Part 3

446 66 3
                                    

Dua keluarga saat ini sedang berada di restoran bintang lima dan tentunya dalam ruangan VVIP. Keenam manusia yang berada didalam ruangan masih belum ada yang bisa mengeluarkan suasananya. Suasana canggung tak dapat dihindari.

"Ekhem..." Abuya berdeham pelan saat semua sudah menyelesaikan makan masing-masing. Sontak semua yang berada di meja makan tersebut menatap Abuya dengan canggung, apalagi Abdi dan Dania yang menjadi tersangka.

"Abdi, bisa tolong jelaskan kepada Abuya apa yang terjadi? Bagaimana kamu bisa menggandeng Dania yang bukan muhrimmu?" Ucap Abuya memulai introgasi.

"Jadi...."

Abdi menceritakan segalanya begitu pula dengan Dania yang terkadang menjawab saat ditanya.

"Abuya, bolehkah saya meminta tolong?" Devan menyela sebentar.

"Silahkan." Jawab Abuya dengan ramah.

"Bisakah Abuya dan Umma sekalian membawa Dania ke pesantren? Jujur, saya sudah lelah menghadapi sikapnya yanh seperti itu, pembangkang dan tidak mau mendengarkan." Ucap Devan dengan sungguh-sungguh.

Mendengar ucapan sang daddy, Dania'pun terisak pelan. Hancur sudah hidupnya kali ini. Sudah tidak ada kata maaf lagi untuknya.

Abdi yang melihat dan mendengar isakan pelan dari Dania sungguh tidak tega, namun dia harus bagaimana lagi? Menolongpun rasanya tidak bisa.

"Boleh, hari ini juga Dania bisa masuk pesantren Putri. Dan Khair juga sudah siap." Ucap Abuya.

"Iya, Pak Devan, InsyaAllah saya siap untuk mendampingi Dania." Ujar Umma Khair sembari tersenyum dan itu sukses membuat Dita menghela nafas lega sekaligus haru.

"Kalau begitu, kita akan siap-siap pulang, Pak Devan. Dan Dania akan saya bawa bersama saya sekalian." Ujar Abuya dan bergegas berdiri, diikuti oleh yang lain, kecuali Dania yang masih bersedih.

Diam-diam Abdi melempar sapu tangannya kearah Dania hingga membuat Dania menoleh padanya. Dania mengerutkan dahinya bingung, Abdi justru menggerakkan tangannya seolah mengusap air matanya sendiri. Entah bagaimana, Dania justru menuruti perintah Abdi.

Sampainya di parkiran, Dania masih enggan melepas pelukan mommynya hingga akhirnya Devan yang memisahkan mereka.

"Abdi satu mobil bersama Abuya, dan Umma bersama Dania, kita pulang terpisah." Ucap Abuya yang dipatuhi oleh semuanya.

"Abuya, maaf, sepertinya hari ini kita tidak bisa ikut ke pesantren, mungkin besok atau lusa." Ucap Devan merasa tak enak, pasalnya Devan khawatir dengan kondisi Dita, apalagi dengan keadaannya yang sedang hamil muda.

"Yasudah, daripada kemalaman, lebih baik kita berangkat sekarang." Ujar Abuya.

"Mari..."

Dita memeluk Dania erat sembari menangis. "Mom..." Dania masih mencoba memelas, namun Dita dan Devan tetap pada pendirian mereka.

"Ikut mereka dulu, ya. Dania gak selamanya kok, nanti balik lagi ke mommy ya." Bujuk Dita pelan sembari menangkup pipi Dania yang sudah basah.

Setelah mencium kening Dania lama, Dania beralih kepada Devan, "Daddy..." panggil Dania pelan. "Maafin Dania ya, Dania janji akan berubah." Ucap Dania pelan. Devan hanya mengangguk lalu memeluk erat Dania.

Setelah acara haru yang berlangsung selama sepuluh menit, akhirnya mereka'pun berpisah. Dania dituntun Umma Khair menuju mobil yang tersedia.

"Nah, Dania, sebelum kita pergi, Dania pakai ini dulu ya." Ujar Umma Khair sambil menyerahkan sebuah abayah outer hitam panjang dan longgar yang sering dipakai wanita-wanita Arab, bahkan di Indonesia juga sudah banyak yang peminat abayah.

Gus Abdi, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang