FLANEUR - 012

1.1K 147 43
                                    



Fathir menghisap podnya dalam-dalam seraya memandangi langit malam yang lumayan cerah sekali hari ini karena banyaknya bintang yang bertebaran di sana. Beberapa hari kemarin Jakarta terus diguyur oleh hujan deras hampir setiap pagi dan malam secara bergantian, dan khusus untuk malam ini, hujan benar-benar tidak turun bahkan sedari pagi. Cuacanya sangat berbeda dibandingkan saat dia sedang bertugas di Surabaya beberapa hari yang lalu di mana dia harus membeli minuman dingin lebih dari 3 kali saking teriknya matahari di sana.

Notifikasi yang berasal dari ponselnya terus muncul secara bergantian. Fathir bisa menebak itu semua pasti berasal dari grup kantor, grup bersama kelima sahabatnya, grup keluarga dan grup-grup lain yang dia sendiri tidak ingat apa saja karena dia sudah terlalu banyak dimasukkan ke sana baik itu melalui persetujuannya maupun yang tanpa sepengetahuannya. Ada juga chat-chat dari beberapa perempuan yang entah bagaimana caranya mereka bisa mendapatkan nomor ponselnya itu. Tentu saja Fathir hanya akan membuka grup kantor, grup bersama kelima sahabatnya dan juga grup keluarganya. Sisanya? Dia tidak peduli.

Dan dari ketiga grup utama itu, hanya grup bersama kelima sahabatnya lah yang paling berisik. Tapi kali ini, Fathir tidak mendengar satupun notifikasi yang muncul di sana. Akhir-akhir ini grup itu menjadi agak sedikit senyap. Nampaknya semua penghuninya sedang sibuk dengan diri mereka masing-masing.

Karra sedang mengunjungi Allen di Singapura, Gavin sedang sibuk dengan gebetan barunya yang entah akan lelaki perkenalkan pada mereka atau tidak karena setelah ditinggal Liora, Gavin tidak pernah membawa teman perempuan lagi ke dalam circle mereka, Danish? Semenjak terlibat dalam urusan selebgram bernama Elmira itu, dia sering menggunakan waktu luangnya untuk mengunjungi gadis itu di apartemennya, dan Arina? Seharian ini Fathir belum melihatnya, jadi ada kemungkinan perempuan itu sedang sibuk dengan berbagai macam proyek barunya.

Sepi sekali.

Fathir menghembuskan asap dari dalam mulut untuk yang terakhir kalinya sebelum dia beranjak dari kursi balkon untuk masuk kembali ke dalam ruangan. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 pagi dan dia masih belum bisa tidur. Mungkin dia harus minum sesuatu yang bisa membantunya terjun ke alam mimpi lebih cepat.

"Njir, even kulkas gue aja isinya sepi banget!" desis Fathir sebal begitu dia tidak menemukan kaleng bir atau minuman bersoda yang biasa ia simpan untuk diminum di kala dirinya sedang stress atau burnt out.

Sepertinya dia harus pergi ke minimarket di lantai bawah untuk membelinya dan juga beberapa cemilan manis. Fathir memasuki kamar tidurnya dan meraih dompet yang ia letakkan di atas nakas lalu kemudian keluar dari unitnya. Namun langkahnya langsung terhenti begitu dia melihat Arina bersama pria yang paling ia benci setengah mati, Julian, sedang berciuman di depan pintu unit perempuan itu.

What a view.

Melihat kehadiran Fathir, baik Arina maupun Julian sama-sama melepaskan diri. Arina nampak canggung dan agak sedikit malu sementara Julian berusaha sebisa mungkin terlihat santai dengan melemparkan senyum sok akrab pada lelaki itu. Dia hendak menyapa Fathir untuk mencairkan suasana tapi karena sudah kepalang malas dan muak, Fathir memilih untuk segera melenggang pergi dari hadapan mereka menuju lift.

Tadinya Fathir berharap bahwa Arina dan Julian akan menggunakan lift tepat setelah dia turun lebih dulu ke bawah. Tapi pasangan itu justru malah ikut bergabung dengannya di dalam sana dan dia terpaksa harus turun ke lobby bersama-sama dengan mereka. Fathir sendiri juga menyesali kenapa dia harus membeli unit apartemen di lantai 12 karena itu berarti dia harus terjebak bersama keduanya selama beberapa menit ke depan.

"Gue baru tau lo tinggal di depan unitnya Arina, bro." celetuk Julian tiba-tiba.

Fathir yang sedang fokus pada ponselnya menoleh sekilas ke arah Julian dan Arina yang berdiri bersisian di sebelahnya yang hanya diberi sedikit jarak.

FLANEURWhere stories live. Discover now