22. Siapa Hanessa?

538 29 12
                                    

Happy reading and sorry for typo

Raya mengendarai motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, pagi ini ia berniat untuk menemui Atlas di markas geng lelaki itu karna katanya hari ini mereka akan pergi ke Gramedia bersama sesuai permintaannya semalam.

Padahal Atlas akan menjemputnya nanti sore tapi karna dirinya yang tidak memiliki kegiatan dirumah pun memutuskan untuk menemui Atlas lebih dulu tapi sepertinya akan ada sesuatu yang menghambatnya.

Ia menurunkan kecepatan motornya saat melihat Atlas yang justru terlihat keluar dari area markasnya dan pergi entah kemana, setelah memikirkan keputusannya akhirnya ia mengikutinya dari belakang tanpa sepengetahuan lelaki itu tentunya. Ya semoga ga ketahuan sih.

Pemakaman Darmamulya

Siapa yang meninggal dan kenapa Atlas mengunjunginya? Apakah itu keluarganya? Tidak mungkin, ayah ibunya masih ada. Teman? Tapi siapa dan yang mana?

Menghentikan motornya agak jauh dari motor Atlas dan segera menyusul Atlas yang sudah berjalan menuju gerbang pemakaman itu.

"Mau ziarah ke makam siapa neng?"

"Anj..eh astaga ngagetin aja pak." Raya merutuki dirinya yang hampir saja berbicara kasar.

Orang yang tadi bertanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak remaja dihadapannya, panggil saja Pak Budi, beliau adalah penjaga tempat ini atau biasa disebut kuncen.

"Maaf neng, ngomong-ngomong neng ini mau ke makam siapa?"

Menoleh sejenak pada Atlas yang saat ini sudah memasuki gerbang itu.

"Saya mau mengunjungi makam kerabat saya. Oh iya pak, bapa kenal orang yang baru masuk itu?"

Pak Budi nampak seperti mengingat-ngingat sesuatu sebelum menjawabnya. " Bapa tau karna den Atlas teh dulu rutin kesini, tapi udah hampir dua bulan engga kesini dan kesini lagi sekarang." ucapnya.

"Oh gitu, yaudah saya mau ke dalam dulu pak." Pamit Raya dan segera pergi untuk masuk kedalam area pemakaman.

Ia menatap kesana kemari untuk mencari Atlas yang sekarang entah ada dimana, ia berjalan lebih masuk dan gotcha! Tak jauh dari tempat ia berdiri sekarang terlihat Atlas yang sedang berjongkok dihadapan salah satu gundukan tanah dengan posisi membelakanginya.

Ia tersentak kaget saat Atlas hendak menoleh kebelakang, ia segera bersembunyi dibalik pohon yang kebetulan ada disampingnya, ia pun memilih untuk bersembunyi dan melihat Atlas dari kejauhan.

Sedangkan disisi Atlas sekarang, lelaki itu menatap gundukan tanah dihadapannya dengan pandangan sendu yang tersirat kerinduan dibaliknya.

"Kamu apa kabar? Maaf ya, akhir-akhir ini aku jarang temuin kamu," Atlas mengusap nama yang tertera di batu nisan itu.

"Sebenernya aku malu ketemu kamu, perbuatan aku ke kamu waktu itu terlalu bejat dan gabisa dimaafin sampai kapanpun,"

"Oh iy, sekarang aku udah ada pengganti kamu, dia sama kaya kamu tapi yang ini terlalu liar.." terkekeh pelan, ia mengusap air matanya yang menetes begitu saja dari pelupuk matanya.

"Nessa, kamu cinta pertama aku sekaligus luka pertama aku. Padahal dulu aku kasih semuanya yang kamu minta dan aku cuman lengah sedikit tapi kamu udah berani berduaan sama cowo lain, kamu nyakitin aku dan aku gapernah bisa maafin kelakuan kamu sampai sekarang,"

"Sekarang, aku gaakan lengah sedikitpun dan mengulangi kesalahan yang sama seperti sebelumnya, aku pastiin perempuan yang jadi pengganti kamu sekarang selalu ada digenggaman aku dan jadi milik aku selamanya."

Setelah mengucapkan kalimat panjangnya itu Atlas berdiri dan membenarkan pakaiannya yang sedikit kusut lalu melangkah pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.

Raya keluar dari tempat persembunyiannya setelah melihat Atlas yang pergi begitu saja, ia pun melangkahkan kakinya menuju gundukan tanah yang tadi dikunjungi oleh Atlas.

Hanessa Pradivtha binti Hans Pradivtha

Nama itulah yang tertera di batu nisannya, ia mengusapnya pelan dan tersenyum tipis.

Sepertinya orang ini pernah memiliki hubungan dengan Atlas, melihat bagaimana wajah Atlas yang terlihat seperti habis menangis tadi membuatnya berpikir jika 'Hanessa' pernah menjadi bagian penting dihidup lelaki itu.

Raya tidak dapat mendengar apa yang dikatakan Atlas karna jarak mereka tadi cukup berjauhan, hanya saja ia menyimpulkan jika tadi Atlas pasti mencurahkan isi hatinya, biasanya itu yang dilakukan orang-orang ketika mengunjungi tempat peristirahatan terakhir orang tersayang mereka.

"Semoga semuanya baik-baik aja."

***

Raya memasuki markas Zanrexy dengan beberapa kresek berisi cemilan dikedua tangannya.

Tadi setelah keluar dari area pemakaman, ia hampir saja ketahuan sedang menguntit ketika Atlas terlihat sedang mengamati motor miliknya yang terparkir sembarangan karna tadi tidak sempat untuk menempatkannya ditempat yang benar, namun untungnya lelaki itu segera pergi setelah menerima telepon yang entah dari siapa.

Memilih untuk pulang sebentar dan berganti baju karna takut saja ada yang menempelinya, kemudian ia memesan ojek online untuk menuju markas pacarnya itu.

"Salam sejahtera semuanya, saya Arraya selaku pembawa acara memerintahkan untuk--bau terasi tangannya!" Raya melepaskan tangan Atlas yang membekap mulutnya itu.

Atlas mendelik mendengar itu, mana ada tangannya bau terasi, padahal tangannya ini bau duit!

"Gue bilangnya nanti sore, kenapa kesini sekarang?" tanya Atlas.

"Gue bosen dirumah." jawab Raya.

Mendudukkan dirinya di sofa dan mengambil toples berisi kripik kentang yang ada dimeja lalu memakan isiannya, sebelum itu Raya menyerahkan kresek bawannya tadi pada Aksa yang sudah menengadahkan kedua tangannya, dasar ga sabaran.

"Widih neng Raya abis gajian nih ceritanya? Banyak bener cemilannya, buat gue semuanya sabi kali." ucap Aksa dengan gamblangnya.

"Tau diri dikit jamudin, Raya tuh bawain buat gue doang bukan buat lo!" ucap Zaidan.

"Sama aja bego!" sewot Aksa.

Raya menggelengkan kepalanya melihat pertengkaran itu, ia mendongak menatap Atlas yang saat ini juga sedang menatapnya.

"Apa?" tanyanya.

Bukannya menjawab, lelaki itu malah duduk disampingnya dan memeluk dirinya dari samping, menyembunyikan wajahnya di perpotongan lehernya yang membuatnya berhenti mengunyah.

Ia mencoba melepaskan pelukan itu, "Lepas, malu ada temen-temen lo." ucapnya pelan.

Atlas menghiraukannya, ia malah menggendong gadisnya itu dan membawanya pergi membuat Raya mengalungkan tangannya dileher lelaki itu karna takut terjatuh.

Bahkan toples kripik kentang tadi terjatuh di sofa dan isinya berhamburan keluar.

"Jangan sampe jadi ya bos!" Teriak Aksa yang mendapat geplakan maut dari Zaidan.

"Nyeleneh banget omongan lo nyet."


***

Hallo, apa kabar?

Musim hujan gini kalo malem makin dingin atau makin merinding?

Beri dukungan dengan cara vote dan komen ya.

Jumat, 5 Juli 2024

RayasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang