Raya berjalan menyusuri lorong sekolah seorang diri, sesekali menengok sana sini takutnya ada anggota osis yang sedang menyisir kelas-kelas maupun ruangan lain, apalagi sampai bertemu dengannya sekarang. Tidak boleh terjadi!
Hari Senin kali ini terlalu sial untuknya. Pertama, ia bangun kesiangan, kedua, kejebak macet dan sekarang ia datang terlambat ke sekolah, upacara sudah dimulai sejak tadi, karna tidak mau terkena hukuman ia pun masuk melalui gerbang belakang.
Hari ini juga ia tidak berangkat bersama Atlas, katanya lelaki itu ada urusan dan tidak bisa menjemputnya, jadi ia memutuskan untuk berangkat sendiri dengan mobil kesayangannya, walaupun harus berakhir numpang parkir di toko roti yang dekat dengan sekolahnya, karna tidak bisa ikut masuk ke sekolah. Kan kesiangan ege!
Back to topic.
"Aduh anjai, ini sekolah vibesnya jadi serem ya kalo gue jalannya begini,"
Raya berniat untuk pergi ke kantin terlebih dahulu sebelum ke kelasnya, karna ia belum sempat sarapan dan ingin sarapan disana, lagi pula upacara sepertinya masih lama.
Saat melewati gudang, ia dikejutkan dengan suara benda jatuh didalam sana membuat raya penasaran dan takut sekaligus, ia berharap bukan hantu sekolah yang sedang bermain didalam sana.
"Apaan ya? Oh my good, gabisa ini gabisa, gue penasaran banget!" Raya membuka pelan pintu gudang yang terbuka sedikit itu.
"Lho? Bukannya ini jaket--bangsat anjing apaan itu woy," Raya menutup wajahnya menggunakan kedua tangan saat melihat seorang perempuan dengan seragam sama sepertinya tergeletak dilantai yang kotor oleh debu itu.
Perempuan itu tampak menakutkan dimatanya, dengan seragam yang kotor dan ada bercak darah dibajunya, serta wajahnya yang nampak seperti di coret-coret dengan pewarna, terlihat seperti korban bullying namun yang paling menakutkan baginya adalah bagian depan perempuan itu terbuka dan memperlihatkan pakaian dalamnya.
Jaket. Jaket yang ia maksud tadi ada disamping perempuan itu, terlihat masih baru hanya saja ada debu-debu yang mengotorinya, jaket itu seperti milik anggota...Zanrexy.
Meskipun Raya ini pemberani tapi ia paling tidak bisa melihat hal-hal seperti ini, ia sangat merasa takut jika menyangkut tentang pelecehan.
Dan ia menyimpulkan jika ini korban bullying sekaligus pelecehan terhadap perempuan.
"Ayah bunda!!" pekiknya, ia sudah tidak memikirkan anggota osis yang akan mendengarkan suaranya, rasa takut lebih mendominasi sekarang.
"T-tolong gue!"
Raya membuka kedua tangannya yang menutupi wajahnya, ia menghela nafas lega saat merasa perempuan itu masih hidup.
"L-lo masih manusia kan?" tanyanya takut-takut.
Perempuan itu tersenyum ke arahnya, dan menganggukkan kepalanya.
Ia mendekat dan berniat untuk membantunya, "Sini, gue bantu lo duduk," ucapnya, ia menyodorkan tangannya pada perempuan itu.
Perempuan itu menerimanya, namun sedetik kemudian hal yang tak pernah terpikirkan oleh raya terjadi.
Perempuan itu mencekiknya dengan kuat hingga raya kesulitan bernafas, serangan ini terlalu mendadak hingga ia tidak bisa menghindar, pasokan oksigen semakin menipis membuat raya berakhir pingsan.
Perempuan itupun manatap keadaan Raya didepannya, lalu ia terkekeh pelan.
•••
Semantara dilapangan upacara, tepatnya dibarisan kelas 11 MIPA 2.
"Lama banget sih ngomongnya!" ucap Yura mengomentari seorang guru yang sedang menyampaikan amanatnya didepan sana.
Aksa yang baris disamping kiri gadis itu berdecak mendengarnya, "Lo berisik banget sih, dasar cewek!" kesalnya, panas nih telinganya dari tadi mendengar gerutuan Yura.
Yura menoleh, ia menginjak kaki berbalut sepatu milik Aksa. "Iya gue cewek! Lo apa emangnya? Banci lo ya, ngejekin gue mulu!!" ucapnya.
Aksa mengaduh sakit, ia menatap sinis Yura yang sama halnya sedang melirik sinis dirinya. "Dih, dasar cewek. Dibawa upacara bentar doang banyak protesnya heran."
Yura tak mengindahkan ucapan itu, itu menoleh ke belakangnya yang terdapat Atlas. Ia berkata tanpa melihat wajah lelaki itu, "Raya kemana? Ko gaada ikut upacara?" tanyanya.
"Dibarisan lain," jawab Atlas.
"Emang iya? Dari tadi gue datang sampe pergi ke lapangan gaada tuh liat dia, apa jangan-jangan---"
"YANG DI BELAKANG HARAP DIAM!"
"SIAP BU CANTIK!"
Beberapa murid melirik pada Yura yang malah membalas teriakan itu, sedikit meringis karna ikut merasakan malunya.
Yura menutup mulutnya menyadari kebodohannya itu, ia melirik pada orang-orang yang melihat ke arahnya, topinya ia tarik untuk menutupi mukanya yang memerah malu.
"Baris yang bener, mereka udah ga liatin lo lagi."
Yura menoleh pada Kenzo di sisi kanannya, dan mengangguk sembari membenarkan posisinya.
"Hahaha!"
Yura berdecak kesal mendengar suara tawa yang terlihat sekali menertawakan dirinya.
Beralih pada Atlas, kini ia malah kepikiran oleh ucapan Yura tadi. Benar, dari awal ia datang pun tidak ada tanda-tanda kedatangan raya, ia juga hanya menjawab ngasal pertanyaan tadi.
Perasaan khawatir hinggap dalam dirinya, ia mengumpati alasannya yang tidak bisa menjemput gadis itu tadi pagi.
Jangan buat gue khawatir sayang batinnya.
Atlas tetap mempertahankan raut wajah datarnya hingga kegiatan upacara itu selesai, ia segera pergi meninggalkan lapangan untuk menuju kelasnya, siapa tau gadis itu datang kesiangan dan sudah ada dikelas.
Mengabaikan kekesalan orang-orang yang tersenggol olehnya, ia terus berjalan cepat menuju kelasnya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Raya sedang duduk dikantin sembari memakan nasi goreng.
Jaraknya saat ini tidak terlalu jauh, hingga ia dapat mengenalinya. Ia berjalan hendak mendekat, namun langkahnya terhenti saat netranya bertubrukan dengan gadis itu.
Tatapan itu. Ia tidak mengenalinya, kenapa bukan tatapan penuh cinta seperti biasanya? Yang ia lihat hanya tatapan kebencian yang tertuju padanya. Dan lagi, gadis itu pergi begitu saja saat melihat dirinya.
Tepukan dibahunya membuat ia menoleh, Kenzo mengangkat sebelah alisnya saat menyadari keterdiaman Atlas.
Atlas menggelengkan kepalanya, ia pergi meninggalkan Kenzo begitu saja.
"Kenapa temen lo?" tanya Yura yang baru saja tiba bersama Kenzo dan Aksa dibelakangnya.
"Iya, kenapa si bos? Kusut amat, tadi pagi masih enak dipandang perasaan." timpal Aksa.
Kenzo mengedikkan bahunya tidak tahu.
Yura dan Aksa saling pandang dan sama-sama mengedikkan bahunya juga.
"Gak tahu gue gak tahu,"
"Iya, tempe gue tempe."
Kamis, 7 Maret 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayas
Teen FictionAtlas Aciel Martinez. Seorang ketua geng motor bernama Zanrexy, lelaki dingin tak tersentuh, banyak perempuan di luar sana yang mengejar-ngejar dirinya dan berusaha menarik perhatiannya tetapi tidak satu pun perempuan yang berhasil memiliki dirinya...