24. Jangan Marah

737 94 25
                                    

"Waw ..." Lino terperangah seketika

"Ini tanah punya pemerintah, dari dulu emang kosong. Kalau malem tahun baru banyak orang desa yang dateng ke sini buat kemah dan liat kembang api," cecar Chandra sembari menurunkan barang bawaannya.

"Kita mau kemah di sini juga, Kak?" tanya Lino seketika.

"Heem. Di sini kalau malem dan gak hujan langitnya bagus banget, bisa liat bintang-bintang," papar sang suami lagi. "Kalau mau ambil air di seberang sana juga ada sungai, lumayan luas dan jernih airnya. Hati-hati aja batunya tajam sama jalannya agak licin." Ingatkannya kemudian.

Lino tak menjawab, ia sibuk memerhatikan sekelilingnya kini. Tanah hijau berumput nan luas menghampar, langit yang cerah dengan awan berarak, sinar matahari yang hangat, embusan angin sejuk pegunungan, dan ... seorang lelaki yang sedang bersiap mendirikan tenda.

Suaminya.

"Ini bagus banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini bagus banget. Adek gak pernah kemah di ladang rumput kayak gini, biasanya di tengah hutan terus," celotehnya sembari mendekat dan membantu sang suami menyiapkan beberapa barang.

"Wah, berarti ini yang pertama, dong?" Chandra tersenyum luas. Hangat sekali kala melihat lengkungan bibirnya dengan dua lesung pipit itu terkembang.

"Heem ... tapi di sini gak ada ular, kan?" ragu si manis kemudian.

"Tenang aja, Kakak bawa garam kok. Lumayan banyak buat nanti kita sebar di sekeliling tenda," pungkas yang dewasa.

"Kakak gak makan dulu? Ini kan udah siang, takutnya Kakak laper," ucap Lino kemudian.

"Nanti aja deh, tanggung. Kalau tendanya udah jadi kan enak, Adek mau rebahan di dalamnya juga bisa," papar sang suami.

Lino tak membantah setelah mendengar itu, ia malah sibuk berbenah sendirian disaat Chandra mendirikan tenda untuk mereka bermalam.

"Adek mau ambil air dulu ya, Kak. Sekalian mandi," ucapnya meminta izin.

"Iya, hati-hati turunnya."

"Iya, Kak."

Sembari menenteng sebuah ember kecil Lino pun berjalan ke depan dan menuruni bukit sedikit sampai kemudian ia bertemu dengan aliran sungai yang cukup lebar dan jernih.

Ia simpan ember yang dibawanya, ia lantas membuka baju; menyisakan tank top hitam, ia lepas sepatunya dan menanggalkan celana panjangnya; hanya memakai celana pendek selutut saja. Lalu kemudian ia turun ke sungai.

 Lalu kemudian ia turun ke sungai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAISON; My Boss, My Husband ✓ [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang