25. Permintaan

4.7K 187 0
                                    

2 bulan telah berlalu sejak pengucapan ijab dan Qabul, hubungan antara Fathar dan Aleya semakin dekat, meski perasaan Aleya terhadap Hisyam belum kunjung hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2 bulan telah berlalu sejak pengucapan ijab dan Qabul, hubungan antara Fathar dan Aleya semakin dekat, meski perasaan Aleya terhadap Hisyam belum kunjung hilang.

Juga sejak pertemuan Aleya dengan Hera di Rumah Tahfidz waktu itu, mereka berdua jadi sering bertemu, dan Hera tetap saja melakukan hal yang sama. Tapi Aleya tak peduli sama sekali, toh, Hera sama sekali tak bisa mendapatkan hati suaminya itu. Jadi... Buat apa khawatir??

Hari ini Aleya dan suaminya akan pergi kerumah Abi Harits, terakhir kali mereka kesana sekitar 3 Minggu lalu.

Pasutri itu mendapat pesan dari umi Zainab, bahwa penyakit Abi Harits kambuh lagi, meski tak terlalu parah dan bisa rawat di rumah, tetap saja mereka berdua khawatir dan memutuskan untuk datang.

"Udah siap semua?" Tanya Fathar, Aleya mengangguk, kini mereka sudah berada di dalam mobil.

"Kalo gitu, kita berangkat, bismillahirrahmanirrahim" Fathar pun menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah dan melaju menuju rumah mertuanya.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah mertuanya, mereka berdua segera turun dari mobil dan menurunkan beberapa barang yang mereka bawa. Mereka berniat untuk menginap 3 hari disini.

"Assalamualaikum"

Tok! Tok! Tok!

Aleya mengetuk pintu sambil mengucapkan salam, ketukan pertama tak ada jawaban, begitupun ketukan kedua. Aleya menyernyit, tumben-tumbennya, Aleya mencoba sekali lagi.

"Assalamualaikum... Umi, Abi" panggil Aleya.

Tok! Tok! Tok!

Cklek!

"Wa'alaikumsalam" Pada ketukan ketiga, akhirnya pintu terbuka, menampilkan umi Zainab yang tersenyum hangat melihat kedatangan kedua anaknya dan mempersilahkan mereka masuk.

"Gimana kabar umi?" Tanya Fathar ketika menyalam tangan ibu mertuanya itu.

"Alhamdulillah sehat, kalau kalian?" jawab umi Zainab sambil menepuk pelan pundak Fathar dan melihat secara bergantian kedua anaknya.

"Kami sehat juga umi" jawab mereka serempak.

"Alhamdulillah" syukur umi Zainab.

"Abi gimana keadaannya, umi?" Tanya Aleya.

"Alhamdulillah sudah mendingan, ayo liat di kamar" ajak umi Zainab dan berjalan duluan.

Mereka bertiga pun berjalan menuju kamar umi Zainab dan Abi Harits yang berada di lantai satu itu. Mereka masuk ke dalam, terlihatlah Abi Harits yang berbaring sedang di infus dan di kasih beberapa alat medis di beberapa bagian badannya. Disana juga ada dokter yang biasa menangani Abi Harits, Dokter Dika.

"Bagaimana keadaan Abi saya dok?" Tanya Aleya, tadi ia memang sedikit tenang saat sang umi mengatakan keadaan Abi Harits sudah membaik, tapi melihat alat medis yang ada di tubuh abinya, membuatnya khawatir.

Gus Alfathar (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang