Setelah mengisi perutnya, kini Raya berjalan sendirian di koridor karna Yura sempat pergi ke ruang osis tadi.
Ya, sahabatnya merupakan salah satu anggota osis tenyata.
Saat melewati lapangan basket, sebuah bola terlempar ke arahnya membuat ia menutup matanya rapat-rapat.
Sesaat setelahnya ia tidak merasakan apapun, ia pun membuka matanya perlahan dan sempat terpana sejenak dengan ciptaan tuhan di hadapannya ini.
"Terpesona hm?" ucapan itu membuat Raya sadar dan buru-buru mengalihkan pandangannya, Sial!
"Mana ada gue terpesona sama lo, btw makasi dah tolongin gue,"
Atlas mengangguk lalu berbalik memandang orang yang tadi tidak sengaja melemparkan bola basket kepada Raya alias teman sekelasnya itu.
"Hati-hati," orang itu hanya mengangguk setelah mengucapkan kata maaf.
Atlas berbalik badan lagi, "Takut bola?" tanyanya pada Raya.
"Engga tuh, gue cuma kaget aja tadi,"
"Oh."
Raya mendengus sebal mendengar ucapan singkat atlas, eh? bentar deh bentar susah di deketinnya begitulah seingatnya, tapi ini kenapa malah berinteraksi langsung?
Raya memutuskan untuk melanjutkan langkahnya dan lelaki itu mengikutinya.
"Masih inget yang semalem?"
"Inget, kenapa?"
"Gapapa,"
"Atlas, mending lo agak jauhan deh jaraknya sama gue, gue gamau masuk akun gosip sekolah ini gara-gara deketan sama lo,"
Atlas menghela nafasnya, ia akan mengalah dan memilih pergi untuk menemui Kenzo dan Aksa.
Sebelum pergi, lelaki itu membisikkan sesuatu pada Raya "Mine." bisiknya.
Raya meremang mendengarnya, "Gila tuh cowo, copy paste dari dialog wattpad kali ya, tapi gue biasa aja tuh," ucapnya pelan.
**
Bell pulang sekolah sudah berbunyi, murid-murid berhamburan keluar kelasnya.
Raya masih sibuk membereskan alat tulisnya.
"Cepetan Ray, lelet amat deh lo" ujar yura.
"Sabar nyet, pulpen gue mana sih!"
Yura menatap jengah sahabatnya itu, "Lo nuduh gue?"
"Siapa juga yang nuduh lo Ra, nah! ini apaan anying ada di kolong meja lo!" ujar Raya saat menemukan pulpennya.
"Gue kan cuma mengamankan pulpen lo, takutnya jadi sasaran di curi sama si Ciko, eh malah lupa ngasih tau lo,"
"Ck. ayolah balik!"
Skip.
Raya turun dari mobilnya. "Makasih mang Asep, Raya ke dalem dulu ya," ujar Raya pada supirnya itu.
Mang Asep mengangguk, Raya pun segera memasuki pintu utama mansion.
"Max, bunda ada di rumah?" tanyanya pada bodyguard yang berjaga.
Max sedikit membungkukkan badannya memberi hormat pada anak majikannya, "Maaf nona muda, nyonya sedang pergi ke kantor tuan," jawabnya.
Raya mengangguk pelan lalu berjalan menuju kamarnya di lantai dua.
Sesampainya dikamar, ia segera membersihkan dirinya dan tidur untuk mengistirahatkan badannya.
Malam harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayas
Roman pour AdolescentsAtlas Aciel Martinez. Seorang ketua geng motor bernama Zanrexy, lelaki dingin tak tersentuh, banyak perempuan di luar sana yang mengejar-ngejar dirinya dan berusaha menarik perhatiannya tetapi tidak satu pun perempuan yang berhasil memiliki dirinya...