Seekor burung gagak kecil mematung-matung tangan gadis yang tergeletak tak sadarkan diri. Alhasil empu tangan tersadar, tangan itu bergerak meraba-raba sekitar. Rabaannya hanya mendapati dedaunan kering, rabaan
itu beralih menyentuh kepalanya yang teramat pusing."Tolong ...." bibir pucat itu bersuara lemah
dan berusaha membuka kelopak mata."An!" sayup-sayup seorang memanggilnya.
"Tolong ...." bibirnya kembali bersuara.
Alis tebal dan kelopak matanya bergerak-gerak berusaha membuka kelopak mata, setelah sekian lama tertutup. Akhirnya sepasang kelopak mata itu terbuka, tetapi pengelihatannya kabur.
Anas memejamkan matanya kembali dan mengucek-ucek kedua matanya kemudian membuka kembali.
Sekarang pengelihatannya sedikit pulih.
Anas berusaha duduk, tubuhnya terasa remuk. Sendi-sendi tulang seakan sulit di gerakkan. Kedua matanya melihat ke sekeliling. Hanya ada pepohonan,
semak-belukar dan seekor burung kecil
yang telah membangunkan dirinya.Keadaan Anas sekarang sangat memprihatikan. Lengannya banyak
goresan berdarah dan pakaian kotor."An!" teriak seorang berlonjak senang,
dari belakang. Empu nama tersenyum senang "Rina!" Mereka berpelukan." An, Aku mencari mu." Rina mempererat pelukannya.Seusai berpelukan, Rina mengajak Anas menuju sebuah tempat. Anas mengikuti kemana langkah temannya.
Anas terperangah melihat keadaan mobil mereka yang sudah menjadi kerangka dan hangus.
"Ayo, duduk An!" Rina mempersilakan Anas duduk di atas pohon yang sudah tumpang.
Anas menurut."Sini, aku obati lukamu." Rina meraih tangan Anas, sesudah mengambil tas ransel yang tak jauh dari mereka terletak.
Kurang dari tiga menit, tangan Anas sudah di perban dan luka-luka diwajahnya sudah diobati. Sembari tadi tak ada perbincangan. Rina sibuk mengobati dan Anas diam terpaku. Mental maupun fisiknya sedang tidak sehat.
"Sudah selesai."Rina berdiri mengambil tas yang berada agak jauh, berisi berapa botol minuman dan roti-roti.
"Ini, makanan ya." Rina memberikan roti pada Anas." Thanks, Rin." Anas menyambut dan memakanannya berlahan.
"Rin," panggil Anas menghampiri Rina
yang sedang sibuk menumpuk dedaunan kering di kayu yang menyala agar mengeluarkan asap untuk mengusir binatang kecil pengisap darah."Apa, An?" tanya Rina melengkungkan senyuman, membuat Anas merasa aneh dengan tingkah Rina.
"Apa kita masih hidup?" tanya Anas.
"Kenapa bertanya seperti itu?" Rina bertanya balik. Dia tetap fokus mengumpulkan dedaunan.
"Aku tidak yakin apa kita masih hidup," jawab Anas kembali duduk. Dia merasa tak yakin, apakah dia masih berada di muka bumi ini. Secara mahluk hidup atau sudah menjadi mahluk tak kasat mata.
Rina tidak merespon. Diam membisu hanya tangannya terus bergerak mengambil dedaunan disekitar lalu menumpuk
diatas dedaunan yang sudah mengunung."Rina, jawablah!" desak Anas, semakin merasa aneh.
"Iya, kamu sudah mati!!" teriak Rina bangkit dari duduknya. Kepalanya berputar 180° dengan tubuh yang masih membelakangi Anas.
"Hikhikhikhikk!" bola mata Rina memutih sempurna.
"Aaaaaa!" teriak Anas ketakutan, dia berusaha berlari tapi apa daya tubuhnya masih lemah.
"Jan-gan kemana-mana." pergelangan tangan Anas terangkat, seolah ada yang menarik dan menyeret Anas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Traveling ( End )
HorrorSekelompok anak muda pergi kesebuah hutan untuk kegiatan traveling. Satu persatu mereka mendapatkan teror yang membuat mereka ketakutan setengah mati dan kehidupan mereka di hutan tersebut bagaikan dilembah kengerian. Semua teror itu berasal dari se...