✧Chapter 18 : Kontrak Iblis✧

350 58 5
                                    

Bagaimana jika takdir beberapa orang di dunia ini adalah permainan bagi orang lain?

Noah telah menyaksikan hal seperti itu secara langsung. Dia sendiri adalah mainan bagi sepupunya yang mengendalikannya selayaknya boneka sebelum sepupunya itu akhirnya melenyapkannya.

Pada hari dia menghadapi kecelakaan maut bersama orang tuanya, Noah tersadar bahwa dia sudah disingkirkan dari daftar orang yang berguna bagi sepupunya.

Pada saat itu, Noah yang asli sudah mati.

Dalam pandangan buram dan kemerahan, dia terbangun di tubuh kecil yang sekarat. Dia kesulitan bernafas dan seluruh tubuhnya terjebit di dalam mobil yang terbalik.

Darah mengalir dari kepalanya saat dia mencoba bergerak untuk menyelamatkan diri.

"Tolong...." Dia membuka mulutnya untuk meneriakkan permintaan bantuan. Namun, suaranya hampir seperti bisikan.

Rasa sakit menjalari sekujur tubuhnya sampai dia pikir dia benar-benar akan mati meski baru saja hidup kembali di tubuh baru.

Tetesan air jatuh perlahan-lahan sampai akhirnya turun deras, membasuh jalanan bekas kecelakaan dan menghilangkan semua jejak.

Dia menyadari bahwa tidak akan ada yang menolongnya, jadi dia bersiap untuk mati lagi.

Tepat saat dia akan menutup matanya untuk menyerah, samar-samar dia melihat cahaya datang disertai langkah kaki di tengah derasnya hujan.

Dia menyaksikan seseorang itu datang entah darimana dan menarik pintu mobil yang rusak itu tanpa mengeluarkan banyak upaya. Dia melihat sosok itu mengulurkan tangannya dari luar.

Bahkan di tengah kegelapan jalan dan cahaya dari sosok itu, dia dapat melihat warna merah yang menyeramkan di mata sosok itu.

Iblis? Dia pernah bertemu salah satunya di dunia sebelumnya, jadi tidak asing lagi untuknya.

Namun, itu artinya jika dia menerima uluran tangan itu, dia harus mendedikasikan dirinya untuk iblis itu. Itu merupakan kesepakatan secara tak langsung dengan iblis.

"Kau tidak akan bisa hidup lagi setelah ini," iblis itu memperingatkannya seolah-olah mengetahui identitasnya.

Dia, yang baru saja merasuki tubuh sekarat, tahu maksudnya karena dia tidak punya kekuatan lagi untuk mengumpulkan energi yang cukup agar bisa berpindah ke dunia lain.

Jika dia mati di tubuh sekarat ini, maka dia benar-benar mati sungguhan. Sungguh malang karena tubuh yang cocok dengannya di dunia ini ternyata ditakdirkan untuk mati.

Jadi, setelah beberapa detik mempertimbangkannya, dia memilih meraih uluran tangan itu dan merangkak keluar dari mobil yang rusak.

"Pilihan yang bagus," iblis itu memujinya sambil menariknya keluar dengan selamat.

Setelah keluar dari mobil rusak itu, dia menyadari luka-lukanya telah disembuhkan oleh iblis itu. Jadi, dia tidak punya pilihan selain melayaninya demi hidupnya sendiri. Dia mengambil identitas tubuhnya dan mengakui dirinya sebagai Noah.

"Tuan, bagaimana cara saya memanggil Anda?" Noah menundukkan kepalanya, tidak berani menatap mata merah yang menakutkan itu.

Iblis itu tidak menjawabnya, justru melontarkan pertanyaan lain yang mengejutkan, "Apa kau termasuk anggota dewan?"

Noah terperanjat dan langsung mengangkat wajahnya secara naluriah. Tatapannya bertemu mata merah itu yang seakan ingin melahap jiwanya.

Pertanyaan itu hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang terlibat. Anggota dewan lainnya atau musuh mereka.

I Became the Villain's Little BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang