✧Chapter 9 : Pertumbuhan✧

1K 142 3
                                    

Semua itu bukan untuk mengekang atau mengurangi kebebasannya dan tentunya bukan karena dia tidak mempercayainya atas rahasianya, tetapi Kaisel hanya ingin mengurangi rasa sakit adik kecilnya.

Dia tidak tahan melihatnya menderita bahkan terus terpengaruh kenangan yang buruk. Kaisel hanya membuatnya menyembunyikan ingatan itu sehingga tidak lagi mengganggunya.

Jika Yoru kecil ingin mengingatnya sendiri dan sudah siap menghadapinya, maka dia bisa membantunya mengingatnya kembali.

Akan tetapi, dia masih takut jika adik kecilnya salahpaham terhadapnya dan malah membencinya karena itu.

"Tolong jangan membenciku, Yoru," bisiknya seraya menepuk-nepuk kepala kecil itu dengan pelan.

Setelah makan siang dan istirahat sebentar, Yoru kecil tertidur karena efek samping penyembunyian kenangan, jadi Kaisel membawanya ke kamar tidur si kecil yang sudah disiapkan dan menemaninya.

Si kecil itu benar-benar tertidur lelap dengan tenang. Kaisel tersenyum dengan ekspresi yang dipenuhi kasih sayang yang bahkan dia sendiri tidak menyadarinya.

Lama berlalu sampai dia merasa sudah saatnya pergi dan membiarkannya Yoru kecil beristirahat tanpa gangguannya. Jadi, dia beranjak dari posisinya hanya untuk tiba-tiba tersentak sesuatu.

Rasa sakit yang familiar menghampirinya, dia lupa meminum obatnya yang biasa. Kaisel mengerutkan keningnya dan buru-buru pergi keluar. Dia menuju ke kamarnya di mana barang-barangnya berada.

Untungnya, semua barang miliknya yang penting juga dipindahkan. Dia jadi bisa menemukan obat-obatan yang dia miliki.

Meski itu semua bukan untuk menyembuhkannya, melainkan hanya untuk mengurangi rasa sakitnya yang tak tertahankan, dia merasa itu sudah cukup.

Setiap kali dia mencoba menggunakan kemampuannya untuk melakukan sesuatu yang di luar batasnya, dia akan menderita efek samping tersebut. Seperti bagian dari dirinya terkoyak dan rasa sakitnya tak terlukiskan.

Dia pernah menggunakannya beberapa kali untuk mengurus berbagai hal dan menyelamatkan dirinya sendiri. Menelan hal aneh seperti suara itu juga termasuk salah satu kegunaannya.

Terlepas dari itu, bahkan setelah menelan beberapa obat pengurang rasa sakit, Kaisel masih berkeringat dingin dan meringkuk di lantai. Wajahnya memucat saat dia menahannya dengan susah payah. Dia hanya perlu bertahan beberapa menit dan efek samping itu akan hilang.

---

Sudah berapa lama dia tertidur?

Yoru berkedip-kedip menatap langit-langit kamarnya. Lalu, dia mengerang sejenak untuk menghilangkan kantuknya. Entah mengapa, dia merasa santai dan tenang dan juga tidak terpengaruh hal-hal yang traumatis lagi.

Dia duduk dan mencari-cari kakaknya seperti anak ayam yang mencari induknya.

"Kakak?" Yoru turun dari tempat tidurnya dan pergi keluar kamarnya.

Sangat sepi sehingga dia merasa khawatir dan ingin segera melihat kakaknya.

Dia melirik keluar jendela dan warna senja terpancar dari luar. Ini sudah sore, sepertinya dia tidur beberapa jam setelah makan siang.

Yoru mulai merasa ada yang tidak benar, ini terlalu sepi. Dia dengan gelisah berjalan menuju kamar kakaknya yang terletak agak jauh dari kamarnya.

Berdiri di depan kamar kakaknya, dia mengetuk pintu beberapa kali, tetapi tidak menerima tanggapan apapun.

"Kakak?"

Yoru menjadi lebih cemas dan mengetuk lebih keras dengan tangan kecilnya. Dia juga mencoba meraih pegangan pintu yang cukup tinggi daripada dirinya untuk melihat apakah pintunya dikunci atau tidak.

I Became the Villain's Little BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang