Apakah kamu bercanda?

472 39 3
                                    

Zee terus memikirkan ucapan adel tadi.

"Jadi itu alasan kak shani tidak memberitahu hal itu pada kak gracia? Tapi kenapa.... Dia harus melakukan hal itu"

Saat berjalan sembari memikirkan perkataan adel tadi. Ia tidak sengaja bertemu dengan gracia yang sedang mencari keberadaannya.

"Darimana aja kamu? Kakak cari dari tadi"

Zee memeluk tubuh gracia erat. Hal itu membuat orang yang dipeluk zee jadi bingung dan melepaskan pelukan itu dan menatap intens kedua matanya. Ada apa dengan dia? Kenapa matanya jadi sebab dan merah? Apakah dia habis menangis?.

"Why are you crying?"

"Kak... Aku dapat jawaban dari adel. Dan benar saja, kak shani yang mengatakan hal itu. Supaya kakak tidak kepikiran dengannya. Makanya dia tidak menjawab pertanyaan kakak tentang dia"

Gracia paham. Dia memeluk kembali zee dan mengelus rambutnya lembut.

"Sudah, gpp. Kalau belum takdirnya. Gpp, kakak siap tungguin di saat yang tepat"

Zee mengangguk.

                                 ****
Chirsty hanya bisa menatap pemandangan di hadapannya itu yang kini sedang berjuang antara hidup dan mati.

Chirsty tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia menangis sambil berjalan mendekati kearah seseorang yang kini dipenuhi dengan banyaknya alat medis di tubuhnya.

Dan ya.. dia berhenti tepat disampingnya sambil mengambil kursi dan duduk di kursi itu. Ia tidak lupa memegang tangannya yang tidak terpasang oleh infus. Ya, tangan kiri.

"Kak, ini salah chirsty ya? Kalau bukan karena papah. Kakak pasti ga akan kayak gini"

Seseorang yang christy sebut kakak, ia tidak merespon. Hanya suara dari monitor ICU yang berbunyi di samping kanan orang yang chirsty sebut kakak.

"Kak, ayo bangun. Jangan tidur mulu"

"Kak shani"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Gracia hanya bisa melihat dari luar jendela tempat dimana shani di tangani oleh tim medis.

Gracia sebenarnya ingin menemui shani juga. Tapi, ia takut karena adel akan memukulinya lagi.

"Gue akan kasih lo kesempatan untuk menemui kak shani"

Gracia terkejut mendengar suara itu. Ia menoleh, ternyata adel yang berdiri di belakang nya. Gracia langsung menghindar.

"Kenapa? Daripada ga lihat kak shani untuk terakhir kalinya"

"Ga, baru kali ini aku diberi kesempatan untuk menemui shani"

"Sisa hidup kak shani bukan hanya tersisa 5 hari saja. Tapi ini sudah 2 hari"

"Secepat itu?"

Adel mengangguk.

Gracia hanya bisa diam tanpa kata kata apapun yang keluar dari bibirnya.

"Jadi, aku beri kesempatan. Kalau emang dirimu pengen menemui kak shani. Aku berikan waktu"

"Makasih, del"

Adel mengangguk dan memeluk tubuh gracia. Hal itu membuat seseorang yang dipeluk oleh adel terkejut dan hanya bisa diam tanpa membalasnya.

"Kak shani, mengidap kanker stadium akhir. Dan sisa hidup dia yang 5 hari itu. Terlalu cepat untuk bagiku. Sekarang ini sudah 2 hari dia bertahan hidup" ucapnya membisikkan sesuatu di telinga gracia.

Dan melepaskan pelukan nya itu dan pergi dari rumah sakit itu.

Gracia terdiam mendengar perkataan adel barusan.

"Kanker?"





                                *****

Christy tertidur pulas di samping shani yang masih di berjuang antara hidup dan mati. Bahkan, dokter pun tidak tega membangun Christy yang tidur pulas sambil memeluk tubuh kakaknya itu.

Dokter hanya membiarkan chirsty memeluk tubuh kakaknya itu.

"Dok..."

"Biarkan saja"

"Tapi kan..."

"Sudah, biarkan. Dia mungkin akan menemani kakaknya disini sampai besok"

"Dok, sisa hidup pasien 2 hari lagi. Jika sudah besok, maka tersisa 1 hari lagi"

"Saya tau. Tapi biarkan dia disini, untuk menghabiskan waktunya bersama kakaknya sebelum kesedihan itu datang"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Toya mana? Lama amat dia di dalam"

"Saat ini, adek dari pasien itu sedang tidur pulas sambil memeluk tubuh kakaknya. Dan Kami tidak tega membangunkannya. Jadi, mungkin besok pagi dia akan bangun"

"Emang gpp, dok?"

"Sebenarnya tidak. Tapi karena dia tertidur pulas, kami biarkan saja"

"Begitu ya, dok"

"Oh iya, kami mau sampaikan kepada kalian. Bahwa sisa hidup pasien tinggal 2 hari lagi, jika menunggu besok. Maka tinggal 1 hari lagi. Jadi perbanyak waktu untuk bersamanya ya, sebelum semuanya terlambat"

Mereka terdiam mendengar perkataan dokter itu. Dan dokter itupun pamit untuk pergi dari situ. Dan meninggalkan mereka yang masih membeku bak patung.

Mereka hanya bisa meneteskan air mata, karena hidup shani tersisa 2 hari lagi. Jika besok, berarti sudah 1 hari.

"Secepat itu, shan?"

                               ****

Shani & 5 hari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang