Judul awal: Hijab Not Hijabers Transmigration 🚷‼️
[FOLLOW DULU IH, BIAR ENAK BACANYA 😏]
-◇Langsung aja baca, siapa tahu tertarik, ye, kan, mwehe◇-
||Not Transmigration stories||
Zanara khuzaina zidni, putri seorang kyai yang memiliki paras begitu...
"Kalian gimana hari ini?" Pake nada banh Adel, ya, bacanya👻👽
Semoga tenang dan tentram, yah. Soalnya kebahagiaan ngga terlalupenting, apa lagi kalo harus ngorbanin perasaan, Jiakhhhhhh😌
Komen bar-bar lah klen, biar aku triple UP😔
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semua memori yang telah lama tenggelam, satu persatu kini berusaha menyembul ke tepian. Menyakiti hati juga perasaan tatkala mengingat perlakuan baru yang Aleyra dapatkan itu adalah luka lamanya.
Kumpulan bulir bening yang menetes deras dari pelupuk manik cokelat itu membuahkan rasa perih yang dahsyat. Warna putih di sisinya memerah akibat terlalu lama tak mengerjap. Pandangan gadis itu semakin menggelap menatap laki-laki yang masih saja memaksanya untuk mengingat hal yang bukan ia pelakunya.
"Aku tanya kau sekali lagi, Aleyra. Kenapa kau memutuskan hubungan kita saat aku dipenjara? Kau tahu? Saat itu aku tengah membutuhkan support sistem untuk menguatkan serta menyemangati diriku. Namun, nyatanya ... pacarku sendiri yang membuatku semakin terpuruk tak berdaya!"
Raskal berdecih mendengar segukan Aleyra yang semakin keras terdengar, bahkan air mata gadis itu membuat Raskal muak.
"Berhentilah menangis, Aleyra! Rasa sakit yang kau rasakan tak sebanding dengan apa yang aku rasakan dulu. Aku memang seorang bajingan seperti apa yang kau bilang saat itu. Tapi, aku sedikit memiliki hati dan itu hanya untukmu. Sayangnya, hati yang hanya tersisa sedikit itu hancur berkeping-keping saat mendengar kau menerima perjodohan setelah kau mati-matian menolak untuk menikah muda denganku."
"Munafik sekali dirimu Aleyra. Bahkan, kau lebih dari bajingan!"
Raskal terus memaki gadis di hadapannya meski tak mendapatkan jawaban walau hanya sepatah kata. Gadis itu hanya menangis dengan tubuh yang bergetar hebat di tempatnya.
Mendengar kata 'munafik' yang terlontar dari bibir laki-laki jahanam itu, membuat Aleyra memejamkan mata seolah menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang kepalanya. Tangan lentik gadis itu bergerak menutupi sepasang telinganya, bersamaan dengan tubuhnya yang melorot jatuh seolah tak berdaya.
"Ayo! Layani aku, Zanara ... layani aku! Kau mencintaiku, kan? Ayo! Tunjukan cinta itu sekarang, aku sudah tak tahan lagi untuk menerima belayan tangan lentikmu itu. Ah ... pasti rasanya lembut sekali."
Ocehan itu datang secara tiba-tiba memenuhi otak kecilnya. Urat-urat kecil bernuansa pink keunguan itu kini terlihat di punggung tangan lentik gadis itu, pertanda Aleyra sangat mengeratkan genggaman pada telinganya.
"Lakukan, Zanara. Tidak perlu munafik! Aku tahu kau sudah lama bercita-cita untuk mengelus perut ABS-ku, kan?"
"Astaga ... tak terbayang bagaimananikmatnya aku saat gadis bar-bar sepertimu memuaskanku. Apa lagi, kau terlihat sangat berpengalaman, Sayang."