Part 10

550 71 9
                                    

Guysss sebelum lanjut cuma mau bilang kalo cerita ini adalah cerita ringan yaa jangan dibawa serius apalagi baper hahaha. Mungkin akan ada sedikit konflik cuma gak terlalu berat. So makasih buat temen2 yang udah nungguin dan bantu kasih semangat buat cerita ini.

Dan maaf kalo cerita ini menurut kalian terlalu vulgar padahal ini cerita pesantren. So balik lagi ke karakter cerita ini ya guys ini udah sesuai dengan karakter Dania yang buruk dan liar. Dan ini juga cerita tentang suami istri. Jadiii mohon maklum yaaaaa.

*****
Saat ini Abdi dan Dania tengah sarapan bersama disofa sudut kamar Abdi. Dania menolak untuk sarapan di gazebo dengan alasan masih sakit. Dari kasur menuju sofa saja dirinya minta digendong.

"Dania" panggil Abdi ditengah acara sarapan mereka.

"Iya?" Dania mengalihkan pandangannya dari nasi ke wajah tampan Abdi.

"Sekolah lagi ya?" Pinta Abdi pelan.

Dania mulai berancang-ancang menangis bombay guna merayu Abdi. Abdi yang melihat mata Dania mulai berkaca-kaca seketika panik.

"Baru kemaren Gus mengucap janji suci, dan sekarang Gus udah buat Dania nangis? Gus tega" Dania dengan nada mendramatisirnya terus mengusap air matanya.

"Eh eh, jangan nangis. Aduuhh." Abdi panik. Ia tak tau bagaimana cara membujuk perempuan. Ia tak pernah dekat dengan perempuan manapun sejak dulu.

Dania semakin mengeraskan tangisannya. "Gus jahat, hiks hiks hiks." Dania terus mengeluarkan air mata buayanya.

Abdi menyimpan alat makannya dan beralih memeluk Dania disampingnya. "Udah jangan nangis, Dania mau apa? Permen? Eskrim?"

"Nggak" Dania masih mencoba jual mahal. "Dania gak mau sekolah." Pekik Dania dengan suara melengkingnya yang membuat Abdi menutup kedua telinganya.

"Terus Dania mau apa?" Tanya Abdi lagi.

"Gak usah sekolah." Abdi menghela nafas kasar mendengar ucapan Dania.

'Sabar, Abdi, anggap saja kamu sedang mendidik akhlak balita.'

"Nanti aku pikir-pikir lagi." Final Abdi.

Dania mendongak dengan mata berbinar, sepertinya Abdi akan mempertimbangkan permintaannya. Semoga saja Abdi tidak jadi menyekolahkan Dania.

"Aaaa terimakasih sayang. Cup."

Abdi mematung seketika saat Dania mengecup tepat di pipinya. "Dih cuma pipi doang udah kaget gitu. Gimana kalo di bibir?" Cibir Dania.

"Da-"

Cup

Kali ini tepat dibibir Abdi. "Gus, semalem kita udah lebih dari ini loh, kok sekarang cuma dicium udah ngefreez gitu?" Gerutu Dania saat melihat reaksi Abdi.

"Aku nggak— Dania!"

Dania melompat cepat kearah pangkuan Abdi dan melupakan sarapannya. Lalu mulai mencium Abdi dengan brutal.

"Hehe... Dania mau lagi boleh?"

*****
Dania merengut kesal saat duduk dibangku dengan alat tulis di depannya dan jangan lupakan bokem yang saat itu mengejeknya.

Ya, dengan segala bujuk rayu Dania kepada Abdi ternyata tidak membuahkan hasil, Abdi tetap menang dengan keinginannya tentunya dibantu oleh sang Umma. Ternyata Umma Khair juga menginginkan Dania untuk melanjutkan pendidikannya yang diniyah maupun yang umum. Jadi jika pagi hari Dania akan bersekolah SMA dan setelah sholat dhuhur Dania akan sekolah Diniyah.

Flashback

Saat ini Dania, Abdi, dan Umma Khair tengah duduk bersantai di teras paviliun Umma dan Abuya. Dania tetap dengan wajah kesalnya namun dipaksa-paksa untuk tersenyum.

Gus Abdi, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang