15 (End)

663 50 1
                                    

Pagi yang cerah terasa suram bagi Tharn ketika Gulf kembali merasakan morning sickness. Tharn yang sedang sibuk di dapur dengan cepat berhenti saat mendengar suara Gulf yang menderita.

"Gulf, sayang, apa kamu baik-baik saja?" tanya Tharn cemas, berlari ke sisi Gulf.

Gulf terkulai lemah di sofa, wajahnya pucat. "Aku baik-baik saja, Tharn. Hanya rasa mual yang kembali datang."

Tharn duduk di samping Gulf, menempelkan tangannya di punggung Gulf dengan penuh perhatian. "Maafkan aku, sayang. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membantumu merasa lebih baik."

Gulf tersenyum lemah. "Kau sudah melakukan lebih dari cukup, Tharn. Hanya dengan keberadaanmu saja sudah membuatku merasa lebih baik."

"Tapi aku ingin melakukan lebih banyak," ujar Tharn dengan suara serius. "Aku tidak tahan melihatmu menderita seperti ini."

Gulf mencoba tersenyum. "Aku tahu, Tharn. Tapi ini bagian dari proses kehamilan, kan? Kita harus bersabar dan melewati semuanya bersama-sama."

Tharn mengangguk, mencoba menahan rasa cemasnya. "Aku akan selalu di sampingmu, sayang. Kapan pun dan di mana pun."

Gulf meraih tangan Tharn dengan lembut. "Terima kasih, Tharn. Kehadiranmu sangat berarti bagiku."

Dengan hati yang penuh perhatian, Tharn membantu Gulf menuju ranjang. Dengan lembut, dia mengatur bantal-bantal di belakang punggung Gulf untuk memberikan dukungan tambahan. Gulf merasakan sentuhan hangat dari tangan Tharn yang berusaha membuatnya nyaman.

"Semoga ini membuatmu merasa lebih baik, sayang," ucap Tharn sambil tersenyum lembut.

Gulf tersenyum kecil, mengangguk. "Terima kasih, Tharn. Kamu selalu begitu perhatian padaku."

Tharn duduk di samping Gulf, memperhatikan ekspresi wajahnya dengan penuh kepedulian. "Ada yang bisa aku lakukan untukmu? Apakah kakimu masih terasa sakit?"

Gulf mengangguk pelan. "Iya, sedikit. Tapi aku akan baik-baik saja."

Tharn tersenyum lembut dan meraih kaki Gulf dengan lembut. "Mungkin aku bisa memberikan sedikit pijatan untuk meredakan rasa sakitnya."

Gulf mengangguk setuju, menikmati sentuhan lembut Tharn yang mengurut kakinya dengan penuh kelembutan. "Terima kasih, Tharn. Kamu benar-benar membuatku merasa lebih baik."

"Ini sudah saat kau minum susu untuk ibu hamil, aku buatkan dulu yah" ujar Tharn pada Gulf

"Baiklah, tapi jangan lama-lama yah" ujar Gulf manja

Tak lama kemudian Gulf duduk di sofa, dan mulai menangis, tangisannya memenuhi ruangan setelah Tharn meninggalkannya untuk sebentar ke dapur. "Kamu meninggalkanku!" gumam Gulf, mencubit-cubit bantal di dekatnya.

Tharn kembali ke ruang tamu, membawa segelas susu hangat. "Maafkan aku, sayang. Aku hanya pergi sebentar untuk membuatkanmu susu," ujarnya, mencoba menenangkan Gulf.

Tetapi Gulf hanya terus menangis, air mata mengalir tanpa henti. "Kamu tega meninggalkanku begitu lama," keluh Gulf, suaranya terpotong-potong oleh tangisannya.

Tharn merasa kebingungan, tidak yakin apa yang harus dilakukan untuk menghentikan tangisan Gulf. Dia duduk di sebelah Gulf, mencoba mengusap punggungnya dengan lembut. "Maafkan aku, sayang. Ayo, sudahlah. Ini susumu," ucap Tharn dengan suara lembut, menawarkan gelas susu.

Gulf menatap Tharn dengan mata berair, bibirnya gemetar. "Apa...apa...kamu...tidak...tidak mau meninggalkanku lagi?" tanyanya, suaranya terputus-putus oleh tangisannya.

Tharn merasa hatinya terketuk melihat keadaan Gulf. "Tentu tidak, sayang. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu," ujarnya dengan lembut, mencoba meyakinkan Gulf.

Does Happiness Exist? S2 || MewGulf (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang