10| The Day We...

824 97 12
                                    

"Jadi sudah resmi?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi sudah resmi?"

Ratna menatap sepasang mata yang sudah menyelesaikan makan malamnya. Gadis itu balik menatap sorot hangat dari Ratna.

"Dia cuma minta izin buat PDKT, Bu." koreksi Kaila.

"Keren juga nyalinya." puji Ratna. "Ya apapun itu istilahnya sih, Ibu tidak masalah, toh Ibu juga pernah menjadi anak remaja. Tapi Ibu minta sama kamu untuk tidak melewati batas dan sekolah tetap berjalan sebagaimana semestinya, jangan pernah buat Ibu kecewa, ya?"

Kaila terkekeh pelan. "Iya, Bu. Aku tau. Just trust me."

Ratna menghela napas pelan. "Perasaan kamu tu baru Ibu lahirin kemarin deh, sekarang kok udah bisa cerita cowok gini ke Ibu. Kenapa cepet banget ya waktu berjalan?"

"Ya kalau waktunya berhenti kiamat dong, Bu." ujar Kaila bercanda diselingi meneguk habis air minumnya. "Menurut Ibu, Kak Fadlan itu gimana?"

Wanita setengah baya yang hendak bediri dari kursinya ini mengurungkan niat, raut wajahnya tampak berpikir. "Hm.. ganteng.."

"Bu,"

Ratna tertawa. "Dia anak yang gentle, to the point dan gak neko-neko. Dateng ke rumah, minta izin buat anterin kamu sekolah dan make sure kamu buat selamat sampai rumah lagi, gak semua anak laki-laki berani seperti itu tau."

Kaila mengangguk paham. "That's why I approved of him. He respects my one and only Mom, kind to me, cares about little things that I forgot before. There is no reason who makes me reject him."

🦋

Sejauh ini, hari Minggu Kaila berjalan mulus. Gadis dengan baju barong yang dilapisi celemek dan rambut tercepol asal itu tampak fokus mengeluarkan roti yang sudah jadi dari oven. Aroma pastry mengeruak di dapurnya.

Ratna yang sedang memasak melirik Kaila. "Di dinginin sebentar baru dikeluarin dari loyang." katanya memberi arahan.

Kaila meletakkan loyang tersebut ke atas meja. Kemudian melepaskan sarung tangan dan celemek. Berjalan menuju sink untuk cuci tangan.

"Apa-apa langsung cuci tangan, keriput nanti tangan kamu." Ratna menggeleng heran.

Karena masih harus menunggu, Kaila memilih untuk duduk. Membuka ponsel yang sudah ada banyak notif masuk. Salah satunya dari Fadlan. Tanpa sadar Kaila menyunggingkan senyum saat pesan dari Fadlan ia terima.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Apple of My EyeWhere stories live. Discover now