"Dikit lagi bakal selesai," batin seorang gadis, jari jemarinya dengan lincah menari di atas keyboard laptop.Bunyi panggilan handphone merebut perhatiannya yang tergeletak di samping laptop. Ia menghentikan gerakan jemarinya beralih menarik ikon hijau. Terpampang nama pemilik nomor, Rina.
"An!" panggil seorang dari sebuah handphone pemilik yang bernama Anas tapi biasa dipanggil hanya dua huruf, An.
"Apa?"
"Lo sibuk?"
"Iya, gue sibuk."
"Sibuk mulu!" protes Rina, merasa sahabatnya ini selalu saja sibuk.
"Lahh, emang kenapa?"
"Sekali-kalilah. Lo traveling!"
"Iya, kapan-kapan."
"Kapan-kapan, mulu jawabnya! Esok,
kek, jawabnya. Minggu depan, kek. Ini kapan-kapan mulu! Dah sering gue dengar gitu!" cerocos Rina, muak dengan jawaban Anas yang selalu sama. " Mending ikut rencana kami, yuk!""Rencana?"
"Iya. Travelling."
Respon Anas hanya beroh-ria tidak merespon dengan pertanyaan lainnya karena tidak tertarik dengan rencana mereka.
"Lo ikut, harus!" paksa Rina.
"Kok, maksa. Malas tahu!" elak Anas.
"Iyailah, kapan sih jalan-jalan? Di kontrakan mulu. Nggak bosan?"
"Nggaklah, bagi gue, mah. Menyenangkan, cuma duduk manis, nulis cerita atau baca. Daripada berpergian," jawab Anas merasa bangga dengan kegiatannya. Anas adalah seorang penulis novel. Selain pencipta karya, Anas juga penyuka buku. Di waktu-waktu luangnya di habiskan dual hal itu. Membaca dan menulis.
Tok! tok! tok! Pintu kontrakan Anas ada yang mengetuk. "Tunggu bentar, gue mau buka pintu dulu." Anas meletakkan handphonenya disamping laptop. Kebiasaan, tak nyaman berjalan sembari memainkan ponsel.
"Yaudah, cepat. Jangan lama!" desak Rina dari seberang sana.
Gadis bertubuh ramping, rambut coklat lurus sedada, memakai baju hijau lumut lengan pendek dan celana hitam panjang beranjak berdiri berjalan menuju pintu, lalu membuka.
Anas berdecak kesal setelah celingak-celinguk didepan pintu. Dia tidak menemukan siapa pun, setelah menutup pintu Anas duduk seperti semula, didepan laptop. Kembali mengangkat handphone.
"Cuma orang usil, Rin. Bikin orang kesal aja," rutuk Anas mengendus jengkel.
"Rin?" panggil Anas merasa tidak ada respon.
"Hello?" panggilnya sekali lagi.
"Nih, anak kenapa, sih? Ini belum dimatiin.
kok, nggak ada suaranya." kening Anas mengerut menatap layar handphone."Rina, lo masih disitu,'kan?!" tanya Anas bernada kasar.
Hening.
Tok! tok! tok! Pintu kembali ada yang mengetuk.
"Duh, siapa sih? kurang kerjaan banget," gerutu Anas. Dia hanya memperhatikan pintu. Tak ada niat untuk membuka.
Anas memilih mengadaikan bunyi ketukan pintu beralih fokus pada layar laptop.
Tok! tok! tok! tok! tok! tok!
Tok! tok! tok! tok! tok! tok! tok!
Tok! tok! tok! tok! tok! tok! tok! tok! tok!
Ketukan itu terus berbunyi bahkan lebih banyak.
"Bukan atau nggak usah?" batin Anas ragu,
dia malas berdiri dan membukakan pintu, takut cuma orang usil. Tapi, ini sudah keterlaluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Traveling ( End )
HorrorSekelompok anak muda pergi kesebuah hutan untuk kegiatan traveling. Satu persatu mereka mendapatkan teror yang membuat mereka ketakutan setengah mati dan kehidupan mereka di hutan tersebut bagaikan dilembah kengerian. Semua teror itu berasal dari se...