17

91 18 0
                                    

Sesampainya di penginapan, tim Nekoma langsung membersihkan badan mereka dengan berendam di pemandian air panas. (Name) juga melakukan hal tersebut. Tubuhnya terasa rileks ketika bertemu dengan air yang hangat.

Gadis itu bersandar pada dinding dan menutup kelopak matanya. Mengatur nafas agar lebih tenang.

'Air hangat memang yang terbaik'

Ia memikirkan bagaimana pertandingan esok akan dimulai. Setelah berendam, (Name) kembali ke kamarnya lalu mengganti pakaian. Kemudian ia membaringkan tubuhnya di atas futon. Memejamkan mata mencoba tidur. 

Rasa kantuk yang diharapkan tak kunjung datang. (Name) terus merubah posisi tidurnya. Namun nihil, ia tidak bisa tidur sekarang.

"Sepertinya aku akan mencari udara segar terlebih dahulu," gumamnya.

Gadis itu berjalan menyusuri koridor penginapan dan melirik sekitar. Menghampiri balkon penginapan karena menarik matanya.

Ia menahan kedua tangannya pada pembatas besi di hadapannya. Mendongak ke atas melihat banyaknya bintang yang begitu indah.

'Aku suka ketenangan ini' 

"(Name)?"

Ia menoleh ke sumber suara, mendapati Kuroo yang datang sambil memasukkan kedua tanggannya ke dalam jaket. 

"Kuroo? Ada apa?" tanya (Name) pada lelaki itu yang berjalan semakin dekat ke arahnya.

"Tidak. Aku hanya tidak bisa tidur dan kebetulan melihatmu di balkon. Jadi aku menghampirimu." 

"Oh, baiklah." (Name) menyandarkan punggungnya pada pembatas besi.

Kuroo meletakkan kedua tangannya pada pembatas besi yang sama. Sekilas melirik pada sang gadis.

"Hari ini begitu melelahkan bukan?"

Lelaki itu berbalik membelakangi langit sebelum menjawab pertanyaan sang gadis, "Benar. Hari ini sangat melelahkan. Tetapi aku merasa tidak lelah maupun mengantuk sama sekali."

Aku terkekeh sejenak, "Yang lain bagaimana?"

"Tertidur sangat lelap," ucap Kuroo dengan lugas.

Aku pun tertawa kecil setelah melihat Kuroo yang membuang muka ke samping dengan malas.

(Name) kembali menatap langit yang bertaburan bintang. "Langit terlihat sangat indah sekarang."

Kuroo mengikuti arah pandang (Name), menengadah dan menatap langit gelap yang dihiasi bintang dan bulan yang tidak terlalu nampak.

"Ya. Seperti yang kau bilang."

"Sayang sekali sang rembulan tertutup awan."

Kuroo terkekeh. "Bulan tidak ingin menunjukkan dirinya padamu mungkin."

"Kenapa? Padahal ia sangat indah," (Name) melihat benda-benda langit itu dan tersenyum kecil.

Kuroo menatap lekat kedua manik sang gadis. "Karena Selene sedang berada di sini. Mungkin ia malu keindahannya tersaingi."

Seketika aku menatap matanya. Kami saling pandang sebelum aku bertanya padanya.

"Selene?" tanyaku.

Kuroo mengangguk. "Selene atau dewi bulan dari mitologi Yunani Kuno."

Semburat merah muncul di pipi (Name). Ia langsung mengerti arti ucapan Kuroo. (Name) ingin mengalihkan pandangannya namun tatapan Kuroo seakan mengunci dirinya agar tidak berpaling dari mata tajamnya.

Gadis itu merasa gugup di dekat Kuroo. Karena sebelumnya ia tidak pernah dilakukan seperti ini. Sangat manis pikir (Name).

Meskipun ia mengerti ucapan Kuroo tetapi ia tidak mau percaya diri terlebih dahulu. Akan sangat memalukan jika ternyata itu tidak seperti bayangannya. Jadi gadis itu pikir untuk bertanya padanya sekali lagi.

Miracle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang