia memakai sarung tangan karet yang dibawanya lantas merapikan seluruh kertas makian itu. Ia memasukkannya kedalam sebuah plastik zip lock besar dan bergegas menemui Nagi dan Reo.

****















Kita lihat Reo. Dengan gesit tangannya menarik seluruh buku dari raknya, lantas mengembalikan posisinya kembali.

"S*al. Dimana kertas b*jingan itu?!" Reo berkata sedikit keras. Untungnya suara lelaki itu tak terdengar sampai ke telinga penjaga perpustakaan.

Akhirnya, rak pertama buku kedua, 5 kertas berhamburan dari sana. Reo terkesiap, netra ungunya membola.

"Anj*ng! Disini kamu!" Reo segera berjongkok dan memungut salah satu kertas lembab itu. Membacanya.

"S*alan s*alan s*alan! Beraninya dia menghina (Name)!" Reo berdecih dan memotret seluruh kertas itu. Mengirimnya pada (Name).

"Anak s*nting." Gumam Reo. Ia memakai sarung tangan yang (Name) berikan lantas merapikan kelima kertas tersebut untuk dimasukkan kedalam plastik zip lock.

"Oke, mari kita ke sisi Nagi."

****















"Aah, dimana Reo?" Nagi menghela napas. Baru saja ia menemukan 2 kertas di sisi pencariannya. Tepat di rak ketiga buku pertama.

"Nagi!" Panggil Reo pelan. Nagi langsung melirik, ia mengernyit. Lantas lelaki jangkung itu melangkah mendekati Reo.

"Reo, kamu sudah menemukan kertasnya?" Tanya Nagi. Reo mengangguk.

"Sudah. Ayo kita pergi ke tempat Kaiser dan memberitahu (Name)." Ujar Reo. Nagi hanya mengangguk, dan mengikuti sahabatnya itu berlari menuju Ruangan kepala sekolah.

==============================

𝐬𝐭𝐚𝐫'𝐬 𝐬𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭 • 𝐛𝐥𝐮𝐞 𝐥𝐨𝐜𝐤. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang