FLANEUR - 007

962 140 11
                                    


Mungkin di antara teman-temannya yang lain, Danish adalah orang dengan jam kerja yang paling santai dan fleksibel.

Namun santai dan fleksibel bukan berarti Danish tidak sibuk. Pria itu bisa menjadi sangat sibuk dan sulit untuk mengatur waktu bekerja dan istirahatnya jika sedang mendapatkan proyek besar namun jika dibandingkan dengan teman-teman satu gengnya, jam kerjanya masih termasuk aman dan normal.

Danish masih ingat bagaimana Karra nyaris menghilang dari peredaran gara-gara sistem kerja shift nya yang mengerikan, belum lagi dia harus pergi ke berbagai daerah untuk membuka rute maskapai tempatnya bekerja yang saat itu sedang dalam tahap berkembang, lalu Allen yang harus menghabiskan waktunya untuk bekerja sambil belajar demi untuk bisa meraih gelar spesialis, ditambah lagi dia juga harus rela tinggal di negara tetangga setelah mendapatkan pekerjaan di sana, ada Gavin yang jadwal terbangnya tidak menentu dan sering kali sulit mendapatkan waktu libur di hari sabtu-minggu, lalu Fathir yang sering kali berangkat pagi-pulang pagi karena intensitas pekerjaannya yang semakin meningkat mengingat dirinya adalah salah satu lawyer senior di lawfirm yang menaunginya, dan terakhir Arina, kesibukkannya sebagai seorang fashion designer sekaligus pemilik salah satu brand pakaian serta makeup terkenal membuatnya harus terus melanglang buana dari satu negara ke negara yang lain.

Lihat kan? Jika dibandingkan dengan dirinya yang masih bisa menghabiskan waktu duduk santai di sebuah kedai kopi atau berkeliaran di setiap area rak buku toko Gramedia, teman-temannya adalah definisi dari budak korporat yang sesungguhnya. Seandainya saja persahabatan mereka tidak terjalin dengan begitu erat, mungkin mereka sudah tak akan saling mengenal satu sama lain lagi karena sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Dan sekarang Danish sedang berada di salah satu kafe bernama La Reverie yang cukup terkenal di kalangan anak muda setelah dia membeli sekotak donat yang diminta oleh Karra tadi.

Danish berdiri di depan kasir, menunggu sang petugas yang nampaknya sedang berbicara dengan supervisor atau mungkin manager dari kafe ini. Untungnya antrian di belakangnya tidak terlalu banyak, hanya ada seorang perempuan bertubuh mungil dengan pakaian kasual namun trendi serta topi MLB hitam yang menghiasi kepalanya.

"Siap, terima kasih ya mas Reksa. Nanti saya infokan ke anak-anak yang shift pagi," ucap si petugas sambil berjalan ke arah mesin kasir. "Selamat siang, selamat datang di La Reverie! Mau pesan apa mas?"

"Oh, saya mau pesen dolce latte nya satu sama americano one shot nya satu di take away ya." ujar Danish setelah dia selesai meneliti semua nama minuman yang tertera di papan menu.

"Baik dolce latte satu, americano one shot nya satu. Pesanannya atas nama siapa mas?"

"Danish."

"Baik mas Danish, ditunggu sebentar ya mas."

Danish menganggukkan kepalanya lalu kemudian dia mengeluarkan ponselnya sembari duduk di salah satu bangku untuk menunggu pesanannya datang. Di tengah kesibukkannya memainkan ponsel, tiba-tiba saja gadis yang baru saja selesai memesan minumannya duduk di depannya dengan gerak cepat hingga nyaris membuat ponselnya jatuh karena kaget. Ketika dia berniat untuk menegurnya, gadis itu sudah lebih dulu bersuara.

"Please tolong saya," bisiknya lirih membuat Danish langsung diam seribu bahasa. "Kamu bisa nggak pura-pura jadi pacar saya? Dari tadi ada orang yang ngikutin saya terus. Saya takut."

Kedua alis Danish terangkat sedetik sebelum akhirnya dia mengedarkan pandangan ke sekeliling kafe untuk mencari orang yang gadis itu maksud. Segalanya terlihat normal saja sampai ahirnya sudut matanya menangkap sesosok pria yang duduk tak jauh dari mereka. Dia mengenakan celana jeans dan jaket hoodie bertudung warna hitam serta masker yang menutupi setengah wajahnya. Secara naluriah Danish langsung meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya erat-erat, dia tersenyum menenangkan dan mulai menjalankan perannya sebagai seorang kekasih.

FLANEURWhere stories live. Discover now