12

115 16 0
                                    

Turnamen penyisihan telah tiba. Nekoma sampai ke babak semi-final, yakni Kualifikasi Antar-Tinggi Musim Semi Prefektur Tokyo.

Mereka merasa tegang menunggu giliran bermain. Sedangkan (Name) memeriksa persediaan handuk dan botol minum anggota.

Sekilas ia memperhatikan teman-temannya di sana.

"A-aku sepertinya akan ke toilet sebentar!" Lev terburu-buru pergi dari tempatnya, tampak sangat panik.

Terdengar helaan nafas dari Yaku.

Setelah selesai mengecek, (Name) menghampiri teman-temannya yang lebih serius dari biasanya.

"Tenanglah... aku yakin kalian pasti akan menang di babak ini," senyum menenangkan kuberikan pada mereka.

Seketika raut wajah mereka berubah menjadi semangat seperti mendapatkan ketenangannya kembali.

"Osu!!"

Setelahnya aku pergi meninggalkan mereka dan berjalan menuju kedua pelatih.

"Apa mereka baik-baik saja?" tanya Nekomata-sensei.

Aku mengangguk tegas. "Mereka dalam keadaan bagus saat ini."

Nekomata-sensei tersenyum mengangguk. "Kerja bagus, (Name)"

***

Tim yang maju ke babak semi-final adalah Nekoma, Fukurodani, Itachiyama, dan Nohebi. Masing-masing tim mempunyai kekuatan yang berbeda. Nekoma bertemu kembali dengan teman sekaligus saingannya, Fukurodani.

Untuk pertandingan pertama kebetulan sekali Nekoma mendapat bagian melawan Fukurodani. Kedua tim merupakan lawan yang tangguh karena sudah familiar dengan kekuatan dan kelemahan masing-masing.

Kini mereka sedang memanaskan tubuh  di tengah lapangan. Sesekali bersorak saling menyemangati antar anggota tim.

(Name) mendengar pemandu sorak mendukung Nekoma dari bagian bangku penonton. Netranya fokus pada dua gadis yang berdiri paling depan di hadapan mereka.

'Mereka bukannya...'  batin (Name) terpotong karena seseorang menjelaskannya terlebih dahulu.

"Mereka adalah keluarga anggota satu tim kita. Gadis berambut abu-abu kakaknya Lev lalu gadis berkuncir dua adiknya Taketora," tiba-tiba Kuroo sudah di sebelah (Name).

Aku terkesiap lalu mengangguk tipis, 'Benar dugaanku'

"Oh, aku mengerti. Dan kau, Kuro! Jangan membuatku terkejut," ucapku jengkel.

"Haha! Baik, (Name)~ hanya saja sedari tadi kau terus memperhatikan mereka," Kuroo mengangkat bahunya enteng.

"Itu karena mereka mencolok sekali di antara para penonton."

Kuroo hanya tersenyum, lalu ia mengencangkan tali sepatunya yang terasa longgar. Di sela-sela kegiatan itu ia memanggil manajernya.

"(Name)."

Aku hanya berdeham sebagai jawaban. Kuroo berdiri setelah mengencangkan ikatan tali sepatu. Ia menatapku.

"Dukung aku ya," Kuroo menatap gadis itu dengan tatapan tajam namun lembut, setelahnya ia mengusak kecil rambut (Name) yang menghalangi mata.

Aku terpaku akan sikapnya yang tiba-tiba. Entah mengapa sekitarku menjadi panas begini. Haha... aku sedikit salah tingkah.

"Tentu saja aku selalu mendukungmu dan seluruh anggota tim. Memang kenapa?"

Sebelum menjawab pertanyaan itu Kuroo mengalihkan pandangannya dan mengusap pelan lehernya.

"Tidak... tidak apa-apa," Kuroo meninggalkan (Name) dalam kebingungan.

Miracle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang