Yoru tidak merasa malu sama sekali untuk bertingkah selayaknya anak kecil. Usia mentalnya memang lebih tua, tetapi faktor usia tubuhnya saat ini tidak bisa dihilangkan. Dia memang terpengaruh usia tubuhnya yang membuat proses berpikir dan akal sehatnya terkadang menjadi kekanak-kanakan.
Juga, dia merasa tidak ada yang salah dari caranya melekat pada kakaknya tersayang. Sekalipun kakaknya tampaknya mengetahui segalanya tentangnya.
Mungkin jika dia kembali ketika berada di usia dewasa, dia tidak akan berani bertingkah seperti itu.
Akan tetapi, bertingkah seperti anak kecil di depan kakaknya adalah satu hal, sementara memulai menyusun rencananya untuk melawan Elaine adalah hal lain. Dia hanya menunggu waktu yang tepat setelah memastikan beberapa perubahan dapat dilakukan dengan cara yang tak terduga seperti kakaknya.
Lalu, pertemuannya dengan Noah adalah awal dari penyusunan rencananya untuk menghadapi Elaine. Dia pasti tidak akan bosan.
....
Apakah itu karena Noah sejak awal berasal dari dunia lain ataukah dia memiliki kemampuan tertentu untuk mengabaikan kendali dunia, dia bisa mengatakan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan oleh Yoru.
Noah begitu mudah mengatakannya dan tanpa terkekang. Yoru menjadi penasaran apa penyebabnya, kenapa ada banyak batasan yang ditempatkan padanya, sementara berbeda dengan orang lainnya.
Dia tidak akan melewatkan kesempatan untuk memanfaatkan Noah sambil tetap mempertahankannya di sisinya.
Seperti biasanya, kakaknya memasakkan makanan untuknya, memastikan keamanan dan kenyamanannya.
Yoru duduk di kursi di samping meja makan sambil mengamati kakaknya yang tengah menyiapkan makanan untuknya.
Dia tidak tahu kenapa, tetapi muncul perasaan cemas dan gelisah seolah waktunya bersama kakaknya akan segera berakhir.
"Kakak," panggilnya tiba-tiba, sedikit mengejutkan Kaisel.
"Hnm? Ada apa, Yoru?" Kaisel menatapnya sambil tersenyum.
Melihat mata merah yang akrab itu dan kecemasan yang semakin meningkat, Yoru tiba-tiba terpikirkan sesuatu yang menakutkan.
Bagaimana aku bisa kembali ke kehidupan pertama?
Dia tidak memikirkannya sebelumnya karena mengira itu bukan hal aneh, seperti dewa mengasihaninya sehingga dia kembali ke kehidupan pertama. Namun, semakin dia menyadari pengaruh plot, semakin meragukan hal itu.
Jika plot dunia memang mengharapkannya untuk mati, kenapa plot dunia membiarkannya mengulang kembali waktu?
Pasti ada harga atas segalanya, Yoru yakin pada fakta ini, itulah sebabnya dia semakin cemas saat melihat kakaknya.
Dia punya firasat bahwa kakaknya melakukan sesuatu yang besar untuk membawanya kembali dari kematian.
"Apa kakak bisa melihat hal-hal itu?" Yoru selalu penasaran tentang ini karena dia merasa kakaknya seharusnya bisa melihat hal-hal gelap itu.
Tentunya, Yoru tidak dibatasi untuk membicarakannya karena itu tidak terkait dengan plot reinkarnasi ataupun transmigrasi. Itu adalah sesuatu yang memang dia miliki di kehidupan pertama ini.
Kaisel memiringkan kepalanya sambil masih mempertahankan senyumannya.
"Ya, mereka orang-orang kecil yang malang, Yoru. Apa kau membenci mereka?" sahut Kaisel dengan matanya yang berbinar merah.
Yoru menggeleng. Meski dia takut pada hal-hal gelap itu dan merasa mereka akan menyakitinya, dia tidak membenci mereka.
"Itu bagus." Kaisel datang mendekati dan menepuk kepalanya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became the Villain's Little Brother
FantasyBrothership, kyut~ Menulis ini untuk penyembuhan hati dengan plot modern fantasi. Cerita Original! Bukan fanfic atau terjemahan! Deskripsi : Yoru membaca kisahnya sendiri dalam sebuah buku misterius yang dia temukan. Di kehidupan keduanya itu, di m...