"She's still not coming today?"
Pertanyaan ini terus keluar dari mulut Danish kepada siapapun yang menjenguk atau pun bertugas menjaganya di rumah sakit. Mulai dari maminya, kakak perempuannya, bahkan ke para sahabatnya yang secara bergantian mengunjunginya. Dan sekarang adalah giliran Karra yang datang berkunjung sekaligus menjaganya sebentar sampai kakak perempuan Danish datang untuk berjaga malam ini.
Karra terdiam selama beberapa detik sebelum akhirnya menyunggingkan seulas senyum tipis sembari meraih gelas berisi air putih dan mengarahkan sedotannya ke mulut Danish. Pria itu meliriknya sekilas dengan ekspresi sedingin es namun tetap menurut untuk membuka mulutnya. Dia meneguk sedikit air itu demi untuk menyegarkan tenggorokkannya yang memang terasa sedikit kering.
"Thanks, Ra." Danish kembali merebahkan kepalanya ke bantal setelah Karra memberinya senyum lagi sebagai balasan
"Kayaknya dia masih butuh waktu buat nyiapin mental, Dan." kata Karra dengan nada sehalus mungkin.
"Ini udah hari kelima dan dia masih belum siap juga? Dia takut gue tuntut apa gimana?"
"Ih nggak gituuu! Dia mungkin lebih suka langsung dituntut aja tanpa harus ketemu muka sama lo kayaknya, but that's not the main problem! Okay?!" Karra buru-buru menjelaskan panjang lebar sebelum asumsi Danish melebar kemana-mana. "Arina bilang Elmira nggak bisa berhenti nyalahin dirinya sendiri dan dia bener-bener nggak punya muka buat ketemu sama lo, Dan. I think she still need more time."
"Kalau besok dia masih nggak mau dateng ke sini juga, gue bakalan bener-bener nyalahin dia ya, Ra. Gue bakal minta pertanggung-jawaban dari dia langsung and i'll never ever talk to her anymore."
Karra menelan ludahnya ngeri. Danish adalah tipe orang yang selalu serius dengan kata-katanya saat sedang marah jadi dia yakin sekali bahwa kalimat ancamannya barusan sama sekali tidak main-main. Dengan bingung dan agak sedikit panik, Karra berusaha sebisa mungkin untuk menenangkan Danish sembari jemarinya bergerak untuk menghubungi Arina lewat chat. Kali ini Elmira benar-benar harus datang untuk menemui Danish karena sepertinya Danish sudah tidak bisa menolerirnya lagi.
"Sabar ya, Dan. Gue yakin nggak lama lagi Elmira pasti dateng buat nemuin lo," Karra mengusap-usap bahu Danish lembut. "Please jangan marah-marah dulu sebelum dengerin penjelasan dari dia, oke? She's still in shocked, I believe."
"Gue nggak bakalan marah kalau dia nggak menghindar dari gue kayak gini, Ra."
"Ngerti gueee. Tapi lo juga nggak bisa maksain orang yang mentalnya masih terguncang itu buat dateng ketemu sama orang yang udah jadi penyebab rasa bersalahnya. Sabar ya? nanti gue coba bujukin Elmira lagi supaya mau dateng ke sini sebelum lo pulang."
Danish menghela nafas gusar namun dia tahu bahwa apa yang Karra katakan benar adanya. Sejujurnya dia sering memikirkan kondisi Elmira setiap hari dan berharap agar gadis itu mau mengunjunginya di rumah sakit. Danish tahu bahwa Elmira masih kaget dan syok, dia juga tahu bahwa Elmira pasti merasa sangat bersalah dan tidak akan berhenti menyalahkan dirinya sendiri atas insiden ini. Danish takut hal itu akan membuat mental Elmira semakin jatuh oleh karena itu dia berharap Elmira bisa segera datang untuk menemuinya agar dia bisa mengatakan pada gadis itu bahwa dirinya baik-baik saja.
Urusan penguntit yang menyerangnya pun sudah sepenuhnya diambil alih oleh Fathir dan pamannya yang berprofesi sebagai polisi dengan pangkat yang lumayan tinggi. Kasus seperti ini sudah pasti akan beres dalam sekejap mata jadi Danish tidak perlu khawatir soal itu.
Seandainya saja kondisi fisiknya sudah kuat, mungkin Danish akan langsung pergi ke apartemen Elmira untuk menenangkan gadis itu.
"Dan."
YOU ARE READING
FLANEUR
ChickLitKisah 6 orang sahabat yang telah mencapai kesuksesan di bidang masing-masing namun masih merasa belum mempunyai tujuan yang jelas dalam hidup.