Prolog

29 1 6
                                    

Haiii, manteman
Selamat datang di karya terbaruku. Aku harap antusiasme kita sama untuk cerita ini!!
Mohon kritik membangunnya, yah!
Jika ada janggal yang ditemukan, mari berbagi bersama.

Untuk alur, jangan mencoba menebaknya percayakan saja pada penulis, oke :)

🍁

Aku tak seharusnya terjun terlalu bebas dalam perasaan rumit ini.

Aku tidak menyangka bahwa perasaan meledak-ledak ini akan membunuhku cepat, secepat jantungku yang berpacu saat didekatnya. Ini kali pertama aku merasakannya, perasaan yang menyelusup lembut dan membuat hatiku hangat. Bodohnya aku terlalu dini mengharapkan sesuatu jauh melebihi ekspektasi. Aku lupa, kadang harapan yang besar adalah senjata terampuh menyakiti diri sendiri.

"Nggak. Nggak seharusnya lo jatuh cinta sama gue. Karena gue nggak suka sama lo. Dan sejujurnya ini membebani gue." Aku meringis mendengar pengakuan yang tidak pernah ingin aku dengar.

"Tolong menjauh." Dia menjeda, aku menahan napas sesaat.

Dia melanjutkan, "ada banyak hati yang harus gue jaga," tutupnya.

Aku tidak memberikan reaksi apa pun. Karena aku tidak tahu cara mengekspresikan semua emosi itu sekarang. Aku lega dia tahu, aku kecewa dengan tanggapannya, aku senang dengan ketetapan hatinya.

"Oke," ujarku pelan, sangat pelan hingga tidak yakin dia mendengarnya.

Tenggorokanku terasa membengkak, sulit hanya untuk mengeluarkan sepatah kata.

"Gue duluan. Salam buat Bang Leo, gue belum ada waktu buat jenguk dia, tapi secepatnya gue usahain," ujarnya, dan berlalu pergi.

Aku ragu bahwa aku mengenalnya. Dia tidak seperti biasanya. Terlalu dingin. Dia berubah. Namun, aku senang dengan perubahannya.

Lihat, aku bahkan terlihat sangat nggak berpendirian bukan?

Aku terlihat seperti bukan seseorang yang benar-benar menyukainya, tersenyum lebar. Bukankah seharusnya aku mengangis?

Rainike_
di Orion musim panas

ENCORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang