38. Demam

666 77 11
                                    

Tiga minggu kemudian ....

Hei? Ini hari apa? Lino bangun lebih awal dari biasanya karena ini hari special untuknya.

Ah, tak perlu menebak pun sudah diketahui bukan maksudnya apa?

Benar! Ini hari ulang tahun Lino ke dua puluh satu, dan ia benar-benar bersemangat lebih dari tahun-tahun sebelumnya. Mengapa begitu? Karena ia berharap ada satu orang yang akan mengingatnya dan setidaknya memberikan ucapan.

Sejak pagi buta—bahkan sebelum fajar menyingsing—Lino sudah bergelut dengan dua keranjang cucian yang siap dijemur. Ia sudah beres memasak untuk sarapan nanti,  juga sudah mencuci piring segala. Lantai rumahnya pun bersih setelah disapu serta dipel, dan kini ia hanya tinggal menunggu sang suami bangun saja.

"Ceria banget, tumben?" tanya Chandra tatkala ia sudah mandi dan bersiap untuk sarapan. "Ada apa nih kira-kira?"

"Ada apa, ya? Kakak gak inget gitu ini tanggal berapa?" tanya si manis sembari menopang dagu di atas meja. Senyumnya merekah luas dan matanya berbinar-binar.

"Hmm, dua lima?" cicit Chandra.

"Kakak gak inget gitu ini hari apa?" tanyanya lagi.

"Hari ... senin?" jawab suaminya ragu. Ia meneguk saliva sesaat kala melihat piring sarapannya kini penuh dengan nasi goreng, ditambah telur mata sapi serta irisan mentimun dan tomat segar.

"Ish, bukan itu. Kakak gak inget kalau hari ini ada apa?" bantah Lino seketika.

"Oh iya!" pekik Chandra tiba-tiba dan Lino pun spontan terlihat gembira.

Yey! Dia inget! pekiknya dalam hati.

"Kakak di suruh ke kantor BPJS sama Dirut hari ini, buat ngurusin BPJS staf kantor. Untung Adek ngingetin!" cecar Chandra sembari tersenyum.

Namun berbeda dengan respon yang diharapkan, Lino pun merungut disertai bibir cemberut. Suaminya ini tuh beneran lupa atau pura-pura, sih?

"Kak, kalau Kakak liat lilin biasanya inget sama peristiwa apa?" Ia mulai memancing lagi.

"Lilin?" Chandra membeo pelan. "Mati lampu?" terkanya, lalu menyuap satu sendok penuh nasi goreng buatan si manis dan melahapnya dengan semangat.

"Ih, selain itu. Coba inget-inget lagi! Orang kalau masang lilin biasanya mau ngapain?" tanya yang muda dengan penuh harapan dalam hatinya. Moga-moga sang suami ingat ini hari apa.

"Hmm ..." Chandra mengunyah sembari berpikir, tak lama kemudian setelah menelan isi mulutnya ia pun menjawab, "Mau ngepet?"

Ahk!

Lino merungut kesal, kenapa susah sekali memancing ingatan Chandra tentang hari ulang tahunnya?!

Pada akhirnya si manis hanya diam dengan wajah tertekuk kecewa. Ia bahkan hanya sekadar menggumam tak jelas kala sang suami izin berangkat kerja. Tak seperti biasanya yang akan mengantarkan sampai depan pintu rumah, lalu melambaikan tangan dan mengingatkan untuk selalu berhati-hati di jalan.

"Dia nggak peka apa emang gak ingat sama sekali ini hari apa?" keluh Lino pelan sembari membaringkan kepala di atas meja.

"Yahhh ... apa sih yang lo harapkan dari orang-orang, No? Nggak akan ada yang inget sama hari ultah lo. Boro-boro dikasih surprise kue kayak gitu, ucapan aja nggak ada," gerutu Lino lagi.

Ia merapatkan kedua tangannya, melipatnya di atas meja sebelum menumpukkan kepalanya di sana lagi dengan wajah menelungkup ke bawah.

"Padahal kalau orang lain ultah gue tuh sering banget ngucapin. Kenapa bagian gue gak ada yang inget sama sekali?" lirihnya.

MAISON; My Boss, My Husband ✓ [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang