Dipermalukan?

119 84 52
                                    

Hai semuanya, udah baca surat dari ku belum?, ada di chapter sebelumnya. Terima kasih ya yang sudah mau mendukung story' Keya.

Jangan lupa juga untuk vote, komen dan follow agar kalian dapat info terbaru dari Eternal Wounds. Sekecil apapun dukungan kalian, akan sangat berarti bagi penulis seperti ku, dan follow akun sosmed tulisansastra:

Ig: @tulisansastra_ku
@key_latifa
Tiktok: @tulisansastraku

୨🧸୧・Happy Reading!!・୨🧸୧

«────── « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ──────»

   Malam harinya, Keya berjalan masuk ke kamar dengan sedikit pincang, karena kakinya terasa sakit setelah kejadian tadi. Ia membuka ponsel genggamnya, dan duduk di tepi tempat tidur untuk membuka pesan yang belum terbaca.

POV: Chat El dan Keya

    Setelah El menjawab pesannya, Keya hanya membaca dan menaruh kembali ponselnya dan di nakas  dekat tempat tidur. Mata sayu menatap kosong ke lantai, warna merah di matanya menunjukkan ia baru berhenti menangis setelah semua pukulan itu. Rasanya sungguh tidak adil, kenapa hanya Keya yang selalu dimarahi, meskipun ia tak pernah bermain layaknya anak seusianya. Yang bebas keluar, jalan-jalan dan jajan.
Bukan iri atau apa, tapi lihat saja Keya, keluar sedikit langsung disuruh masuk ke rumah, toh ga bakal di gigit anjing.

   Tak lama, pintu kamar terbuka, raut wajah datar yang familiar. Wanita paruh baya, rambut yang mulai memutih di makan usia berdiri di ambang pintu. Keya hanya menatapnya, lalu berdiri, tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang.

"Pinter ya?!, kalo ga di suruh itu ya di lakuin, bukan malah nunggu di suruh. Cepetan, bersihin kamarnya, Hasbi mau pulang dari tempat kerja soalnya, kamu jangan tidur di kamar, tidur depan tv aja!", ucapnya dengan nada memerintah.

Keya menghela nafas, "hurt, gini ya rasanya numpang di rumah orang", batinnya.

   Segera tanpa pikir lama, ia mulai membersihkan tempat tidur, tak butuh waktu lama semuanya terlihat rapi. Kemudian ia segera mengambil bantal dan selimut, untuk tidur di depan tv. Malam semakin larut, tapi Keya tak kunjung tidur. Ia menatap langit-langit, nafasnya memburu dan sesak, dengan butiran keringat kecil mulai membasahi dahinya, menandakan panick attack nya kambuh. Ia bangkit dan duduk, mencoba menenangkan diri, namun semakin lama tangannya ikut berkeringat dan gemetaran.

Air mata menggenang sempurna di matanya, menetes lembut Melawati pipi yang memar. Ia bergerak, merangkak menuju laci dengan tergesa-gesa dan tak sengaja menjatuhkan remote tv.

"Woy, berisik...!!", suara dalam seorang pria dari kamar, itu Hasbi yang pulang dari kerja.

Keya hanya diam, mencari obat penenang miliknya dan segera menelan sekitar 3 biji obat itu.

   Setelah sekitar satu menit, ia mulai tenang, dan kembali ke karpet tempat ia tidur, merebahkan dirinya yang terasa lelah, sakit dan remuk. Dengan helaan nafas panjang, dan sebutir air mata jatuh, ia menutup matanya dan mulai tertidur dengan bantuan obat.

"Ya Allah...sampai kapan aku begini~?"

_keya_

Eternal WoundsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang