Shani

587 48 5
                                    

"Waktu kamu tinggal 4 hari lagi. Dan itu tidak berlangsung lama. Dan penyakit kamu sudah semakin buruk. Dan kami tidak bisa berbuat apa apa lagi"

Shani hanya bisa terdiam dengan air mata sudah membasahi pipinya. Kini, dia sedang bersama christy disampingnya. Papahnya? Ya, dia sibuk berselingkuh dengan wanita lain. Padahal, anaknya yang berjuang antara hidup dan mati. Dan malah sibuk dengan wanita lain. Semenjak, kepergian istrinya dia menjadi berubah. Dulunya lembut pada anak anaknya, sekarang? Dia kasar, bahkan dia hampir membunuh christy menggunakan pisau dapur.

Untung saja, insiden itu tidak terjadi, karena di tolong oleh adel yang kebetulan ingin menemui shani dan christy. Untung saja, adel segera menyelamatkan christy dengan menendang dada papah shani dan christy dengan kuat sampai tersungkur ke lantai.

Semenjak saat itu, christy menjadi takut ketika bertemu dengan papahnya sendiri. Dia takut, kejadian itu terulang kembali. Kalau tidak ada adel? Mungkin, dia sudah menyusul mamahnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kak, jangan nangis terus"

Shani menangis karena sisa hidup dia tinggal 4 hari saja.

Chirsty paham kalau penyakit langka yang di derita sang kakak sudah tidak bisa terselamatkan lagi. Dan kondisinya sudah semakin memburuk. Bahkan, dokter pun angkat tangan.

"Kak jangan nangis terus. Nanti mamah nangis juga kalau lihat kakak nangis"

"Gimana ga nangis? Kalau sisa hidup kakak cuman 4 hari, dan itu tidak bertahan lama. Kakak takut, kamu nanti di siksa sama papah. Sekarang papah sudah kasar semenjak mamah tiada"

"Iya, chirsty tau. Tapi, plis jangan nangis lagi ya? Sini, toya peluk"

Christy memeluk tubuh shani dengan erat. Dia sangat sayang sama kakaknya. Hatinya sangat berat untuk melepaskan kepergian sang kakak untuk selamanya.

Christy tidak mau kehilangan orang yang dia sayang untuk kedua kalinya. Namun, takdir sudah menentukan pilihan nya. Dan akan mengambil shani darinya.

"Sudah sudah, ya? Jangan nangis. Kakak istirahat dulu okey? Kakak sudah makan? Kalau belum, toya buatin ya?"

Saat chirsty hendak bangkit dari duduknya. Dia merasakan ada yang menahan tangannya dan ternyata itu shani.

"Kenapa kak?"

Shani menggelengkan kepalanya.

"Gpp"

Chirsty melepaskan genggaman tangan shani dari pergelangan tangannya. Dia pun berjalan kearah pintu kamar shani dan menuju ke dapur untuk membuatkan shani makanan. Namun, tanpa Christy tau, bahwa papah nya pun datang dengan keadaan mabuk sambil membawa botol minuman.

Christy hanya bisa diam. Dia berjalan perlahan lahan menuju ke dapur dan membuatkan shani makanan. Namun, papahnya sendiri langsung melemparkan botol itu kearah Christy sampai mengenai dahinya.

Christy hanya bisa menahan perih di dahinya karena pecahan botol itu mengenai dahinya yang membuat darah segar itu mengalir secara perlahan. Tapi ia tetap fokus membuatkan shani makanan dengan keadaan dahi sudah berdarah.

"Papah berubah semenjak mamah tiada"

"Hei!!! Kamu anak anj*ng, gara gara kamu! Mamah tiada"

"Pah... Christy salah apa?"

"Bacot"

Papah Christy pun mengambil sebuah pemukul baseball dan melayangkan pukulannya ke bahu christy yang membuat chirsty hanya bisa diam dan menangis.

Papah Christy terus memukul Christy sampai badannya menjadi memar. Dan papah christy pun mengeluarkan pisau dari saku celananya dan berniat untuk membunuh christy.

Untung saja, chirsty tidak jadi di bunuh oleh papahnya, karena seseorang menyelamatkan dirinya.



















"Loh kak zee?"

                                ****

Shani & 5 hari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang