Awalnya

1.8K 81 9
                                    

"Aku ngantuk gee. Boleh bersandar di pundak kamu ga?"

"Tapi jam 12 malam. Aku bangunin kamu ya? Dan pindah ke kamarmu"

"Iya, gee"

Shani mulai menutup kedua matanya dan tidur di pundak gracia. Namun, gracia tidak menyadari kalau shani tidur untuk selamanya dan tidak pernah bangun.

Gracia pikir shani hanya tidur biasa. Namun, saat jam 12 malam telah tiba. Gracia berniat untuk membangunkan shani yang terlelap di pundaknya. Saat, gracia mencoba menggoyangkan badan shani pelan.

Genggaman tangan shani di pergelangan tangan gracia seketika terlepas. Gracia panik dia mencoba membangun shani. Kini, tangisan itu mulai terdengar dari seorang gracia. Dia memeluk tubuh shani yang sudah dingin dan kaku.

Gracia memeluk tubuh dingin shani dengan tangisan kencangnya. Dia menangis, karena dia harus merelakan kepergian shani untuk selamanya.

Gracia benar benar menyayangi shani. Bahkan, gracia menganggap shani itu sebagai kakaknya sendiri.

"Tidur yang nyenyak, shani indira natio"

.

.

.

.

.

.

.

.

"Anak anak hari ini kita akan memulai pelajaran bahasa Indonesia. Harap keluarkan buku tulis kalian!"

Semua murid di ruangan itu, mengeluarkan buku tulis di dalam tas mereka masing masing.

"Oke anak anak kita akan melanjutkan materi yang kemarin yaa"

Merekapun memperhatikan materi yang diberikan oleh guru di depan.

Beberapa murid yang sedang menulis materi yang di berikan oleh guru. Tiba tiba ada salah satu murid yang tumbang dan membuat seisi kelas terkejut mendengar suara keras yang terjadi saat ini.










"Ci shani!"

"Hei hei, tolong shani woilah. Malah pada bengong lu pada" Ucap oniel.

Gracia yang melihat shani tidak sadarkan segera berdiri dari kursinya dan mengangkat tubuhnya dan membawanya ke UKS sekolah. Murid murid yang melihat itu terkejut. Siapa sangka? Seorang gracia gadis pendiam menolong shani.

"Langka banget seorang gracia tolongin shani, padahal tuh anak sifatnya pendiam banget loh"

"Diam diam gitu juga, suka peduli dengan orang lain"

"Sudah sudah, sekarang kita lanjutin lagi ya"

"Baik, B!" Serentak mereka bersamaan.

Sekarang suasana yang tadinya ribut sekarang jadi tenang. Karena guru menyuruh murid muridnya untuk tenang dan fokus pada materinya.

"Kambuh lagi penyakit kamu ya, shan"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Gracia pun sampai ke UKS sambil membopong tubuh shani yang masih menutup rapat kedua matanya.

Gracia segera masuk ke UKS itu sambil membopong tubuh shani dan membaringkan tubuh shani di ranjang UKS secara pelan pelan. Gracia hanya bisa berdiri sambil menatap wajah shani yang masih menutup rapat kedua matanya.

"Shan, kamu kenapa tiba tiba begini? Shan, aku harap kamu baik baik saja"

Shani perlahan membuka kedua matanya dan melihat sekelilingnya.

Tanpa ia sadari, shani tidak sengaja melirik kearah gracia yang kini masih menatapnya. Shani berniat ingin memanggil nama gracia. Namun, ia kembali menutup keduanya matanya lagi.

Gracia tidak bisa kembali ke kelas. Karena, dia harus menjaga shani sampai sadar dari pingsannya.

Gracia mengambil kursi dan duduk di samping ranjang UKS tempat dimana shani baring. Gracia memegang tangan shani dan mengelusnya lembut.

Gracia tidak tau harus berbuat apa lagi. Selain, dia harus menunggu jawaban shani tentang apa yang dia alami. Walau, shani pernah mengatakan bahwa dia hanya bisa memberitahu hal itu di saat 5 hari tiba.

Gracia tidak memaksakan dirinya untuk terus menanyakan hal itu pada shani. Walaupun, shani sudah muak dengan pertanyaan yang sering dia dengar dari bibir seorang Shania Gracia Harlan.

                             *****

"Mau sampai kapan? Lo sembunyiin ini tentang yang lo alami, shani"

"Del, aku mohon. Jangan tanya soal itu lagi"

Adel tidak habis pikir dengan otak shani sekarang ini. Kenapa dia tidak mau beritahu ini pada gracia? Kenapa dia harus menyembunyikan ini dari gracia? Ada apa dengan shani ini.

"Aku ga mau gracia tau dan bakal nangis dengar tentang yang aku alami selama 15 tahun"

"Ci, jangan kayak gini plis. Adel, ga mau kehilangan ci shani untuk selamanya. Adel pengen ci shani sembuh"

"Del, cici tidak akan pernah sembuh. Karena sudah parah. Dan dokter cuman bisa beritahu hidup cici hanya 5 hari saja. Tolong, del. Jaga Christy ya? Cici, yakin kamu bisa menjaga Christy jika aku sudah tiada nanti"

Adel langsung memeluk tubuh shani dan menangis di pundaknya. Shani membalas pelukan itu. Dan mengelus punggung adel lembut.

Shani memang tidak mau meninggal christy untuk selamanya. Tapi, sisa hidupnya hanya 5 hari. Dan itu tidak berlangsung lama.

Akankah? Shani akan sembuh dari apa yang di alami selama 15 tahun?.

                               ****

Shani & 5 hari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang