Masih Kinandra pov ya!
Sudah terhitung satu bulan saya mengajar di SMA Langit Pitu ini, dan selama itu juga saya selalu merepotkan Kanaya dengan meminta tolong ini dan itu. Sepertinya gadis itu terlihat jengah ketika saya meminta tolong, tapi apa daya saya yang memang sedang melakukan pendekatan dengannya.
Seperti saat ini, saya tadi meminta Kanaya untuk memfotocopy beberapa kertas yang berisi contoh soal beserta dengan rumus penyelesaian nya. Namun dari awal saya meminta tolong, saya lihat jika wajah Kanaya tidak seperti biasanya. Yang biasanya terlihat jutek, kini malah terlihat lempeng seperti tak mempunyai semangat. Saya berpikir, apakah dia tidak enak badan?
Setelah waktu mengajar saya di kelas 12 IPA 2 selesai, saya meminta Kanaya untuk mengumpulkan tugas teman-teman nya di meja saya. Namun yang mengumpulkan tugas malah Johan, bukan Kanaya. Ketika saya bertanya kenapa bukan Kanaya yang mengumpulkan, Johan bilang kalau Kanaya capek karena saya yang terus-terusan minta tolong. Apa saya memang semerepotkan itu? Kalau benar, saya janji akan meminta tolong kepada Johan saja selaku ketua kelas. Tapi bukan berarti saya berhenti meminta tolong kepada Kanaya. Kalau saya tidak minta tolong ke Kanaya, kapan saya PDKT nya?
Sepeninggal Johan dari ruang guru, saya sengaja mengikuti Johan ke kantin. Saya khawatir dengan kondisi Kanaya yang kata Johan capek. Apa benar dia terlihat lempeng karena kecapekan?
Dan benar saja, saya mendengar percakapan Johan cs kalau Kanaya pusing, wajahnya juga terlihat pucat. Lalu saya lihat kalau Kanaya pergi bersama dengan Dino. Entah ke mana dua orang itu pergi, karena barusan kantin tiba-tiba ramai, jadi saya tidak mendengar percakapan Johan cs lagi.
Karena saya khawatir dengan kondisi Kanaya, saya berniat untuk mengikuti mereka berdua dari arah yang berlawanan.
Saya tebak mereka berdua akan pergi ke UKS, dan tebakan saya benar. Mereka berdua memang pergi ke UKS. Tapi sebelum mereka sampai di UKS, saya melihat jika Dino seperti sedang memeluk Kanaya(?)
Sial! Kenapa saya merasa tidak terima? Hati saya sedikit berdenyut. Tanpa sadar, ternyata Kanaya dan Dino juga menatap saya. Mau tidak mau, saya lanjut berjalan melewati mereka berdua.
"Pak," sapa Dino yang hanya saya balas dengan senyuman kecil. Mungkin hampir tidak terlihat, karena saya sudah kepalang kesal.
Saya pergi dari sana, berniat kembali ke kantin untuk membeli roti dan susu kotak.
•••
Setelah membeli roti seperti kata saya tadi, saya kembali pergi ke UKS. Sebenarnya saya masih kesal mengingat Dino yang memeluk Kanaya. Tapi sebagai rasa bersalah saya, saya ingin bertanggungjawab kalau Kanaya memang kecapekan karena sering saya repotkan.
Di UKS tidak ada siapa-siapa. Saya kira Kanaya tidak ada di dalam, tapi ketika saya ingin pergi, telinga saya mendengar suara dengkuran halus dari dalam tirai yang berada di pojok.
Saya mencoba masuk, dan membuka tirai itu dengan pelan, takut menganggu aktivitas seseorang di dalam sana.
Alih-alih tidak terganggu, rupanya seseorang di dalam sana memiliki pendengaran yang jeli seperti saya. Padahal saya baru membuka tirai itu sedikit, tapi seseorang di dalam sana langsung membuka matanya dengan terkejut.
"PAK KIN IH, BIKIN KAGET AJA!" Pekiknya.
Saya lalu masuk dan duduk di kursi yang emang tersedia di samping brankar.
"Bapak ngapain duduk di situ?"
Saya tidak menjawab pertanyaannya, tapi saya langsung memberikan satu kresek yang sudah saya bawa dari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILYSM Pak Kin! (Wonwoo SVT)
Teen Fiction[𝗙𝗢𝗟𝗟𝗢𝗪+𝗩𝗢𝗧𝗘 𝗧𝗘𝗥𝗟𝗘𝗕𝗜𝗛 𝗗𝗔𝗛𝗨𝗟𝗨 𝗦𝗘𝗕𝗘𝗟𝗨𝗠 𝗠𝗘𝗠𝗕𝗔𝗖𝗔] 𝐁𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐫𝐠𝐚𝐢 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧, 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐝𝐢𝐡𝐚𝐫𝐠𝐚𝐢. Seseorang yang disebut sebagai pak Kin itu adalah guru...