43. Saya Calon Suaminya

538 67 57
                                    

"Sean? Kamu ngapain di sini?" cecar Chandra seketika.

"Aku mau jenguk Lino," ucap yang ditanya sembari melongokkan kepala ke dalam. Tanpa permisi ia pun segera masuk begitu saja setelah mendapati sosok yang disebutkan namanya tadi.

"Hai ... gimana kabarnya? Udah mendingan?" tanya Sean seketika setelah berdiri di pinggir ranjang. Ia lantas memberikan buket bunga krisan putih yang ia bawa. "Ini, buat kamu. Moga cepat sembuh," sambungnya.

"M-makasih," sahut Lino pelan sembari tersenyum canggung dan mengambil buket bunga tersebut.

"Kok kamu bisa tau Lino masuk Rumah Sakit?" selidik yang dewasa sembari menatapnya dengan sedikit curiga.

"Oh, tadi kan ada meeting terus kamu gak masuk, dan Andi bilang kalau Lino sakit, jadi aku mampir ke sini buat jenguk," urai Sean.

Sesaat Chandra lihat jam di lengannya dan waktu menunjukkan kalau sudah masuk jam makan siang kini. Pantas saja Sean berani datang.

"Kamu jauh-jauh dari perusahaan dateng ke sini, apa gak repot?" cecar Chandra lagi. "Inget loh kalau waktu makan siang di kantor kita gak lama," imbaunya.

"Iya aku inget, kok. Ini juga cuma sebentar doang," gerutu Sean.

Baru saja Chandra hendak menjawab tiba-tiba dari pintu yang masih terbuka seorang suster muncul dan memanggilnya. Suster itu bicara sesuatu pada Chandra lalu pergi begitu saja.

"Dek, Kakak ke loby dulu ya. Mau ngurus administrasi," ucapnya kemudian pada si manis.

Sebenarnya Lino tak ingin ditinggalkan apalagi berdua dengan Sean saja, tapi usai berkata demikian Chandra segera pergi tanpa menunggunya memberikan jawaban.

Pintu itu tertutup lagi dan menyisakan keheningan di antara mereka.

"Kamu tau saya siapa?" tanya Sean tiba-tiba.

Lino menoleh menatapnya sesaat lalu mengangguk, "Pak Sean, Kepala Gudang yang baru ... kan?" ucapnya.

Mendengar itu Sean tertawa miring. Ia lantas bersidekap pongah sembari duduk di pinggir kasur dan menatap Lino tajam.

"Yaa, gak salah, sihhh ..." sahutnya dengan nada terdengar menyebalkan. "Tapi itu kalau di kantor, beda lagi di hatinya Chandra," tambahnya dan kembali tersenyum miring.

"Apa?" Lino mengernyit seketika. "Maksudnya?" Ia tak benar-benar menangkap apa yang dimaksudkan si lawan bicara.

Sean mendecih kesal. "Saya tuh calon suami Chandra, asal kamu tau itu," pungkasnya.

"Hah?" Namun Lino masih tak mengerti.

"Duh, bodoh banget sih kayak gitu aja gak paham," gerutu si lawan bicara. "Saya tunangan Chandra dan juga calonnya kalau aja kamu gak muncul buat ngerebut dia dari saya! Paham?! Kamu gak bodoh beneran buat ngerti yang saya ucapkan, bukan?"

Tentu tidak. Lino tak bodoh, ia jelas paham apa yang Sean katakan. Hanya saja ia terlalu kaget dengan apa yang diterima pikirannya kini.

Sean? Calon suami Chandra? Jadi yang dibilang mantan kekasih Chandra dulu itu ... Sean?

"Kami bahkan sudah membeli rumah untuk ditinggali bersama, tapi semua rencana buat berumahtangga dengannya hancur gitu aja cuma karena munculnya anak kecil licik yang pura-pura lugu, terus ngerebut calon suami orang," cecarnya panjang.

"Saya gak merebut Kak Chan dari siapa-siapa, kenapa kamu nuduh saya? Bukannya kamu sendiri ya yang bikin hubunganmu dengan Kak Chan putus?!" kelit Lino akhirnya.

"Enak aja! Jangan memutarbalikan fakta, ya! Jelas-jelas semuanya gara-gata kamu ngegoda dia, kan?!" tuding Sean. "Kalau kamu gak ngegoda Chandra duluan, gak mungkin dia mau nikahin kamu!"

MAISON; My Boss, My Husband ✓ [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang