Omong kosong macam ini?

389 36 2
                                    

"Kak gracia teman masa kecil kak shani?"

Mereka menoleh kearah sumber suara itu. Ya, itu adalah christy yang keluar dari ruangannya sambil memegang tangkai infus di tangan kirinya.

Adel segera berjalan kearah christy dan mencoba untuk memeluknya.

Christy bingung dengan kelakuan adel yang tiba tiba memeluknya.

Bahkan, ia menatap kearah mereka dan ya hanya terdiam saja tanpa mengatakan apapun dari bibir masing masing.

"Ada apa dengan kalian? Kenapa kak adel memeluk ku? Emang salah ya? Ku ngomong kayak gitu?"

"Ga salah, toy"

"Huh?!"

Adel melepaskan pelukannya itu dan kembali menatap wajah christy.

"Toy, gue minta maaf"

Christy di buat bingung dengan perkataan adel barusan. Apanya yang minta maaf? Kenapa dia meminta maaf? Apa salah adel kepadanya?.

"Ngomong apa sih? I don't understand what you are saying!"

"I just apologize to you, Christy"

"Huh?"

"Sebenarnya kita sembunyikan ini dari kamu, toy" ucap zee.

"Apanya?"

"Kalau sebenarnya kak shani itu......" Belum zee mengucapkan keseluruhan kata di bibirnya pun. Tiba tiba christy terjatuh dan tidak sadarkan diri. Bahkan, tiang infus nya pun ikutan terjatuh, hal itu membuat seluruh rumah sakit terkejut. Sekaligus, suster yang sedang bertugas.

"Toy! Bangun!" Ucap adel yang langsung menepuk pipi christy.

"Tuhkan, belum juga vit. Sudah banyak gerak" ucap eli.

"Daripada ngomong. Mending bantuin si adel" ucap olla.

"Ga usah, gue bisa sendiri"

Adel menggendong tubuh christy dan menyuruh antara mereka membantu membawakan tiang infus milik christy.

Mereka hanya bisa menatap pemandangan itu.

"Gue yakin, christy belum vit. Karena baru juga seberapa kata yang di ucapkan dari bibirnya zee sudah tumbang aja"

"Bahkan, seisi rumah sakit ini pada kaget apalagi suster yang sedang bertugas"

"Awalnya mau bantu, tapi adel tolak"

"Benar sekali"

"Sekarang kita hanya mendoakan kondisi christy semoga ia cepat sembuh" ucap beby.

"Aaamiin"

"Sekarang kita hanya menunggu kabar kondisi shani dari kakaknya zee"

Mereka mengangguk. Bahkan, zee masih memikirkan hal yang tadi. Semenjak mamah nya tiada, ia baru menyadari kalau kakaknya teman masa kecil kakaknya christy yaitu shani.

Sejak itu, ia tidak pernah di beritahu oleh kakaknya soal ini.

"Kenapa kakak harus sembunyikan ini pada zee?" Batin zee.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Gracia menatap wajah shani yang masih di pasangkan oksigen di hidungnya bahkan bibirnya pun juga tertutup oleh oksigen itu. Shani melirik kearah gracia yang menatap kearahnya.

"Gee" ucap shani lemah.

Gracia hanya bisa diam tanpa menjawab apapun. Ia hanya bisa menatap pemandangan di hadapannya.

Shani mengangkat perlahan tangannya dan memegang tangan gracia.

"Gee, aku hanya bisa mengingat nama itu di dalam pikiranku" ucapnya lemah.

Ia terus memejamkan matanya sebentar dan membukanya lagi, ia terus melakukan itu berapa kali, agar tidak menutup matanya rapat rapat.

Gracia pun duduk di kursi samping ranjang shani. Dan ia memegang tangan shani juga, ia tau kalau shani hanya mengingat nama itu di dalam pikirannya.

"Gee, aku ingat kalau kita itu teman masa kecil" Ucap shani lemah.

"Iya aku tau, tapi kenapa kamu tidak pernah memberitahuku tentang kondisi mu? Bahkan, aku baru tau kamu mengalami kanker stadium akhir. Bahkan, waktu hidupmu tidak lama"

Shani hanya diam.

"Gee, aku tidak mau kamu tau soal ini. Aku berusaha menyembunyikan ini padamu, tapi kamu selalu memaksaku untuk mengatakan hal itu secara terus menerus" ucapnya lemah.

Sebenarnya kondisi shani sudah cukup baik, tapi ia belum bisa bangun. Karena kepalanya di perban, ia merasakan kepalanya sangat berat apalagi tubuhnya terasa berat. Ia susah mengangkatnya.

"Baiklah, aku paham dengan apa yang kamu ucapkan. Tapi kenapa kamu hanya mengingat nama itu?"

"Aku tidak mengenal siapapun selain namamu yang ku ingat"

"Kamu tau kalau namamu adalah shani?"

Shani menggelengkan kepalanya.

Gracia terdiam. Apa mungkin efek dari benturan itu ia benar benar tidak mengingat siapapun apalagi namanya sendiri.

"Aku hanya ingat kamu panggil aku sebutan shan."

"Kamu tau nama chirsty?"

"Siapa dia?"

"Dia adek kamu"

"Aku tidak memiliki adek"

"Shan, jangan bercanda"

"Aku lelah"

"Maaf"

Shani menggelengkan kepalanya.

"Kamu tidak salah, aku hanya lelah"

"Yasudah, sekarang kamu istirahat ya? Aku keluar dari ruangan kamu okey? Biar kamu bisa istirahat dengan tenang"

Shani mengangguk pelan.




                              *****

Adel terus menatap wajah christy yang masih tidak sadarkan diri. Ia mencoba untuk tidak menangis.

Ia benar benar bingung harus bagaimana lagi. Ia bingung, bahkan papahnya sendiri selalu menyakiti anaknya.

Adel terus terang ingin membalaskan dendamnya pada papah christy. Namun, ia terus mengingat ucapan papahnya di kantor polisi kemarin.










Flashback on

"Jangan dendam pada siapapun, urusan ini nanti papah maupun kakek yang urus ini. Kamu tenang dan mencoba untuk menjaga christy"

"Pah, adel benci dengan dia. Ia tega menghilang nyawa anaknya sendiri"

"Sudah, nanti papah dan kakek kamu yang urus ini"

"Pah..."

"Reva fidela adel, turutin ucapan papah"

"Baiklah"

"Anak pintar"

                                *****




Shani & 5 hari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang