Selama ini Danish terkenal sebagai seorang laki-laki dengan hidup yang sangat rapi, terorganisir, jauh dari kesan jelek dan amat sangat menghindari konflik. Bahkan saat SMA dulu pun dia merupakan salah satu murid kesayangan guru dan juga disukai oleh semua teman-temannya baik itu laki-laki maupun perempuan. Dengan gaya hidup yang seperti itu, presentase kemungkinan Danish untuk memiliki musuh sangatlah kecil, jadi mustahil sekali rasanya jika ada orang yang menginginkannya terluka.
Dan tak pernah terbayang sedikitpun di benak Gavin bahwa akan ada waktu dimana dia harus melihat Danish berada di rumah sakit tapi bukan karena suatu penyakit, tapi karena sebuah insiden tak terduga yang membuatnya harus kehilangan banyak darah serta kesadaran yang mulai menipis akibat luka tusukkan dari seseorang yang bahkan tak pernah mengenalnya.
Begitu melihat ada kerumunan orang di area lobby, Gavin sempat menyangka bahwa telah terjadi sesuatu pada Megan mengingat tubuh perempuan itu yang memang sedang dalam keadaan tidak fit. Tapi ternyata dia justru malah dikejutkan dengan sebuah kenyataan di mana salah satu sahabatnya lah yang ternyata sedang dikerumuni oleh orang-orang itu. Seolah seperti sebuah robot yang dirancang untuk bertindak cepat, Gavin segera menghampiri Danish dan mengangkat tubuh lelaki itu menuju mobilnya dengan dibantu oleh orang-orang di sana begitu mereka mengetahui bahwa dirinya adalah teman dari Danish.
Sekarang Gavin sedang berada di depan pintu ruangan Instalasi Gawat Darurat dimana dia terpaksa harus menunggu di sana atas permintaan dokter yang ingin menangani Danish secara intensif. Dan tak jauh dari tempatnya berjalan mondar-mandir sedari tadi, Megan duduk di salah satu bangku yang tersedia di sana sembari berusaha menenangkan Elmira yang sejak insiden itu terjadi masih belum bisa berhenti menangis. Gavin menyugar rambutnya frustrasi lalu kemudian dia mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan menelepon Fathir. Teleponnya diangkat tepat di dering pertama.
"Halo, Thir—"
"Gue lagi otw ke Soetta buat jemput Karra," potong Fathir cepat membuat Gavin langsung menghela nafas lega. "Gimana kondisi Danish?"
"Masih ditanganin dokter. Tadi dokternya bilang kalau dia lumayan banyak kehilangan darah jadi mereka mau handle dia secara intensif dan gue disuruh nunggu di luar." jawab Gavin parau.
"Udah tau siapa pelaku penusukkannya?"
"Stalker-nya Elmira," Gavin melirik Elmira yang masih menangis tersedu-sedu di bahu Megan sekilas. "Tadi ajudan om lo dateng buat nangkep dia. Kayaknya si bangsat itu sengaja nggak datengin apartemen Elmira lagi karena tau ajudan om lo ada di sana. Jadi begitu dirasa situasinya aman dan Elmira lagi sering main ke apartemen Megan, dia langsung datengin apartemen Megan dan ngelancarin aksinya di sana. Awalnya sih dia mau nusuk Elmira tapi pas liat ada Danish di lobby, dia malah berubah haluan jadi nusuk Danish. Motifnya sih diduga karena dia cemburu sama Danish yang sering banget datengin apartemennya Elmira dan marah sama Elmira karena nggak pernah nanggepin dia."
"Sinting!" rutuk Fathir menahan geram. "Gue perkarain aja apa ya?!"
"Perkarain aja, Thir. Penjarain sampe dia busuk di sana aja kalau bisa. Mau dia punya penyakit kejiwaan sekalipun, gue mau dia dihukum seberat-beratnya apapun yang terjadi."
Gavin mendengar Fathir menghela nafas kesal di seberang sana.
"Karra, Arina sama Allen belum tau kan?" Gavin kembali bersuara sambil memijat kepalanya.
"Belum. Arina gue teleponin nggak diangkat-angkat, mungkin masih q-time sama keluarganya. Kalau Karra pasti masih di pesawat sekarang, nanti biar gue yang kasih tau langsung ke dia. Lo kasih tau Allen sama Arina ya?"
YOU ARE READING
FLANEUR
ChickLitKisah 6 orang sahabat yang telah mencapai kesuksesan di bidang masing-masing namun masih merasa belum mempunyai tujuan yang jelas dalam hidup.