Author pov.
Di depan rumah almarhum kakek Suharjo, motor Kinandra telah terparkir di sana. Eyang turun dari motor dan memberikan helm nya kepada Kinandra untuk disimpan.
"Ini rumah kakek saya, eyang. Silakan masuk,"
Eyang mengangguk, dan melangkahkan kakinya mengikuti Kinandra.
"Assalamu'alaikum, nek lihat Kin bawa siapa." Teriak Kinandra sedikit keras, takut neneknya ada di dalam dan tidak terdengar.
"Wa'alaikumsalam, siap--Ya Allah mas Rama?!"
Eyang tersenyum ketika namanya disebutkan, rasanya sudah lama sekali mereka berempat tidak berkumpul seperti dulu. Iya berempat. Eyang Rama bersama sang istri--Rani, dan juga Suharjo bersama dengan istrinya--Sinta.
Kini nenek Sinta telah berdiri di hadapannya. "Piye kabare, Ta?" Tanya eyang.
Nenek Sinta ikut tersenyum, "Apik aku mas, mas sendiri?"
"Nek, itu eyang diajak duduk dulu. Masa kalian mau ngobrol sambil berdiri?" Ucap Kinandra menyahut.
"Ya Allah sampe lali," nenek Sinta terkekeh. "Ayo pinarak mas, silakan duduk." Sambungnya.
"Iyo maturnuwun,"
"Eyang mau dibuatkan minuman apa? Biar saya buatkan." Tanya Kinandra.
"Walah wis gausah repot-repot le,"
"Gak repot kok eyang, Kin buatkan kopi?"
"Iyo le, gapopo. Maturnuwun,"
"Sama-sama eyang," Kinandra lalu pergi ke dapur untuk membuatkan eyang Rama kopi, dan juga teh untuk neneknya.
"Piye saiki mas?" Tanya nenek Sinta.
"Alhamdulillah apik Ta," jawab eyang Rama.
"Oh iyo, tadi iku aku gak sengojo ketemu cucumu. Pas tak delok kok kayak familiar, ternyata dia cucumu toh. Pantes mirip pol karo Suharjo," sambung eyang Rama.
Nenek Sinta tersenyum. "Iyo mas, Kin emang mirip banget sama mas Harjo."
"Tadi juga aku wis denger kabar dari cucumu kalo Harjo meninggal, iku kenopo?"
"Waktu itu mas Harjo gak sengaja kecopetan mas, karena mas Harjo punya riwayat jantung--pas dicopet mas Harjo kaget, terus penyakit jantungnya kambuh. Sama warga setempat langsung dilarikan ke rumah sakit, tapi pas aku sampai di sana--aku sama mas Harjo cuma ngobrol selama 10 menit. Mas Harjo kemudian meninggal."
Eyang Rama turut berduka atas meninggalnya kakek Harjo. Beliau juga ikut merasakan sedih seperti apa yang nenek Sinta rasakan, karena eyang Rama dan kakek Harjo sudah menganggap satu sama lain layaknya saudara.
"Aku turut berduka yo Ta, sepurane lek aku gak dateng pas pemakaman."
"Rapopo mas. Lagian mas Rama baru tahu kabarnya,"
"Minumannya udah jadi eyang, monggo diminum." Ucap Kinandra yang baru saja masuk ke ruang tamu.
"Yo le, tak minum yo.."
"Monggo eyang."
Eyang Rama sedikit menyeruput kopinya yang masih panas dengan perlahan. "Wenak kopi buatanmu le,"
"Eyang bisa saja, terima kasih." Kinandra tersenyum.
"Cucuku iki emang pinter kalo bikin kopi mas. Dulu mas Harjo paling seneng kalo dia yang bikin kopi, mirip buatan bundanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ILYSM Pak Kin! (Wonwoo SVT)
Ficção Adolescente[𝗙𝗢𝗟𝗟𝗢𝗪+𝗩𝗢𝗧𝗘 𝗧𝗘𝗥𝗟𝗘𝗕𝗜𝗛 𝗗𝗔𝗛𝗨𝗟𝗨 𝗦𝗘𝗕𝗘𝗟𝗨𝗠 𝗠𝗘𝗠𝗕𝗔𝗖𝗔] 𝐁𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐫𝐠𝐚𝐢 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧, 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐝𝐢𝐡𝐚𝐫𝐠𝐚𝐢. Seseorang yang disebut sebagai pak Kin itu adalah guru...