"Kenma?"
"Ada apa?"
Aku tersenyum mendengar suaranya. "Temani aku jalan-jalan sebelum pulang, boleh?"
Kenma terdiam dan berpikir sebentar sebelum mengangguk. "Ayo."
Aku semakin tersenyum lebar atas ajakan itu. Akhirnya aku memiliki waktu untuk bersamanya setelah sekian lama. Kami berdua berjalan beriringan melihat sungai yang mengalir mengikuti jalur. Terdapat banyak tanaman dan bunga yang begitu indah di sekitar. Atmosfer yang tenang di sore hari setelah kami merayakan kelulusan anak kelas 3.
"Kenma..." panggilku kedua kalinya dengan nada menggantung.
Kenma berdeham. Lalu aku menghentikan langkahku diikuti dirinya. "Aku... ingin memberitahumu tentang sesuatu."
Kenma menoleh menunggu kelanjutan dari ucapan gadis itu. Sebelum si gadis menjelaskan tiba-tiba tubuhnya menunjukkan glitch kembali. Kali ini hampir seluruh tubuh (Name) menghilang.
Kenma yang terkejut lantas memegang kedua lengan (Name) untuk menahan si gadis agar tetap berada disampingnya. "(Name)!" wajahnya dipenuhi kekhawatiran.
Setelah beberapa menit tubuh (Name) normal kembali. "Ah, maaf. Tenang Kenma aku masih di sini," ucap (Name) menenangkan lelaki itu karena dia terlihat panik.
Aku mengambil nafas sebelum memulai percakapan. "Sebelumnya aku ingin menjelaskan kalau aku dan Kuroo tidak ada hubungan apapun."
Kenma yang sudah tenang langsung mengangkat alisnya bertanya-tanya.
"Maksudku saat itu kau berujar bahwa aku adalah kekasih Kuroo. Namun itu tidak benar. Aku dan dia hanya berteman saja. Lagipula bagaimana kau bisa menarik kesimpulan bahwa kami berpacaran?"
"Oh? Itu..." kedua pipi Kenma terasa panas sekarang. Ia tampaknya malu karena menyaksikan kejadian di taman itu bahkan ia membuat kesimpulan sendiri.
"Aku melihat kalian berdua berpelukan di taman dekat konbini. Saat itu aku ingin membeli keperluan lain. Hanya saja tidak sengaja melihat kalian. Ya, kau tahu kan? Sedari awal Kuroo selalu ingin dekat denganmu dan itu tidak menutup kemungkinan kalau kalian sedang menjalin hubungan," ujar Kenma yang langsung mengalihkan pandangan ke arah lain selain (Name).
"Kau melihat itu ternyata, hahaha! Pantas saja. Itu adalah pelukan pertama sekaligus terakhir kami, Kenma. Kuroo memang menyatakan perasaannya. Tapi aku sudah menyukai orang lain. Jadi yah, begitulah," (Name) menggaruk belakang lehernya yang tak gatal.
"Eh...? oh, seperti itu. Maafkan aku sudah salah mengartikan, (Name)," sekali lagi Kenma terlihat malu.
"Lalu bolehkah aku mengetahui siapa orang yang kau sukai, (Name)?" jantung Kenma sedang berderbar saat ini. Ia sendiri kaget karena secara spontan bertanya mengenai hal itu.
"K-kalau itu..." (Name) terlihat tidak siap untuk mengungkapkan perasaan itu karena orang yang ia suka ada di hadapannya. Pipi sang gadis memerah dan ketara salah tingkah.
"Itu kamu, Kenma," setelah mengatakan hal itu (Name) melanjutkan langkah dengan tergesa karena tak sanggup mendengar balasan Kenma.
Sama dengan (Name), Kenma pun tercenung lalu wajahnya memerah. Ia berjalan cepat mengikuti langkah (Name) dan menahan tangannya.
"Tunggu (Name)! A-aku juga," seakan kehabisan kata, Kenma memotong ucapannya.
"Ya? Juga apa, Kenma?" (Name) penasaran meskipun ia sedang berusaha mengendalikan dirinya kembali.
"Aku juga menyukaimu," Kenma berujar dengan cepat.
"A-apa?"
Kenma mengambil nafas. "Aku juga menyukai― tidak, aku mencintaimu (Full Name)," ia mengulangi ucapannya dengan perlahan sambil memandang netra gadis itu dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle [END]
FanfictionBenang takdir yang melilit (Full Name) membuat dirinya merasakan kebahagiaan. Bertemu dengan orang-orang yang tidak ia sangka. Bahkan ia belajar banyak hal dari mereka tentang warna kehidupan. Rangkaian kejadian (Full Name) jalani dengan riang wala...