Bab 104

164 18 3
                                    

Pengumpul garis keras.


Saat Jian Rong menekan tombol untuk mengingat kembali ke markas, dia hampir tuli—

Kulit kepala Xiao Bai terasa kesemutan. “Waaaahhhh bagus! Bagus!!!"

Pine: “Bagus.”

Yuan Qian: “Ahhh woahhhh—”

Bulan: “Ah—ah—ah!!!”

Wasit yang mengawasi obrolan tim di belakang merasa seperti sedang mendengarkan empat monyet purba memainkan video game.

Jian Rong tidak suka bermain ranj di party lima orang. Kapanpun dia mengalahkannya sebelumnya, serangan yang paling banyak akan menimbulkan keributan, jadi ini adalah pertama kalinya dia mendengar rentetan serangan yang datang dengan suara.

Hal ini membuatnya berhenti sejenak di tengah pembelian barang. Lalu dia berkata, “Setelah gelombang berikutnya, kita bisa menuju Baron.”

“Bagaimana kamu bisa begitu hebat?!” Yuan Qian menarik napas. “Ini pertama kalinya aku melihat seseorang menang 1v5 di semifinal!!!”

Moon mengerti apa yang dia maksudkan. “Apakah itu pernah terjadi sebelumnya di musim reguler?”

“Ya, Master juga pernah memenangkan 1v5 di musim reguler sebelumnya, tapi dia menggunakan LeBlanc. Jauh lebih mudah untuk menang dengan hero itu daripada di Cassiopeia—Xiao Rong, kamu terlalu keren!!!”

Xiao Bai berkata, “Sekujur tubuhku merinding, jika kamu tidak percaya padaku, suruh Pine untuk meraba lenganku! Benar-benar!!!"

“Apakah kamu ingin aku dilarang?” Suara Pine tenang seperti biasanya.

Kenyataannya, jantung Jian Rong berdetak sangat cepat. Lagipula, tujuan bermain game adalah untuk bersenang-senang.

Fighting Tiger sangat ingin membunuhnya, menyebabkan banyak lubang dalam 5v1 itu. Selain itu, perasaannya terhadap game ini sangat bagus hari ini—

“Paksa pertarungan tim.” Jian Rong berkata, “Aku tidak terkalahkan pada babak ini.”



Saat Jian Rong mencapai penta kill, ruang streaming langsung para streamer utama, pusat perbelanjaan yang menyiarkan pertandingan secara langsung, server obrolan game, dan sebagainya semuanya dibanjiri dengan teriakan.

Termasuk ruang istirahat di belakang panggung.

“Astaga—bagaimana dia melakukan itu? Seperti inikah kecepatan reaksi anak muda…?” Asisten pelatih sudah berteriak beberapa saat, dan saat ini suaranya tidak jauh lebih baik dibandingkan ketiga komentator. Dengan suara serak, dia berkata, “Gelombang itu saja sudah cukup untuk memberinya gelar dewa, kan??”

Ding-ge menarik napas dalam-dalam berkali-kali dan berkata sambil tersenyum, “Tidak perlu 'kan?'.”

[T/N: maksudnya 'Gelombang itu saja sudah cukup untuk memberinya gelar dewa.' Nggak perlu tambahan kalimat tanya 'kan?' Karena menurut Ding-ge kalimat itu udah tepat tanpa harus dipertanyakan.]

Asisten pelatih mondar-mandir cukup lama di ruang istirahat sebelum akhirnya menenangkan diri. Kemudian, pikiran pertama yang muncul di kepalanya adalah: “Ge, apakah kita hanya mengontraknya untuk satu musim?”

Ding-ge memberi tanda “en.

“…nilainya akan segera meroket.” Asisten pelatih mengeluarkan tisu dan menyeka keringat di dahinya. “Aku yakin banyak tim ingin mencurinya. Kalau begitu, kita harus segera mendiskusikan pembaruan kontrak dengannya…”

[BL END] I Can Do ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang