Part 7

852 90 17
                                    

Setelah sholat subuh, keadaan pesantren menjadi ribut apalagi para santriwati yang mendengar jika Gus mereka akan segera melaksanakan akad, mereka baik-baik saja, namun semua menjadi heboh saat tahu siapa yang akan menjadi calon Ning mereka.

Nanti jam delapan pagi setelah sholat Dluha, akad nikah akan di laksanakan di musholla banin. Namun, dua jam menuju jam delapan tiba-tiba semua di kejutkan dengan Dania yang tiba-tiba demam tinggi. Umma Khair langsung memanggil petugas kesehatan di klinik pesantren.

Kali ini Dania benar-benar panas dan lemas, hingga membuatnya harus diinfus. "Bagaimana ini Umma? Panas Dania gak turun-turun." Ucap Dita panik.

"Tenang, Bu Dita. Akad nikah tetap akan dilaksanakan." Dania semakin mengeratkan selimutnya saat mendengar ucapan Umma Khair, ia kira dengan sakitnya ini semua akan dibatalkan.

Umma Khair dan Dita terus berbincang lalu datanglah Abuya dan Devan, "bagaimana keadaan Dania?" Tanya Abuya.

"Panasnya masih tidak turun Abuy." Ungkap Umma Khair.

Mereka berbincang sedikit, lalu setelahnya Abuya dan Devan berpamitan menuju musholla banin karna sebentar lagi akad nikah akan dimulai.

Dania menitikkan air matanya dan semakin menenggelamkan tubuhnya dalam selimut tebalnya. Dirinya sudah pasrah akan hidupnya yang tidak baik-baik saja menurutnya.

*****
Abdi sudah bersiap, dibantu oleh Naufan, asisten kepercayaannya. Abdi memakai Thawb putih dengan outer krem yang menambah ketampanannya berkali-kali lipat, tak lupa dengan sorban Makkawi yang membuat gus Abdi semakin berwibawa.

"Abuya sudah berada di musholla, Gus." Naufan memberi tahu sang Gus saat mendengar mikrofon musholla sudah berbunyi.

Abdi menghela nafas pelan guna meminimalisir rasa sesaknya. "Oke Abdi, kamu pasti bisa." Ucap Abdi sambil memandang dirinya didepan cermin.

"Semangat Gus, InsyaAllah kebahagian selalu menyertai Gus." Semangat Naufan yang dibalas senyuman manis oleh Abdi.

Abdi dan Naufan melangkah pergi ke musholla banin, dimana sudah banyak yang menunggu mereka termasuk para kerabat dekat yang diundang secara dadakan, termasuk Ammi Amin yang seperti tidak ikhlas melihat Abdi akan menikah dengan perempuan sembarangan. Pupus sudah harapannya yang ingin menjadikan Abdi menantunya.

Abdi telah duduk dan bersiap menjabat tangan Devan. Sebelum itu, Abuya membaca doa dan ayat suci Al-Qur'an yang mana biasa dibaca sebelum akad nikah dimulai.

"Abdi, kamu sudah siap nak?" Tanya Abuya.

Abdi mengangguk mantap. "Abdi siap, Abuy." Jawab Abdi dengan tatapan tegasnya.

"Mari kita mulai."

"Yaa Abdi, Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka binti Dania Regantara alal mahri 'asyarota milliun hallan."

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq." Dengan satu tarikan nafas, Abdi sukses mengucapkan akad tanpa salah dan gugup sekalipun.

"Alhamdulillah..."

Disisi lain, mata Dania semakin bengkak, apalagi saat Abdi dengan tegasnya mengucap akad di dengar dari speaker yang menggema didepan kamar Dania.

"Alhamdulillah, kita sudah resmi menjadi besan." Umma Khair memeluk Dita dengan erat. Mereka berpelukan dengan Air mata kebahagiaan yang tak berhenti menetes.

Lalu Dita beralih ke Dania yang masih setia mengeluarkan air matanya. "Sayang..." panggil Dita.

Dania semakin menangis saat Dita memeluk Dania yang setengah berbaring. "Kamu sudah bukan tanggung jawab Daddy dan Mommy, kamu sudah memiliki suami, dan surgamu berpindah kepadanya. Jadilah istri yang berbakti." Dita semakin memeluk Dania erat.

Gus Abdi, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang