" Sayang, tolong panggilin Ashel. Kita bicarakan hal ini kepada nya, sekarang. " Titahnya, ia tersenyum manis saat menatap sang pujaan hati." Kamu yakin mau beneran jodohin dia? Gimana kalau nanti dia gamau? " Sedangkan yang dititah, ia menatap risau kearah pintu yang tertutup dilantai dua sana.
" Yakin. Urusan itu belakangan.. Sekarang, panggil Ashel, suruh kesini.."
" Yasudah. "
Indah beranjak menuju kamar putri bungsunya. Dan meninggalkan Onel, ia masih menatap punggungnya yang semakin menjauh.
Suara ketukan pintu terdengar, dengan segera ia membukakan pintu itu. Lalu, melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya.
" Nak, Mama boleh masuk? " Indah mengusap lembut rambut anaknya, sebenarnya. Ia sempat tak terima saat mendengar bahwa anak bungsu kesayangannya ini akan dijodohkan, ia ingin Ashel memilih calonnya sendiri, bukan dipilih.
" Boleh. Sini masuk, Ma.. "
" Ashel, sayang— Mama harap, kamu bisa menerima apa yang Papa omongkan. Maaf, Mama tidak bisa berbuat apa-apa, nak. "
Ashel mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti apa yang diucapkan ibunya. " Ashel engga ngerti, maksud Mama apa? Memangnya Papa akan berbicara apa sama Ashel. Ashel melakukan kesalahan yang membuat Papa marah? Ma, tolong... "
Rasanya, Indah ingin menangis dan memeluk erat anaknya. Ia tidak bisa melawan Onel, jika begini, ia merasa iba melihat Ashel. " Keruangan Papa, yuk? Mama temenin, Ashel tidak membuat kesalahan kok, nak. Ashel anak baik Mama dan Papa, yuk keruangan Papa. "
Ashel mengangguk setuju, ia terus memegang telapak tangan ibunya, ia memikirkan apa perbuatannya dikemarin hari.
Ashel dan Indah memasuki ruangan milik Onel, rasa takut Ashel semakin meluap ketika melihat tatapan ayahnya.
" Ashel. Sini duduk disamping Papa. "
" Iya, Pa. Papa kenapa panggil Ashel? "
" Papa ingin berbicara denganmu, nak. "
" Bicara apa, pa? "
" Jika seandainya Papa meminta satu keinginan Papa sama Ashel, apakah Ashel akan turuti keinginan Papa? "
" Pasti. Pasti akan Ashel kabulkan, Papa mau apa? "
" Papa ingin, kamu menikah dengan anak teman Papa. Hanya itu saja, nak."
Jantung Ashel berhenti sedetik, tubuhnya tak bisa digerakkan. Ia tidak habis pikir dengan keinginan ayahnya ini, apa tidak ada keinginan lain? Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini...
" Papa, Ashel minta maaf, keinginan Papa tidak bisa Ashel kabulkan. Papa tahu, kan, Ashel sudah memiliki Adel?"
" Ashel, Papa mohon. Hanya itu saja permintaan Papa, Ashel tahu, kan, nak. Umur Papa sudah tua, Papa hanya ingin kamu dijaga oleh anak teman Papa. "
" Aku sama Adel bagaimana? Papa tidak percaya dengan Adel, ya? "
" Bukan begitu. "
" Terus, bagaimana? "
" Sudah. Papa anggap, kamu setuju! "
Kesabaran Onel benar-benar tipis, ia tidak bisa begini. Anak bungsunya ini selalu membuatnya kesal. Ia harus segera meninggalkan tempat ini.
" Pa, Papa! "
-
" Lebih baik Zee mati daripada harus menikah dengan seseorang yang Zee saja tidak kenal. "" Zee, Ayah mohon.. Ini permintaan terakhir Ayah.. Setelah ini, Ayah gaakan minta apa-apa lagi kekamu. "
" Zoy, Bunda mohon banget sama kamu, nak. Apa perlu Bunda sujud didepan kamu? "
" Bunda dan Ayah sama saja. Tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan anaknya. "
" Bunda dan Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu, Zee! "
" Persetan! "
Zee meninggalkan rumah yang menurutnya itu adalah neraka. Ia mengemudi mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi.
" Marsha.. aku sayang sama kamu, semoga kamu punya pengganti yang lebih baik dariku. Maaf Marsha. "
Zee menancapkan gas nya menuju rumah sang kekasih, ia sudah membuat janji kepada sang pujaan hatinya untuk bertemu dihari ini.
" Sore, Meng!! "
" Meng! Aku kangen kamu. "
" Aku juga kangen kamu, banget banget! "
" Ke pantai, yuk, Meng. "
" Ayo, sayang! Gasskeun. "
Butuh waktu 45 menit saja untuk kepantai. Akhirnya mereka sampai dipantai tujuan, mereka duduk ditepi pantai.
" Katanya kamu mau ngomong, mau ngomong apa, meng? "
" Meng, aku dijodohin "
Bagaikan diterjang peluru, Marsha tidak bisa berkata apapun. Bibirnya bergetar, butiran air mata itu jatuh dan membasahi pipinya.
" Meng, maafin aku! Aku jahat banget, jangan nangis, aku gasuka. "
" Antarkan aku pulang, dan, anggap saja kita tidak pernah menjalin hubungan apapun. "
Zee mengantarkan Marsha hingga rumahnya. Sepanjang jalan, ia terus memikirkan Marsha, ia pulang dengan keadaan bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan Paksa ( Zeeshel ) √
Krótkie OpowiadaniaKedua manusia yang keras kepala jika disatukan akan bagaimana?