Epilog

50 27 1
                                    


"Hahahahahaaaa!" gelak tawa Rina dalam pengaruh Eling, menikmati suasana menyenangkan baginya. Dua nyawa sudah
di tangannya. Tinggal beberapa lagi.

"Tolong, jangan lepaskan!"  teriak Anas memohon. Dia tidak tau harus bagaimana? Cara menolong mereka. Eling kian tergelak.

Angin berhembus kencang, awan-awan gelap menguasai langit. Dedaunan kering berterbangan dan pepohonan bergerak kesana-kemari seakan ingin tumbang. Gelak tawa Eling kian melengking menambah degup jantung Anas berkali-kali lipat. Rautnya tegang dan tubuh gemetar. Dia tak tahu harus bagaimana? Satu-satu cara seperti ini hanyalah berdoa pada yang maha kuasa. Pasrah pada penguasa alam. Mungkin ini sudah akhir hidup mereka atau hanyalah cobaan sementara.

Serrrttt! Tali tambang melingkar sempurna
dipinggang Rina. Anas tersentak dan menoleh kearah ujung tali. Kepanikan Anas sedikit berkurang. Dia melihat Deni dan Farrel menarik tali itu dengan sekuat tenaga. Wira menarik paling ujung tali dengan duduk karena kakinya terluka. Tidak bisa berdiri, tapi tetap membantu.

Dari mana dapat tali? Milik Wira. Hal yang biasa mereka bawa tali, alat cadangan untuk mendaki gunung. Selain hutan, gunung pun Wira pernah jelajahi.

Eling di dalam raga Rina terperanjat dan tubuhnya bergerak mundur sebab di tarik mereka. 

"Hahh ...." geram Eling kesal, sedikit lagi tubuh Rina meraka gapai namun Eling melepaskan cekalnya pada seorang gadis yang memprihatinkan.

"Aaaaaaaa ... Elin!" teriakkan panik mereka.

Tubuh Elin akan hancur jika jatuh ke jurang. Mungkin hanya tinggal namanya saja dan raganya sulit tuk ditemukan.

Darah menetes di sela-sela rambut Elin, posisi Elin terbalik, kepala kebawah dan kaki keatas. Kedua mata Elin mengerjap, ia sadar.
Tersentak melihat dasar jurang yang gelap dan dalam, tubuhnya sedikit berayun-ayun.

"An," desis Elin melihat Anas  berjuang dipinggir jurang yang berusaha payah
agar tetep memegang sepatunya.

Tubuh Rina berhasil diselamatkan. Farrel berlari membantu Anas, menarik tubuh Elin.

Kedua gadis itupun terbaring jauh dari tepi jurang, Anas sibuk menyadarkan mereka.

"Aarrrhhh ... panas!" raung Eling terkena cipratan air dari botol di genggaman Wira yang komat-kamit membaca doa, air dalam botol itu sudah ia bacakan doa-doa. Atas kuasa Tuhan yang tiada banding, setan itupun menghilang dengan erangan kepanasan.

Mereka semua menghela nafas, mengucapkan terimakasih pada yang maha kuasa dan pada sesama berkat saling menolong, menyingkirkan rasa gengsi dan kerjasama. Berpelukan seperti Teletubbies dengan Isak tangis lirih.  Mereka bersyukur masih bisa bersama.

Traveling kali ini bagi mereka sangat berkesan mendapatkan pelajaran, pengalaman menegangkan dan harap tidak akan terjadi kembali.

SEKIAN. Terimakasih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Traveling ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang